CIA Kedua dan Operasi Intelijen Berkedok Promosi Demokrasi
Setidaknya 2.000 lembaga, sebagian berada di Indonesia, menerima uang setiap tahun dari NED. Uang itu dikucurkan terutama kepada pihak-pihak yang menentang pemerintahan yang tidak disukai Washington.
Pada awal September 2023, sejumlah pihak di Indonesia mendadak membahas National Endowment for Democracy dan International Republican Institute. Lembaga yang didanai Pemerintah Amerika Serikat itu bolak-balik disebut dalam pergantian pemerintahan di sejumlah negara. Pergantian paksa terutama dialami pemerintah yang tidak disukai Washington.
Pembahasan soal National Endowment for Democracy (NED) dan International Republican Institute (IRI) diwarnai pro dan kontra. Sebagian pihak gerah karena tudingan itu. Sebagian lagi mengingatkan, asal-usul tudingan tersebut tidak jelas.
Sebelum itu, NED-IRI disebut mendanai sejumlah lembaga swadaya masyarakat (LSM) dan penggiat pendampingan warga di Indonesia. LSM yang menerima dana dari NED, antara lain, rutin membahas isu Uighur. Anehnya, penerima tidak membahas Palestina atau pelarangan kerudung bagi Muslimah di Eropa.
Padahal, bagi mayoritas Muslim Indonesia dan sejumlah negara, isu Palestina lebih diperhatikan. Isu pelarangan kerudung di Eropa juga lebih banyak dipedulikan dibandingkan Uighur.
Baca juga : Indonesia dan Perubahan Timur Tengah
Tudingan kepada NED dan IRI memang sudah berpuluh tahun terdengar. Dalam laporan pada Agustus 1989, Washington mengungkap peran NED membantu gerakan massa di Polandia. Gerakan itu akhirnya menjatuhkan pemerintahan di Warsawa.
NED juga disebut menggulingkan Evo Morales di Bolivia. Revolusi Warna di Bolivia memaksa Morales mundur, lalu mengasingkan diri di luar negeri. NED-IRI disebut terlibat dalam Musim Semi Arab 2011, Revolusi Maidan di Ukraina 2014, hingga unjuk rasa Hong Kong 2019. Memang, dalam laporan 2020, NED mengaku mengucurkan 2 juta dollar AS untuk berbagai program dan kelompok di Hong Kong.
Setidaknya 2.000 lembaga, sebagian berada di Indonesia, menerima uang setiap tahun dari NED. Uang itu dikucurkan terutama kepada pihak-pihak yang menentang pemerintahan yang tidak disukai Washington.
Sementara Presiden IRI Dan Twining mengaku mendanai kubu oposisi Malaysia sejak 2002. Pengakuan disampaikan pada 2018, tahun pertama kubu oposisi bisa menang pemilu di Malaysia. Pada 2021, sejumlah media Malaysia membahas lagi tudingan itu. Tidak ada jawaban resmi Pakatan Harapan, kubu oposisi Malaysia pada 1998-2018, atas tudingan tersebut.
Tudingan China
Sementara Kementerian Luar Negeri China malah membuat tudingan lebih serius. Beijing menyebut NED-IRI hanya bentuk lain dari Badan Pusat Intelijen (CIA) AS. Memang, kepada Washington Post pada 1991, pendiri NED, Alan Weinstein, mengaku, NED melakukan aktivitas seperti yang pernah dilakukan CIA. Karena itu, NED kadang disebut CIA Kedua.
Kemenlu China menyebut, NED-IRI memakai kedok kampanye demokrasi untuk melemahkan demokrasi. Pemerintahan yang dipilih rakyat melalui pemilu malah digulingkan lewat gerakan massa. ”NED ada di berbagai revolusi yang mendorong pergantian pemerintahan di banyak negara,” kata juru bicara Kemenlu China, Zhao Lijian, pada Juli 2022.
Ulah NED, menurut Zhao, terbukti menghasilkan kekacauan di sejumlah negara. Penggulingan pemerintahan diikuti dengan hilangnya kestabilan dan keamanan di banyak negara. Padahal, sebelum ada penggulingan, negara-negara itu stabil dan warga hidup relatif tenang serta sejahtera. Masalahnya, pemerintah di negara itu secara terbuka menolak AS.
Untuk menggulingkan atau setidaknya menggoyang pemerintahan seperti itu, NED-IRI mengucurkan uang dan aneka fasilitas kepada pihak-pihak di sejumlah negara. Kucuran disebut hibah untuk promosi demokrasi, HAM, hingga kesetaraan hak.
NED disebut beroperasi di setidaknya 100 negara. Setidaknya 2.000 lembaga, sebagian berada di Indonesia, menerima uang setiap tahun dari NED. Uang itu dikucurkan terutama kepada pihak-pihak yang menentang pemerintahan yang tidak disukai Washington.
Dengan uang itu, para penerima menggelar unjuk rasa hingga berkampanye untuk mendorong pergantian pemerintahan. Sebagian penerima juga memakai dana kampanye untuk mengikuti pemilu. "NED menginvestasikan dana besar untuk menggerus ketenangan dan kestabilan di berbagai negara," kata Zhao.