Politik Angkatan Sepuh di AS
Lansia produktif itu hebat. Akan tetapi, jika sistem politiknya menjadi gerontokrasi, itu pun masalah besar.
Dari 339 juta penduduk Amerika Serikat, hanya 36,3 persen berusia di atas 50 tahun. Walakin, kelompok umur itu mengendalikan Senat dan DPR serta tentu saja kursi presiden. Orang-orang tua tidak mau mundur dan terus bertahan di panggung politik. Keberadaan mereka menyulitkan orang muda yang ingin masuk politik.
Usia politisi AS semakin menjadi sorotan kala senator Partai Demokrat, Dianne Feinstein (90), meninggal pada Jumat (29/9/2023). Sebelumnya, senator California itu bolak-balik tidak bertugas karena sakit.
Baca Juga Dinasti Politik dan Politisi Tua Jepang
Ia bukan satu-satunya manula di panggung politik AS. Calon terkuat di pemilihan presiden 2024, Joe Biden dan Donald Trump, berusia di atas 75 tahun. Mantan Ketua DPR AS Nancy Pelosi (83) telah mengumumkan akan kembali mencalonkan diri. Senator Bernie Sanders (81) dan pemimpin minoritas Senat, Mitch McConnell (81), juga mengindikasikan siap mencalonkan diri lagi.
Pelosi berkilah, dirinya akan tetap ikut pemilu karena merasa bertanggung jawab melayani negara dan mampu melakoni tugas itu. ”Penting menggunakan pengetahuan soal Kongres, pengetahuan soal kota ini (Washington DC), dan keprihatinan soal manfaat bagi konstituen saya,” katanya.
Ia menyebut, usia Biden adalah aset. ”Dia (Biden) punya pengalaman dan kebijaksanaan luar biasa. Dia sudah lama di sini, sebagai senator, wakil presiden, dan kini presiden,” katanya kepada CNN.
Sejauh ini, baru Mitt Romney (76), mantan kandidat presiden AS dari Partai Republik para pemilu 2012, yang mengumumkan hendak mengundurkan diri dari politik. Dalam wawancara yang disiarkan majalah The Atlantic pada 13 September 2023, ia mengungkap tidak akan mencalonkan lagi pada pemilu 2024. ”Sejujurnya, ini waktunya bagi generasi muda untuk menjadi pemimpin. Mereka yang harus membuat keputusan yang menentukan dunia yang mereka tinggali,” katanya.
Di sisi lain, ia mengakui, politisi susah sekali pensiun. Sebab, hampir seluruh umur mereka dihabiskan di politik. Feinstein menghabiskan 54 tahun hidupnya di politik, Biden 50 tahun, dan Pelosi 47 tahun.
”Memang, setelah berlibur dan bermain golf sekian lama, saya stres juga dan rasanya seperti mau bunuh diri saking bosannya. Tapi, kita harus mencari cara baru untuk tetap produktif di luar politik,” ujar Romney.
Baca juga Biden Tersandung dan Polemik Usianya
Sejawatnya ada yang jengkel dengan pernyataan itu. McConnell menanggapi dengan sinis. Padahal, McConnell beberapa kali terkena serangan saraf lalu sama sekali tidak berkata-kata. Para stafnya terpaksa menghentikan konferensi pers karena senator manula itu sama sekali tidak menanggapi siapa pun. ”Kalau kamu (Romney) mau pensiun, ya sudah. Jangan urusi kerjaan orang lain,” kata McConnell.
Kegelisahan warga
Gerontokrasi, itulah istilah yang menggambarkan politik AS saat ini. Artinya adalah sistem politik yang dipimpin oleh orang-orang tua. Gambarannya begini, umur rata-rata penduduk AS adalah 39 tahun, adapun umur rata-rata anggota DPR di ”Negara Paman Sam” adalah 59 tahun dan seperempat dari para anggota DPR itu berumur di atas 70 tahun. Kini, 67 dari 100 senator AS dan 299 dari 435 anggota DPR berusia di atas 50 tahun.
Ini waktunya bagi generasi muda untuk menjadi pemimpin. Mereka yang harus membuat keputusan yang menentukan dunia yang mereka tinggali.
Fakta ini mengkhawatirkan banyak orang. Kolumnis harian Washington Post, David Ignatius, yang merupakan pendukung Biden pun menulis bahwa AS memerlukan darah muda dan baru dalam sistem politik mereka. ”Lebih baik Biden dan Trump tidak ikut mencalonkan diri lagi untuk pemilihan umum presiden 2024. Biarkan anak muda yang berlaga. AS memerlukan pemimpin muda,” katanya.
Atas alasan usia, Romney juga mengusulkan Biden dan Trump tidak lagi mencalonkan diri pada pemilu 2024. Yunior Romney di partai dan sekaligus bakal calon Presiden AS, Nikki Haley (51), juga mengangkat isu pembatasan usia peserta pemilu. ”Saya mendukung adanya aturan yang mewajibkan semua politikus berumur 75 tahun ke atas menjalani tes kompetensi mental guna memastikan mereka memang bisa memimpin negara ini,” katanya.
Memang, warga pun gelisah soal para manula di politik AS. Serangkaian jajak pendapat merekam itu. Jajak pendapat terbaru digelar YouGov dan CBS pada 5-8 September 2023. Hingga 77 persen responden setuju calon pejabat yang dipilih lewat pemilu harus dibatasi usianya.
Menurut 53 persen responden, tugas presiden terlalu berat dilakoni oleh orang berusia lebih dari 75 tahun. Adapun 54 persen responden berpendapat, tugas senator terlalu berat dijalani orang berusia di atas 75 tahun.
Lihat juga Joe Biden Umumkan Maju Lagi dalam Pilpres AS 2024, Persoalan Usia Disorot
Ada alasan mengapa orang tua sebaiknya tidak terus jadi anggota parlemen atau presiden. Hingga 80 persen responden menilai, orang yang terlalu tua tidak lagi sadar realitas masa kini. Akibatnya, kebijakan mereka tidak sesuai kebutuhan warga masa kini dan masa depan.
Bukan hanya jajak pendapat YouGov pada September 2023 yang menyoroti masalah usia calon peserta pemilu. Pada Desember 2022, CNBC bekerja sama dengan lembaga All-America Economic Survey juga menggelar jajak pendapat. Hasilnya adalah 70 persen responden tidak menginginkan Biden mencalonkan diri lagi karena faktor usia.
Mereka menyoroti langkah Biden yang sudah tertatih-tatih ketika ia tersandung pada acara G20 Nusa Dua dan acara wisuda akademi militer. Biden memang bolak-balik terpeleset dan jatuh. Ia juga bolak-balik salah ucap. Kondisi itu dikhawatirkan terkait usianya yang sudah tua.
Perdebatan
Keberadaan orang tua di panggung politik AS memicu perdebatan. Para manula di panggung politik disebut bukti lansia masih bisa produktif.
Sementara itu, publik yang sinis malah menyebut Gedung Putih dan Capitol, kantor parlemen AS, adalah panti jompo dengan layanan terbaik. Presiden, wakil presiden, dan anggota Kongres memang mendapatkan layanan kelas utama.
Dari segi demokrasi, gerontokrasi ini tidak baik selain karena tidak ada regenerasi. Umumnya, para pemegang tampuk kepemimpinan ini adalah laki-laki tua berkulit putih dan kaya. Ini tidak melambangkan dinamika AS yang relatif muda dan terdiri dari berbagai kelompok etnis dan agama. Warga AS tidak terwakili sepenuhnya di Kongres maupun eksekutif saat ini.
Ada juga kekhawatiran gerontokrasi akan membawa AS ke arah kehancuran seperti yang dialami Uni Soviet. Ketika itu, usia rata-rata anggota Politburo Uni Soviet adalah 69 tahun. Akan tetapi, kepada media Insider, sejarawan Sekolah Ekonomi London (LSE) Vladislav Zubok menerangkan tidak tepat membandingkan gerontokrasi AS dengan Soviet.
Baca juga Penduduk AS Terus Menua, Peluang bagi Pekerja Migran
Di Soviet, gerontokrasi hanya salah satu dari sekian banyak masalah. Persoalan utama ialah korupsi yang mengakar di partai, ketidakmampuan para pemimpin untuk beradaptasi dengan perubahan zaman, serta hilangnya semangat sosialis pada anak muda Soviet, yang mengakibatkan ketiadaan regenerasi politik.
”Di AS, masalahnya adalah uang. Tidak ada batasan lama seseorang bisa menjabat sebagai anggota DPR dan ini mengakibatkan politikus petahana ingin terus berkuasa. Di mana-mana, petahana jauh lebih mampu mengumpulkan sponsor, pendukung, dan kekuatan dibandingkan dengan pendatang baru. Apalagi, ini petahana dengan pengalaman belasan hingga puluhan tahun,” tutur Zubok.
Pendapat senada dikemukakan Amanda Litman, salah satu pendiri Run for Something. Ini adalah organisasi yang mendorong dan mendukung orang-orang berumur di bawah 40 tahun untuk berpolitik.
Ia menjelaskan kepada New York Magazine bahwa politikus tua memiliki jaringan berduit. Ini karena angkatan tua, terutama Generasi ”Baby Boomers” kelahiran 1946-1964, memiliki kesempatan untuk bekerja dan menikmati perekonomian yang relatif makmur.
”Berbeda dengan Generasi Milenial dan Generasi Z yang tumbuh dan bekerja di tengah krisis ekonomi. Modal ekonomi dan modal politik mereka kalah jauh,” papar Litman. Jaringan mereka adalah angkatan terbelit utang dan bergaji rendah.
Ada pula persoalan lain, yaitu kurangnya minat angkatan muda terhadap politik. Berdasarkan survei Pew tahun 2021, Milenial dan Gen Z jauh lebih mementingkan persoalan krisis iklim dibandingkan politik.
Solusinya, menurut Litman, adalah mengajak angkatan muda untuk aktif mencoblos. Hal ini karena menurut data Run for Something, usia rata-rata pemilih di tingkat distrik sekalipun adalah 57 tahun. ”Semakin tidak apatis generasi muda, semakin besar kesempatan mereka mau terjun ke dunia politik,” tuturnya.
Para politisi itu mungkin perlu mendengar seruan Iwan Fals. ”Pak Tua, sudahlah. Engkau sudah terlihat lelah....” (AFP/REUTERS)