Raja Charles Serukan Kerja Sama Mitigasi Krisis Iklim di Paris
Charles ingin merekatkan kembali hubungan Inggris-Perancis, terutama soal mitigasi perubahan iklim. Sejumlah pesohor ikut menyambut kedatangannya di Paris.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·4 menit baca
PARIS, JUMAT — Raja Inggris Charles III dan Permaisuri Camilla melakukan kunjungan kenegaraan selama tiga hari ke Perancis. Charles III membawa misi merekatkan kembali hubungan kedua negara pasca-Brexit sekaligus mendorong kerja sama penanganan krisis iklim.
Charles III tiba di Paris pada Rabu (20/9/2023). Ia disambut dengan acara jamuan makan malam formal bersama Presiden Perancis Emmanuel Macron dan Ibu Negara Brigitte Macron di Istana Versailles. Turut hadir dalam acara itu orang nomor dua terkaya di dunia, Bernard Arnault, penyanyi Mick Jagger, dan aktor Hugh Grant.
Pada Kamis (21/9/2023), Charles berpidato di ruang rapat paripurna parlemen Perancis. Ia adalah kepala negara Inggris pertama yang melakukannya. Pada 2004, Ratu Elizabeth II hanya berpidato di aula parlemen. Charles berpidato dalam bahasa Inggris dan bahasa Perancis yang disambut meriah oleh para anggota parlemen.
”Perancis selalu menjadi sahabat terdekat dan sekutu Inggris. Hubungan kita sudah berabad-abad dan selalu berhasil menghadapi segala cobaan,” tuturnya.
Charles mengatakan, cobaan sekarang adalah perang antara Rusia dan Ukraina serta krisis iklim yang mengancam kelangsungan alam. Terkait perang, ia meyakini Ukraina akan menang dan ini juga simbol bahwa kebebasan serta hak asasi manusia akan selalu berhasil mengalahkan kezaliman.
Hubungan bilateral
Terkait hubungan bilateral Inggris-Perancis, Charles mengusulkan agar kedua negara memutakhirkan Etente Cordiale 1904. Ini adalah perjanjian London dengan Paris mengenai panduan menyelesaikan segala sengketa di antara keduanya.
”Sudah waktunya kita mengubahnya menjadi Etente poul la Durabilite. Perjanjian melakukan pembangunan berkelanjutan demi keselamatan umat manusia dan alam serta mengatasi persoalan krisis iklim,” ujar raja yang dinobatkan pada Mei lalu ini.
Inggris resmi keluar dari Uni Eropa dalam peristiwa yang disebut Brexit pada 31 Januari 2020. Proses ini memakan waktu persiapan peralihan sejak 2016. Akibat Brexit, Inggris tidak lagi terikat peraturan satu pasar dan satu aturan Uni Eropa.
Kunjungan Charles bermaksud menekankan bahwa pasca-Brexit, Inggris tetap ingin dekat dan bekerja sama dengan Perancis. Soal penanganan krisis iklim adalah salah satu pintu masuk. Uni Eropa mengeluarkan aturan bahwa per 2030 mereka tidak akan memproduksi lagi kendaraan berbahan bakar fosil ataupun membiarkan peredarannya.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak mengubah aturan pelarangan kendaraan berbahan bakar fosil di Inggris menjadi per 2035. Beberapa pengamat berpendapat, ajakan kerja sama Charles dengan Perancis untuk pembangunan berkelanjutan ini semacam dorongan halus kepada Pemerintah Inggris untuk mempertimbangkan keputusan mereka.
Charles, Camilla, Macron, dan Brigitte juga mengunjungi kegiatan program beasiswa Metiers d’Art yang disponsori oleh yayasan Charles, yaitu The Prince’s Trust dan rumah mode Perancis Chanel. Mereka menyediakan beasiswa bagi mahasiswa jurusan mode untuk mengembangkan tradisi pembuatan busana secara tradisional, yaitu menenun.
Dalam wawancara dengan majalah British Vogue pada 2021, Charles meyakini bahwa produksi pakaian buatan tangan adalah cara menekan industri mode cepat yang tidak ramah lingkungan. ”Kita harus memutakhirkan teknik tradisional dan mengadaptasinya dengan wujud mode modern tanpa mengorbankan kualitas dan alam,” katanya.
Macron, dalam pidato sambutannya kepada Charles, memuji komitmen raja tersebut. ”Visi Anda mengenai pembangunan berkelanjutan dan pelestarian lingkungan sangat jelas,” ujarnya.
Kedua pemimpin beserta pasangan juga mengunjungi Katedral Notre Dame yang masih direnovasi setelah terbakar pada April 2019. Mereka bertemu pula dengan Presiden Klub Sepak Bola Paris Saint-Germain Nasser Al-Khelaifi yang menghadiahi Charles jersei bernomor tiga.
Setelah itu, Charles dan Camilla dibawa ke Saint-Denis, sebuah distrik di Paris yang terkenal dengan masyarakat kelas pekerja. Mereka bertemu dengan para atlet muda karena daerah ini adalah satu lokasi penyelenggaraan Olimpiade 2024. Camilla sempat bermain tenis meja dengan atlet Prithika Pavade dan Charles mengobrol dengan warga yang mencari pekerjaan.
”Kunjungan seorang raja tulen ke Saint-Denis penting untuk menghapus stigma. Selama ini, Saint-Denis dicap sebagai sarang preman dan daerah berbahaya, padahal tidak,” kata Yasmina Bedar, warga Saint-Denis.
Media-media arus utama Inggris dan Perancis tidak luput menyadari bahwa perilaku Charles dan Camilla lebih santai dibandingkan dengan almarhum Ratu Elizabeth II yang sangat resmi. Charles dan Macron beberapa kali saling menepuk pundak dengan akrab. Ketika kegiatan berakhir, Macron dan Brigitte juga memberi salam berupa cium pipi kanan dan kiri dengan pasangan kerajaan itu. (AP/AFP/REUTERS)