Hidupkan Kembali Hubungan Bilateral, Delegasi Arab Saudi dan Iran Bertemu
Pertemuan ini merupakan salah satu wujud dibangunnya kembali hubungan bilateral kedua negara. Sehari sebelum pertemuan Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melawat ke Riyadh, Arab Saudi.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
MOSKWA, JUMAT - Delegasi pertahanan Arab Saudi dan Iran bertemu di Rusia untuk membicarakan rencana kerja sama pertahanan dan keamanan. Pertemuan ini merupakan salah satu wujud dibangunnya kembali hubungan bilateral kedua negara pascaperundingan damai Maret 2023 yang dimediasi oleh China.
Kedua delegasi berada di Rusia guna menghadiri Konferensi ke-11 Keamanan Internasional Moskwa pada Jumat (18/8/2023). Di dalam pertemuan bilateral itu Arab Saudi diwakili oleh Wakil Menteri Pertahanan Talal Al-Otaibi dan Iran oleh Wakil Panglima Militer Aziz Nasirzadeh.
"Pembicaraan kedua belah pihak mengenai berbagai potensi kerja sama pertahanan dan keamanan untuk menjaga kestabilan serta perdamaian di wilayah Teluk," kata keterangan Kementerian Pertahanan Arab Saudi yang dikutip oleh Arab News.
Hubungan diplomatik
Sehari sebelum pertemuan delegasi pertahanan di Moskwa, Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amir-Abdollahian melawat ke Riyadh pada Kamis (17/8/2023). Ia diterima oleh Menlu Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan. Ini adalah kunjungan pertama delegasi Iran ke Arab Saudi sejak tahun 2015.
Pada tahun 2016, kedua negara memutuskan hubungan bilateral. Pasalnya, Riyadh menghukum mati Nimr Al-Nimr, seorang ulama Shiah beserta 46 pengikutnya. Al-Nimr menuduh Pemerintah Arab Saudi mendiskriminasi kelompok Shiah di negara tersebut. Oleh Riyadh, ia dijatuhkan dakwaan sebagai pemberontak dan dieksekusi.
Sebagai balasan, massa di Teheran menyerang Kedutaan Arab Saudi. Kedua negara kemudian menarik diplomat masing-masing. Hubungan juga memburuk karena Perang Yaman. Arab Saudi mendukung Pemerintah Yaman, sementara Iran mendukung pemberontak Houthi.
Di samping itu, juga ada persoalan kedekatan Arab Saudi dengan Amerika Serikat dan Iran yang sama-sama menentang program pengayaan nuklir Iran. Adapun Iran mendukung Palestina. Teheran juga dituduh melakukan berbagai serangan ke Arab Saudi. Terakhir ialah ke kilang minyak pada tahun 2019 yang sempat mengakibatkan produksi minyak Arab Saudi turun setengah.
Terdapat pula sengketa ladang minyak yang oleh Iran disebut Arash, sedangkan oleh Arab Saudi dan Kuwait disebut Dorra. Ini masih belum dibahas mengenai batas-batas geografisnya.
Pada Maret lalu, China berhasil mendamaikan kedua negara melalui perundingan di Beijing. Arab Saudi dan Iran berjanji untuk kembali membuka perwakilan diplomatik masing-masing. Dalam kunjungan ke Riyadh ini, Menlu Amirabdollahian didampingi oleh Alireza Enayati, Duta Besar Iran untuk Arab Saudi yang baru ditunjuk oleh Teheran.
"Pertemuan sangat produktif. Raja Arab Saudi Salman bin Abdulaziz juga menyampaikan undangan kepada Presiden Iran Ebrahim Raisi agar melawat ke Riyadh. Presiden kami mengatakan akan segera membalas undangan tersebut," kata Amirabdollahian dalam taklimat media seusai bertemu Pangeran Faisal.
Pengamat isu Timur Tengah untuk International Crisis Group, Anna Jacobs, mengatakan masih terlalu dini untuk memperkirakan arah dan bentuk diplomasi baru Arab Saudi dan Iran. Sejauh ini, berbagai sengketa di antara kedua negara telah dijadikan modalitas untuk berunding, sehingga ini adalah hal positif. Akan tetapi, untuk melihat perkembangannya butuh waktu lebih lama. (AP/AFP)