Sejumlah analis menyebut, kepulangan Thaksin dan naiknya Srettha ke puncak kekuasaan saling terkait.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·2 menit baca
Bangkok, Selasa – Pengusaha real estate Thailand, Srettha Thavisin, memenangi dukungan dari parlemen untuk menjadi perdana menteri yang baru, Selasa (22/8/2023). Dalam pernyataan singkat kepada media setelah terpilih, Srettha hanya menyatakan terima kasih kepada parlemen dan berjanji untuk memperbaiki kehidupan rakyat.
Terpilihnya Srettha yang diusung Partai Pheu Thai mengakhiri kebuntuan politik selama beberapa bulan setelah pemilu pada Mei lalu tidak menghasilkan pemenang mutlak. Dalam pemungutan suara di parlemen ketiga kalinya ini, Srettha meraih 482 suara dari 727 anggota parlemen yang hadir.
Pemenang pemilu, Partai Bergerak Maju (MFP), tidak bisa menduduki jabatan perdana menteri setelah kandidatnya, Ketua MFP Pita Limjaroenrat, dua kali gagal meraih dukungan yang cukup dalam pemungutan suara di parlemen.
Srettha dicalonkan sebagai PM bersama Paetongtarn Shinawatra, putri bungsu mantan PM Thaksin Shinawatra, menjelang pemilu. Pheu Thai meraih suara terbanyak kedua setelah MFP. Kini Srettha akan memimpin koalisi 11 partai, termasuk dua partai promiliter yang terafiliasi dengan PM Prayuth Chan-ocha.
MFP didepak dari koalisi berkuasa lantaran usulannya untuk merombak Undang-Undang Lese Majeste ditentang anggota parlemen konservatif di DPR maupun Senat yang mendukung militer. Kritikus menilai disingkirkannya MFP dari koalisi mengkhianati hasil pemilu. Namun, para pemimpin Pheu Thai membela keputusan itu perlu dilakukan guna mengakhiri kebuntuan politik dan menciptakan rekonsiliasi.
Pemungutan suara di parlemen untuk menentukan perdana menteri ini bersamaan dengan kepulangan Thaksin ke Thailand setelah 15 tahun berada di pengasingan. Thaksin (74) masih menerima sambutan meriah saat kepulangannya di Bangkok dari para pendukungnya. Ia lalu digiring oleh polisi ke Mahkamah Agung untuk dijatuhi hukuman penjara delapan tahun.
Sejumlah analis menyebut, kepulangan Thaksin dan naiknya Srettha ke puncak kekuasaan menambah spekulasi bahwa Thaksin membuat kesepakatan dengan lawan-lawannya di militer untuk mengizinkannya pulang dan kemungkinan keluar lebih awal dari penjara. Thaksin dan Pheu Thai membantah hal tersebut.
Thaksin digulingkan dari kekuasaan oleh kudeta militer tahun 2006. Adiknya, Yingluck, juga dilengserkan oleh kudeta militer tahun 2014.
Sebelum pulang, Thaksin mengatakan, keputusannya untuk kembali ke Thailand tidak ada hubungannya dengan upaya Pheu Thai kembali berkuasa. Namun, banyak pengamat menduga sebaliknya. “Rencana kepulangan Thaksin ke Thailand ditunda setelah hasil pemilu diumumkan. Ini mengindikasikan kuatnya kaitan antara pemilu, pembentukan koalisi, dan pemilihan PM di satu sisi, dan agenda pribadi Thaksin di sisi lain,” kata Napon Jatusripitak, peneliti ilmu politik dan peneliti tamu di ISEAS-Yusof Ishak Institute, Singapura.