Manuver China Rontokkan Saham Perusahaan Teknologi AS dan Sekutunya
China bisa mengurangi ketergantungan pada pasokan teknologi AS dan sekutunya. Hal itu berarti berbagai perusahaan akan kehilangan potensi pasar lebih lanjut dari China.
Oleh
KRIS MADA
·3 menit baca
REUTERS/TINGSHU WANG
Logo Huawei di salah satu pusat perbelanjaan Beijing, China, pada Juli 2020. Pada September 2023, Huawei meluncurkan ponsel terbaru. Peluncuran itu menjatuhkan nilai saham sejumlah perusahaan teknologi Amerika Serikat.
NEW YORK, JUMAT — Saham Apple, Qualcomm, TSMC, hingga ASML terus terpangkas dalam beberapa waktu terakhir. Rencana larangan penggunaan ponsel Apple kepada seluruh pegawai pemerintah dan badan usaha milik negara China menjatuhkan nilai pasar Apple. Adapun penjualan ponsel terbaru Huawei memangkas saham perusahaan teknologi lainnya.
Pada penutupan perdagangan Kamis (8/9/2023) sore waktu New York atau Jumat pagi WIB, akumulasi penurunan saham Apple menyentuh 7 persen. Dengan kata lain, nilai pasar Apple berkurang 200 miliar dollar AS. Penurunan menyusul kabar China akan melarang penggunaan Apple oleh seluruh pegawai pemerintah dan BUMN. Dalam laporan The Wall Street Journal dan Bloomberg disebutkan, Beijing melarang ponsel dan aneka produk Apple dibawa ke kantor atau dijadikan alat kerja. Larangan berlaku bagi pegawai pemerintah, BUMN, dan lembaga lain yang didanai APBN.
Bersama Taiwan dan Hong Kong, China menyumbang hampir 400 miliar dollar AS pendapatan Apple. Pada triwulan II-2023, China menyumbangkan 15.7 miliar dollar AS ke kantong Apple.
Analis pada Bernstein Research, Toni Sacconaghi mengatakan, larangan itu sebenarnya hanya akan memangkas 5 persen penjualan Apple. Masalahnya, ada kekhawatiran larangan itu tidak berhenti di pegawai pemerintah dan BUMN saja. Bisa jadi larangan itu akan mendorong warga China memprioritaskan penggunaan ponsel dalam negeri. ”Larangan itu bisa membawa dampak negatif pada penjualan ke konsumen umum,” ujarnya.
Larangan itu terungkap beberapa hari sebelum Apple meluncurkan seri terbaru ponselnya. Rencana peluncuran itu melambungkan nilai pasar Apple lebih dari 200 miliar dollar AS pada akhir Agustus 2023. Kini, tambahan nilai pasar itu tersapu oleh kabar larangan dari China.
Perusahaan lain
Penurunan harga saham juga dialami sejumlah perusahaan teknologi lain. Produsen semikonduktor, seperti Qualcomm, TSMC, dan SK Hinyx, terpangkas sahamnya sampai 7 persen. Produsen alat pembuat semikonduktor, ASML, turut terimbas.
Pemangkasan terjadi setelah produsen ponsel China, Huawei, mengeluarkan produk terbaru. Ponsel itu dilengkapi semikonduktor 7 nanometer. Semikonduktor dengan ukuran sama telah dipakai Samsung dan Apple, beberapa tahun lalu.
Masalahnya, semikonduktor itu diproduksi SMIC, raksasa teknologi China, setelah AS dan sekutunya melarang ekspor teknologi ke China. AS mendesak sekutunya tidak menjual semikonduktor dan peralatan produksinya ke China.
AFP/DANIEL LEAL-OLIVAS
Kantor perwakilan Huawei di London, Inggris, pada Januari 2020. Pada September 2023, Huawei meluncurkan ponsel terbaru. Peluncuran itu menjatuhkan nilai saham sejumlah perusahaan teknologi Amerika Serikat.
”Larangan sejak 2019 telah menekan Huawei dan memaksa mereka untuk menemukan sendiri, dengan biaya besar dari Pemerintah China. Kami terus mengkaji dan jika dibutuhkan memperbarui pengendalian berdasarkan ancaman. Kami tidak ragu bertindak demi melindungi keamanan nasional AS,” demikian pernyataan Departemen Luar negeri AS.
Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan mengatakan, Pemerintah AS masih menggali lebih lanjut ponsel terbaru Huawei. ”Saya tidak bisa memastikan sampai kapan (penggalian). Kami akan melihatnya secara hati-hari, berkonsultasi dengan mitra dan mencari tahu lebih jelas apa yang sedang dihadapi,” ujarny.
Penjualan ponsel terbaru Huawei memicu keraguan atas larangan AS. ”Ponsel itu menunjukkan terobosan besar telah terjadi di China,” demikian catatan yang diedarkan perusahaan manajemen investasi Jeferries, dalam catatan kepada para investornya.
Terobosan itu menunjukkan, China bisa mengurangi ketergantungan pada pasokan teknologi AS dan sekutunya. Hal itu berarti berbagai perusahaan akan kehilangan potensi pasar lebih lanjut dari China. Selama ini, dalam status sebagai produsen maupun perakit aneka produk teknologi, China mengimpor semikonduktor dan alat produksinya.
Nilai impor itu bisa melebihi 300 miliar dollar AS per tahun. Impor semikonduktor China lebih besar dibandingkan impor minyak. Padahal, China salah satu konsumen utama energi global. (AFP/REUTERS)