India Akan Jadi Negara Ekonomi Terkuat Ketiga
Inilah janji Perdana Menteri India Narendra Modi. Namun, ia masih punya tantangan berat untuk mengatasi masalah pengangguran.

Tentara India bersiap sebelum kedatangan Perdana Menteri Narendra Modi di Benteng Merah saat perayaan hari kemerdekaan ke-77 di New Delhi, 15 Agustus 2023.
NEW DELHI, SELASA — Dalam lima tahun ke depan, perekonomian India akan berada di peringkat tiga teratas di dunia. Pertumbuhan ekonomi India ini akan menjadi peluang bagi dunia. Situasi ekonomi membaik karena Pemerintah India mengklaim telah mengangkat lebih dari 130 juta jiwa dari jurang kemiskinan.
India memperkirakan perekonomian akan tumbuh 6-6,5 persen pada tahun fiskal ini sehingga akan menempatkan India di antara negara-negara perekonomian kuat dengan pertumbuhan yang tercepat di dunia. Hal ini dikemukakan Perdana Menteri India Narendra Modi, saat peringatan 76 tahun kemerdekaan India dari kekuasaan Inggris di monumen bersejarah dari kekuasaan Mughal abad ke-17, Benteng Merah, New Delhi, India, Selasa (15/8/2023).
Baca juga: Ekonomi India Masih Tumbuh Apik, RI Optimalkan Ekspor
”Ketika tingkat kemiskinan berkurang di suatu negara, kekuatan kelas menengah meningkat pesat,” kata Modi yang mengenakan serban warna-warni.
India merayakan hari kemerdekaannya sehari setelah negara tetangganya, Pakistan. Dua negara yang terpisah ini muncul sebagai hasil dari pemisahan berdarah British India pada tahun 1947. Proses ini memicu kekerasan komunal terburuk yang pernah terjadi di dunia dan menewaskan ratusan ribu orang. Peristiwa tersebut memicu salah satu migrasi manusia terbesar dalam sejarah, yakni hingga 12 juta orang.

Aparat Kepolisian Kolkata tampil dalam manuver sepeda motor saat perayaan hari kemerdekaan India di Kolkata, 15 Agustus 2023.
Pernyataan Modi soal perekonomian India ini keluar setelah tahun lalu laporan S&P Global dan Morgan Stanley memperkirakan perekonomian India akan melampaui Jepang dan Jerman dengan menjadi negara terbesar ketiga di dunia pada tahun 2030. Ledakan ekonomi India disebutkan akan didorong oleh offshoring atau alih keluar (pemindahan proses bisnis dari sebuah negara ke negara lain), investasi di bidang manufaktur, pertumbuhan infrastruktur digital, dan transisi energi.
Baca juga: Modi Canangkan India Naik Kelas Jadi Negara Maju dalam 25 Tahun ke Depan
Perekonomian India senilai 3,5 triliun dollar AS sudah melampaui Inggris Raya pada tahun lalu dan menjadi negara perekonomian terbesar kelima. ”Ketika India memperingati 100 tahun kemerdekaan pada 2047, India sudah menjadi negara maju,” kata Modi.
Namun, terlepas dari pertumbuhan ekonomi yang stabil, pemerintahan Modi masih harus berjuang keras untuk mengatasi masalah pengangguran. Ia berada di bawah tekanan untuk menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup. Tekanan pada pemerintahan Modi akan semakin kuat karena akan ada pemilu pada 2024. Partai Modi, Partai Bharatiya Janata, diprediksi akan menang.

Menurut Pusat Pemantauan Ekonomi India, tingkat pengangguran naik selama setahun terakhir hingga mencapai 8 persen pada Juli lalu. Modi tidak menyinggung isu ini dalam pidatonya. Alih-alih, dia malah memuji perjalanan India selama beberapa dekade.
”Kita beruntung memiliki jumlah penduduk yang banyak, sistem demokrasi, dan keberagaman,” kata Modi yang menekankan India sekarang menjadi negara berpenduduk terpadat di dunia.
Modi juga menyoroti kebangkitan India di panggung dunia dan meyakini tatanan dunia baru muncul setelah pandemi Covid-19. ”India menjadi suara dunia Selatan. Kami membawa janji stabilitas ke dunia. Semua mata akan tertuju pada India karena New Delhi akan menjadi tuan rumah KTT G-20 bulan depan,” kata Modi.
Konflik Manipur
Pada kesempatan itu, Modi juga kembali menyerukan perdamaian di Manipur. Lebih dari 150 orang tewas akibat bentrokan antara dua kelompok etnis dominan, yakni Hindu Meitei dan Kuki yang mayoritas beragama Kristen pada awal Mei lalu. Modi mengajak rakyat Manipur untuk mewujudkan perdamaian. Sejak bentrokan terjadi, penduduk Manipur memprotes pemerintah negara bagian yang dipimpin partai Modi dan menuntut menteri utamanya dipecat.

Puluhan rumah dirusak dan dibakar selama bentrokan etnis dan kerusuhan di Sugnu, di Manipur, India, 21 Juni 2023. Selama tiga bulan, Perdana Menteri India Narendra Modi diam tentang kekerasan etnis yang menewaskan lebih dari 150 orang itu. Ini memicu mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya di parlemen.
Lebih dari 50.000 orang sudah mengungsi dari Manipur karena kekerasan masih saja terjadi meski pemerintah sudah mengerahkan pasukannya. Massa bersenjata membakar bangunan, membantai warga sipil, dan menjarah senjata dari gudang senjata negara.
Akan tetapi, selama tiga bulan, Modi bungkam soal konflik di Manipur. Oleh karena tidak ada tindakan apa-apa, mosi tidak percaya terhadap pemerintahannya muncul di parlemen. Modi menggagalkan mosi itu pada pekan lalu setelah memohon perdamaian di Manipur. Ini baru pertama kalinya dia lakukan sejak konflik dimulai.
Baca juga: Metamorfosis Kebijakan India di Asia Tenggara
Rahul Gandhi, lawan politik Modi, mengecam Modi karena gagal menghentikan kekerasan di Manipur, sementara kelompok pejuang hak asasi manusia, Human Rights Watch, mengatakan, partai nasionalis Hindu pimpinan Modi telah mengobarkan api konflik dengan kebijakan yang memecah belah dan berpihak pada mayoritas warga Hindu. ”Konflik telah mereda dan ini membuka jalan bagi resolusi. Hanya dengan cara ini bisa diraih perdamaian,” ujarnya.

Aksi protes para petani ini mengguncang pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi dan sekutunya karena hampir 60 persen populasi di India bergantung pada pertanian untuk mata pencarian.
Aliansi partai oposisi India yang disebut ”INDIA” memperkirakan partai Modi tidak akan menang dalam pemilu. Anggota parlemen federal dari partai oposisi, Jairam Ramesh, menilai Modi gagal dalam sembilan tahun terakhir karena banyak kebijakannya yang buruk dan tidak adil. ”Retorika dan gertakan tidak bisa lagi menutupi kebenaran yang kini terbukti di seluruh negeri,” ujarnya. (REUTERS/AFP)