Wakil Presiden AS Kamala Harris akan datang ke Jakarta dan bertemu sejumlah pemimpin negara ASEAN. Kehadiran Harris dibaca sebagai upaya AS untuk menghibur ASEAN.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·3 menit baca
WASHINGTON, SELASA — Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris dijadwalkan hadir di Jakarta, dalam rangkaian kegiatan Konferensi Tingkat Tinggi ke-43 ASEAN di Jakarta, yang telah dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, Selasa (5/9/2023). Harris menggantikan Presiden Amerika Serikat Joe Biden yang tidak hadir karena akan ke India dan Vietnam.
Perjalanan ini menjadi kesempatan bagi Harris untuk menaikkan kredibilitasnya. Ini terutama terkait portofolio kebijakan luar negeri pada tahun terakhir masa kerjanya sebagai wakil presiden.
Perjalanan Harris ke Asia Tenggara adalah untuk yang ke tiga kalinya dan ke empat ke Asia secara keseluruhan. Kunjungan berulang tersebut, selain pertemuan-pertemuan yang pernah diselenggarakan di Washington, menjadikan Harris sebagai lawan bicara utama pemerintah di Asia untuk memperkuat jaringan kemitraan di tengah upaya AS mengimbangi pengaruh China di kawasan.
John Kirby, juru bicara Keamanan Nasional Gedung Putih mengatakan, kehadiran Harris di Jakarta harus dilihat sebagai bagian dari ketetapan AS memandang negara-negara di Indo-Pasifik sebagai aliansi dan mitra penting. Kirby menggambarkan kehadiran Harris di Jakarta sesuai dengan hal yang menjadi bagian dari tugasnya.
Kirby menolak pandangan bahwa ketidakhadiran Biden menghina ASEAN, dalam hal ini Indonesia yang memegang posisi Ketua ASEAN pada tahun ini. “Sangat tidak mungkin untuk melihat catatan yang telah dibuat oleh pemerintahan ini (AS) dan mengatakan bahwa kita akan meninggalkan negara-negara ini,” kata Kirby, seraya menyebutkan bahwa Biden telah menjadi tuan rumah pertemuan puncak Washington dengan para pemimpin ASEAN yang pertama pada tahun lalu.
Biden memilih mendelegasikan tugasnya ke Harris sekaligus melewatkan KTT ASEAN, KTT ASEAN-AS, dan KTT Asia Timur yang akan berlangsung mulai Selasa (5/9/2023). Dikutip dari laman Voice of Amerika (VoA), sumber-sumber diplomatik yang berbicara dengan syarat anonim menyebut, salah satu pertimbangan Jakarta menyelenggarakan KTT ke-43 ASEAN seusai KTT G20 India adalah untuk menyelaraskan jadwal KTT ASEAN dengan rencana Biden ke India.
Harapannya, Biden dapat hadir secara langsung pada KTT ke-43 ASEAN di Jakarta pada 5-7 September. Namun kenyataannya, Biden melewatkan pertemuan di Jakarta. Menariknya, pada 10 September, Biden mengadakan lawatan ke Vietnam.
Marty Natalegawa, mantan Menteri Luar Negeri RI, mengatakan, ketidakhadiran Biden sangat mencolok di tengah upaya ASEAN meyakinkan para pemimpin dunia bahwa asosiasi ini layak memainkan peran sentral di kawasan.
ASEAN masih memiliki banyak pekerjaaan rumah. Di antaranya adalah menghentikan konflik terbuka di Myanmar akibat kudeta militer dua tahun lalu, masalah sengketa wilayah perairan di Laut China Selatan, dan ketidaksepakatan internal tentang persaingan global China dan AS.
Beberapa anggota, seperti Filipina dan Vietnam, telah mengupayakan hubungan yang lebih erat dengan Washington. Sementara Kamboja tetap berada di bawah kendali Beijing.
“Kita bisa mengeluh semau kita tentang negara-negara lain yang tidak menghormati kita atau tidak datang ke pertemuan puncak kita. Tetapi pada akhirnya, ini adalah sebuah titik refleksi. Jika ASEAN tidak menjadi lebih efektif, mungkin akan semakin sedikit pemimpin yang muncul,” kata Natalegawa.
Ja-Ian Chong, seorang profesor ilmu politik di Universitas Nasional Singapura, mengatakan, kehadiran Harris membantu AS menutupi basis mereka di sebuah acara yang mungkin tidak produktif dalam isu-isu utama. “Mau tunjukkan perhatian, kirimkan wakil presiden,” ujarnya. (AP)