Kanada Akui Sadap India untuk Cari Bukti Pembunuhan Tokoh Sikh
Ottawa memiliki rekaman percakapan di antara diplomat India di Kanada dan sesama pejabat India di India. Semua terkait pembunuhan tokoh Sikh di Kanada.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
OTTAWA, JUMAT — Kanada mengakui menyadap para pejabat India. Penyadapan bersama sekutu Kanada itu untuk mengumpulkan bukti keterlibatan pejabat India dalam pembunuhan tokoh Sikh di Kanada, Hardeep Singh Nijjar.
Media Kanada, CBC News, mengungkap penyadapan itu lewat laporan pada Kamis (21/9/2023) siang waktu Ottawa atau Jumat dini hari WIB. CBC mengutip seorang pejabat Kanada yang menolak identitasnya diungkap. Laporan sejenis disiarkan Associated Press beberapa jam selepas CBC menyiarkan kabar itu.
Menurut pejabat itu, ada banyak bukti intelijen soal keterlibatan pejabat India dalam pembunuhan Nijjar. Ottawa memiliki rekaman percakapan di antara diplomat India di Kanada. Ottawa juga punya rekaman percakapan dan komunikasi elektronik lain di antara sesama pejabat India.
Penyadapan tidak hanya dilakukan oleh Kanada. Salah satu sekutu Kanada dalam aliansi intelijen Five Eyes ikut memberikan rekaman. Selain Kanada, aliansi itu juga melibatkan Amerika Serikat, Australia, Inggris, dan Selandia Baru. Pejabat Kanada itu tidak menyebut negara mana yang memberi hasil sadapan ke Kanada.
Pejabat itu mengaku, hasil sadapan sudah disampaikan secara tertutup ke India. Dalam pembicaraan tertutup itu, New Delhi tidak menyangkal keterlibatan pegawai pemerintah India dalam pembunuhan Nijjar.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengungkap pembunuhan itu pertama kali pada Senin lalu. Di New York, AS pada Kamis siang, ia kembali membahas isu pembunuhan Nijjar.
”Seperti saya sampaikan Senin lalu, ada alasan kuat untuk meyakini pegawai Pemerintah India terlibat dalam pembunuhan warga Kanada di Kanada,” katanya.
Namun, ia menolak menjawab secara langsung saat ditanya apakah Ottawa memiliki bukti kuat atas tuduhannya. Ia hanya mengatakan, Kanada punya sistem peradilan yang independen dan ketat. ”Kami menyerahkan sistem itu untuk mengungkap (kasus pembunuhan Nijjar) dengan integritas tertinggi,” katanya.
Sementara Wakil Tetap Kanada untuk PBB Bob Rae mengatakan, bukti keterlibatan pegawai Pemerintah India dalam kasus Nijjar tidak bisa diberikan dalam waktu singkat. ”Sekarang baru dimulai. Kami mengikuti aturan hukum di Kanada,” katanya.
Sementara juru bicara Kementerian Luar Negeri India, Arindam Bagchi, mengatakan, New Delhi siap bekerja sama dan memeriksa bukti. ”Masalahnya, sampai sekarang kami tidak diberikan itu,” ujarnya.
Sikap AS
Sementara Penasihat Keamanan Nasional AS, Jake Sullivan, mengatakan, AS mendukung penegakan hukum di Kanada. Ia menyangkal ada perbedaan di antara Ottawa dan Washington dalam isu itu. ”Saya menolak keras pendapat ada perbedaan antara AS dan Kanada. Kami amat prihatin atas tuduhan itu dan kami ingin penyelidikan dilakukan serta pelaku dimintai pertanggungjawaban,” ujarnya.
Menurut dia, AS-India telah membahas isu itu hingga di aras pejabat tertinggi. Ia menolak menjelaskan apakah hal itu berarti Presiden AS Joe Biden membahas masalah itu dengan PM India Narendra Modi. ”Saya tidak akan membahas percakapan pribadi,” katanya.
Ia mengatakan, tidak akan ada pengecualian dalam kasus seperti itu. ”Terlepas apa pun negaranya, kami akan menjaga prinsip dasar. Kami terus berkonsultasi dengan para sekutu,” ujarnya.
Sampai sekarang, AS dan Inggris belum secara terbuka mengecam India soal pembunuhan Nijjar. Padahal, sebagaimana dilaporkan Washington Post, Trudeau telah membahas isu itu dengan Biden serta PM Inggris Rishi Sunak dan Presiden Perancis Emmanuel Macron. Sullivan malah mengatakan, India berbeda dari Rusia dan China. India bukan ancaman bagi AS dan sekutunya.
Sikap Washington dan sekutunya soal pembunuhan Nijjar berbeda kala Moskwa meracuni sejumlah agen intelijen Rusia yang membelot ke Barat. AS dan sekutunya serta-merta mengecam tindakan itu.
AS juga mengecam Arab Saudi terkait pembunuhan Jamal Khashoggi di Istanbul, Turki. Sejumlah pejabat Arab Saudi terlibat dalam pembunuhan jurnalis Arab Saudi yang tinggal dan bekerja di AS itu. Sebelum jadi presiden, Biden berjanji akan mengucilkan Arab Saudi karena pembunuhan tersebut. (AP/REUTERS)