Media Pemerintah Rusia, RIA Novosty, mengabarkan, kereta hijau Kim tiba di kota Komsomolsk na Amur pada Jumat pagi waktu setempat. Kim hendak melihat-lihat pembuatan jet tempur Sukhoi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
KOMSOMOLSK NA AMUR, JUMAT — Pemimpin Tertinggi Korea Utara Kim Jong Un masih berada di Rusia. Ia mengadakan tur ke pabrik pesawat terbang dan semakin memperkuat dugaan keberadaannya di Rusia untuk meminta teknologi senjata yang canggih dan dipakai mengembangkan persenjataan nuklir Korea Utara.
Media Pemerintah Rusia, RIA Novosty, mengabarkan, kereta hijau Kim tiba di kota Komsomolsk na Amur pada Jumat (15/9/2023) pagi waktu setempat. Kota ini berada di Provinsi Khabarovsk. Satu hari sebelumnya, Kim bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin di tempat peluncuran roket luar angkasa Vostochny yang juga terletak di wilayah Amur.
Menurut RIA, Putin akan menyusul Kim di Pabrik Pesawat Terbang Yuri Gagarin (KNAAZ) tersebut. Mereka dijadwalkan melakukan tur. Pabrik itu, selain memproduksi pesawat-pesawat angkutan sipil, juga memproduksi jet-jet tempur andalan Rusia, antara lain Sukhoi-35 dan Sukhoi-57.
Setelah dari Komsomolsk na Amur, Kim akan beranjak ke Vladivostok. Di sana, ia akan meninjau Armada Pasifik Rusia. Selain itu, ia juga akan melihat-lihat perguruan tinggi ataupun fasilitas lain milik pemerintahan Rusia.
”Korea Utara di sini menegaskan kembali dukungan kepada sahabat kami, Rusia, dalam perjuangan mereka mempertahankan kedaulatan dari serangan hegemoni pihak-pihak luar,” kata Kim yang dikutip kantor berita nasional Korut, KCNA.
Ucapan Kim itu, menurut para pengamat politik internasional dan Semenanjung Korea, merujuk kepada dukungan Korut terhadap invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak 24 Februari 2022. Fakta ini pula yang memperkuat kecurigaan berbagai pihak, terutama Korea Selatan dan Amerika Serikat, bahwa pertemuan Kim dan Putin ini bertujuan untuk jual beli senjata.
Rusia sudah nyaris kehabisan persediaan senjata melawan Ukraina yang disokong negara-negara Barat. Mereka berusaha memperbarui persenjataan dengan membeli dari Iran dan Korut. Kedua negara ini dijatuhkan sanksi oleh Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, padahal Rusia adalah salah satu anggota tetap.
Dari sisi Korut, mereka memerlukan kebutuhan pokok demi mengatasi kelaparan dan gagal panen. Di samping itu, Korut menginginkan teknologi persenjataan Rusia, terutama tentang pembuatan rudal balistik hipersonik yang memiliki kemampuan lintas benua. Korut berambisi terus meningkatkan pengayaan nuklir mereka.
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov akan berkunjung ke Pyongyang pada Oktober 2023. ”Rusia hendak membalas keramahan Korut,” ujarnya.
Sementara itu, Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby menekankan akan ada konsekuensi apabila Rusia dan Korut melakukan jual beli ataupun pertukaran senjata. Apalagi, senjata itu oleh Moskwa akan dipakai untuk menyerang Ukraina.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Korsel Lim Soo-sung mengungkapkan, intelijen Korsel menemukan pembicaraan Kim dengan Putin mengenai kerja sama pengembangan satelit. ”Segala teknologi dan upaya untuk meningkatkan persenjataan nuklir melanggar Resolusi DK PBB,” katanya.
Meskipun demikian, laporan terbaru dari Institut Kajian Peperangan (ISW) menyebutkan, Putin lebih berhati-hati melangkah. Menurut lembaga ini, Putin akan menampilkan pertemuan dia dengan Kim sebagai sesuatu yang netral karena ia tidak mau memperparah sanksi internasional atas Rusia.
Memang, lanjut laporan itu, ada kemungkinan Rusia menerapkan metode yang berliku untuk mendapatkan bantuan persenjataan tanpa terdeteksi oleh PBB dan AS. Akan tetapi, hal ini dinilai belum menjadi prioritas Moskwa. (AP/AFP)