Korsel Tuduh Korut Berusaha Retas Informasi Latihan Militer
Amerika Serikat dan Korea Selatan akan mengadakan latihan militer bersama pekan depan. Korea Utara diduga ingin mencuri informasi latihan itu.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
SEOUL, MINGGU — Korea Selatan menyebut para peretas Korea Utara berusaha mengakses informasi mengenai latihan gabungan militer Korsel dengan Amerika Serikat. Peretasan merupakan cara yang lazim digunakan Korut untuk menghimpun informasi ataupun dana guna membiayai berbagai program militer mereka.
Pernyataan itu dikemukakan Kepolisian Daerah Gyeonggi Nambu, Korsel, pada Minggu (20/8/2023). ”Terdeteksi upaya peretasan informasi mengenai latihan militer. Salah satu alamat protokol internet (IP) yang dipakai meretas ini ternyata sama dengan kasus tahun 2014 ketika salah satu reaktor nuklir Korsel hendak diretas,” demikian bunyi keterangan resmi tersebut.
Menurut kepolisian, para peretas ini adalah kelompok bernama Kimsuky yang berasal dari atau bekerja untuk Pemerintah Korut. Sejauh ini, Korut melalui kantor berita nasional KCNA menyanggah segala tuduhan peretasan.
Mulai Senin (21/8/2023) hingga 11 hari ke depan, Korsel dan AS mengadakan latihan militer gabungan bernama Penjaga Kebebasan Ulchi. Latihan ini guna menyiapkan kedua negara apabila terjadi konflik terbuka akibat pemakaian rudal balistik ataupun hulu ledak nuklir Korut. Pemimpin Korut Kim Jong Un mengatakan, latihan gabungan itu justru persiapan untuk menginvasi negaranya.
Kelompok Kimsuky ini dikabarkan mengincar para kontraktor yang bekerja untuk latihan gabungan tersebut. Peretas mengirim surat elektronik kepada para kontraktor yang ketika diklik bisa membuat kontraktor memperoleh PIN, kata sandi, dan informasi yang bisa untuk dipakai mengakses data latihan gabungan AS-Korsel.
Menurut kepolisian, tidak ada data yang bocor ke Korut. Akan tetapi, mereka bekerja sama dengan sejumlah pihak untuk meningkatkan sistem keamanan digital.
Berita peretasan yang disponsori oleh Pyongyang ini bukan hal baru. Pada Februari 2022, Perserikatan Bangsa-Bangsa mengeluarkan laporan bahwa periode 2020-2021 peretas dari Korut mencuri aset kripto sebesar 50 juta dollar AS dari berbagai transaksi di dunia.
Laporan terbaru dikeluarkan Badan Intelijen Nasional Singapura (NIS) pada pertengahan Agustus 2023. Dikutip oleh media lokal Benzinga, NIS mengatakan, pada semester pertama 2023 saja, Korut mencuri aset kripto sebesar 180 juta dollar Singapura dari negara di Asia Tenggara itu. Secara keseluruhan, sejak tahun 2015, ada 1,5 miliar dollar Singapura yang telah ditilap oleh peretas suruhan Pyongyang.
”Kita harus meningkatkan sistem keamanan transaksi, terutama di antara dua platform kripto yang berbeda,” kata Wakil Direktur Otoritas Keuangan Singapura (MAS) Ho Hern Shin.
Laporan NIS ini menjelaskan kenaikan drastis kegiatan peretasan oleh Korut karena negara itu mengalami penurunan pendapatan domestik bruto tahun 2022 sebesar 12 persen dibandingkan dengan tahun 2016. Akibatnya, harga kebutuhan pokok naik drastis di negara yang telah mengalami kemiskinan dan kelaparan menahun itu. Padahal, pemerintahnya membutuhkan dana besar untuk memenuhi ambisi pengayaan nuklir mereka.
Korut sedang mempersiapkan rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-18. Rudal ini sudah diuji coba dua kali, terakhir pada 12 Juli 2023. Daya jangkaunya bisa mencapai wilayah AS.
Menurut Guru Besar Institut Teknologi Massachusetts (MIT) Theodore Postol, rudal Hwasong-18 ini bisa canggih karena teknologinya dibantu oleh Rusia. (REUTERS)