China-Suriah membahas kerja sama kedua negara. Para analis ragu China akan membuat komitmen konkret dalam membantu Suriah.
Oleh
HELENA FRANSISCA NABABAN
·3 menit baca
BEIJING, JUMAT - Presiden China Xi Jinping dan Presiden Suriah Bahsar al-Assad mengumumkan kemitraan strategis, Jumat (22/9/2023). Dalam kerangka kerja sama Insiatif Sabuk dan Jalan, China menawarkan bantuan untuk mendongkrak perekonomian Suriah dan membangun kembali negara yang dikoyak perang selama lebih dari satu dekade.
Assad tiba di Beijing, Kamis, untuk kunjungan pertamanya ke China sejak pecah perang di Suriah, 12 tahun lalu. "Di hadapan situasi internasional yang tidak stabil dan tidak pasti, China bersedia bekerja sama dengan Suriah untuk mendukung satu sama lain, dan bersama-sama menjaga keadilan internasional," kata Xi dalam cuplikan video yang ditayangkan stasiun televisi nasional, CCTV.
Kepada Assad, Xi mengatakan, China mendukung penolakan Suriah atas campur tangan asing, intimidasi sepihak, dan mendukung rekonstruksi Suriah. China juga mendesak negara-negara yang menerapkan sanksi atas Suriah untuk segera mencabutnya.
Assad bertemu Xi di kota Hangzhou, tempat penyelenggaraan pesta olahraga negara-negara Asia, Asian Games. Ia dijadwalkan hadir dalam pembukaan Asian Games pada Sabtu (23/9/2023). Dalam beberapa hal, kunjungan Assad ini mirip kunjungan Presiden Rusia Vladimir Putin ke China tahun lalu. Kala itu Putin menghadiri upacara pembukaan Olimpiade Musim Dingin di Beijing. Kementerian Luar Negeri China menyebut, selain Assad, pemimpin negara yang hadir di antaranya Raja Kamboja Norodom Sihamoni, Putra Mahkota Kuwait Sheikh Meshal Al Ahmed Al Jaber Al Sabah, serta para perdana menteri dari Nepal dan Timor Leste.
Lawatan Assad ke luar negeri sangat jarang, tetapi beberapa waktu terakhir ia berupaya mencari cara untuk keluar dari isolasi internasional akibat perang. Stasiun televisi nasional Suriah mengutip Assad yang berterima kasih pada Xi karena berdiri di sisi rakyat Suriah saat mengalami krisis dan penderitaan. China mendukung Assad, salah satunya dengan menggunakan delapan kali hak veto untuk menolak resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Suriah.
Tak hanya mendongkrak upaya Assad untuk kembali ke panggung global, pertemuan tersebut juga mengungkit kepentingan strategis China di Timur Tengah. Istilah "kemitraan strategis" yang diumumkan oleh keduanya, dalam diplomasi China mengisyaratkan koordinasi yang lebih dekat dalam urusan regional dan internasional, termasuk sektor militer. Tingkatannya hanya selapis di bawah "kemitraan strategis komprehensif".
Pemerintahan Assad yang didukung Rusia dan Iran kini mengendalikan sebagian besar wilayah Suriah dan telah membangun kembali hubungan dengan negara-negara Arab tetangganya yang sebelumnya mendukung lawan-lawannya. Saat ini Suriah amat memerlukan investasi asing untuk membangun kembali infrastruktur dan menghidupkan kembali aneka industri.
Di sisi lain, China juga meningkatkan keterlibatan diplomatik dengan Timur Tengah dalam beberapa tahun belakangan ini. Pada Maret 2023, China membantu menjembatani kesepakatan antara dua negara yang saling bermusuhan, yakni Arab Saudi dan Iran, dan mengakhiri keretakan diplomatik kedua negara selama tujuh tahun.
Meski demikian, para analis ragu China akan membuat komitmen konkret dalam membantu Suriah. Investasi apa pun oleh China dan negara-negara lain di dunia berisiko bertabrakan dengan sanksi Amerika Serikat di bawah Kesepakatan Caesar tahun 2020. Menurut kesepakatan itu, siapa pun yang menjalin kesepakatan dengan Suriah bisa menghadapi pembekuan aset.
Para investor China juga harus mempertimbangkan buruknya keamanan dan keuangan di Suriah. Analis memperkirakan ada batas sejauh mana Beijing bisa membantu Damaskus di luar bantuan untuk memulihkan status regionalnya. "Saya kira China tidak akan cukup berkomitmen pada Suriah untuk melobi pencabutan sanksi multilateral. Itu bukan bagian dari peran China di Timur Tengah, yakni peran tanpa memihak," kata Matteo Legrenzi, profesor hubungan internasional di Ca'Foscari, Universitas Venesia.
Assad berharap, pertemuan dengan Xi akan menjadi dasar bagi "kerja sama strategis yang luas dan jangka panjang dalam segala bidang" antara China dan Suriah. (AP/AFP/REUTERS)