Seperti Indonesia, Amerika Latin Juga Keberatan Pada Perjanjian Dagang Dengan Uni Eropa
Mercosur menilai UE menerapkan proteksionisme berkedok perlindungan lingkungan. UE berusaha tetap mendapatkan bahan baku murah dan tidak mau berinvestasi pada industri pengolahan di Amerika Latin
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
ASUNCION, RABU - Blok dagang terbesar Amerika Latin, Mercosur, terus menunjukkan keberatan pada perjanjian dagang dengan Uni Eropa. Seperti Indonesia, keberatan Mercosur berpusat pada proteksionisme dan keinginan Eropa terlibat di proses pengadaan barang dan jasa. Meski demikian, seperti juga Indonesia, Mercosur berharap perjanjian dagang itu segera disepakati bila keadilan bagi semua pihak terpenuhi.
Presiden terpilih Paraguay, Santiago Pena, menjadi tokoh terbaru yang menyatakan keberatan pada perjanjian itu. Dalam wawancara yang disiarkan Reuters pada Rabu (9/8/2023), Pena menyebut perundingan dagang UE-Mercosur sebaiknya dihentikan. “Pendekatan UE tidak bisa bisa diterima. UE harus jelas menunjukkan, mau atau tidak untuk meneruskan kesepakatan ini. Hari ini, saya mempertanyakan kepentingan mereka,” kata politisi yang akan dilantik sebagai Presiden Paraguay pada pertengahan Agustus 2023 itu.
Permintaan UE dalam perjanjian dagang UE-Mercosur dinilai akan mematikan perkebunan kedelai Paraguay. Padahal, komoditas itu salah satu andalan Paraguay ke pasar UE dan global. Pena mengatakan, Mercosur siap merampungkan perundingan jika UE benar-benar mau mencari kesepakatan. Syaratnya, kesepakatan harus sesuai kepentingan semua pihak.
Posisi Mercosur sama dengan Indonesia dan sejumlah negara lain di Asia Tenggara. UE memang sedang merundingkan perjanjian dagang dengan ASEAN dan sejumlah anggota ASEAN. Sampai sekarang, UE hanya punya perjanjian dagang dengan Singapura dan Vietnam. Dengan Indonesia dan Malaysia, hambatan utamanya soal isu produk pertanian dan peternakan.
Ancaman dan Pengadaan
Sebelum Pena, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva telah lebih dulu mengecam UE soal perundingan dagang dengan Mercosur. Kecaman terbaru Lula disampaikan setelah Konferensi Tingkat Tinggi UE-Komunitas Amerika Latin dan Karibia (CELAC) pada pertengahan Juli 2023 di Brussels.
“Eropa memainkan kartu agresif. Surat dari Eropa kepada Mercosur adalah ancaman sanksi jika kami tidak memenuhi persyaratan lingkungan. Mitra strategis tidak membahas sanksi. Mitra membahas usulan,” tuturnya.
Lula menegaskan, Brasil tidak berkewajiban menunjukkan kepada UE bukti produk Brasil dan Mercosur memenuhi standar lingkungan. Salah satu sebabnya, 80 persen energi Brasil berasal dari sumber energi terbarukan. Kini, tidak ada satu pun anggota UE mencapai taraf itu.
Bersama Argentina dan Uruguay, Brasil dan Paraguay menjadi anggota tetap Mercosur. Keanggotaan Venezuela dibekukan beberapa waktu lalu. Sementara Bolivia, Chile, Kolombia, Ekuador, Guyana, Peru, dan Suriname menjadi anggota mitra. Karena itu, praktis hampir seluruh negara Amerika Latin tergabung dengan Mercosur.
Keberatan lain Lula pada kesepakatan dagang itu adalah klausul soal pengadaan barang dan jasa. UE mau badan usaha Mercosur tidak diprioritaskan dalam pengadaan yang didanai APBN anggota Mercosur. Klausul itu dinilai Lula bisa mematikan badan usaha, milik negara dan swasta, anggota Mercosur. Ia juga menolak klausul proyek dan fasilitas publik Brasil dijual ke swasta UE.
Sementara Presiden Argentina Alberto Fernandez menuding UE berusaha mempertahankan impor bahan mentah dari Amerika Latin lewat perjanjian dagang itu. Argentina dan negara-negara Amerika Latin mau menerapkan konsep hilirisasi sumber daya alam seperti di Indonesia. Alih-alih dalam bentuk mentah, sumber daya alam harus diolah dulu sebelum diekspor dalam bentuk setengah jadi atau jadi.
Fernandez menyebut, UE berusaha tetap mendapatkan bahan baku murah dan tidak mau berinvestasi pada industri pengolahan di Amerika Latin. Padahal, ada sumber daya alam Amerika Latin dibutuhkan UE untuk mewujudkan aneka rencananya.
Penundaan dan Tambahan
Mercosur-UE merundingkan perjanjian dagang sejak 2000. Pada 2019, dicapai kesepakatan umum dan perjanjian siap diteken para pihak. Walakin, ratifikasi batal karena manuver UE dan sejumlah anggota UE.
Austria, Irlandia, dan Perancis paling awal menolak meneken kesepakatan itu. Sebab, kesepakatan itu dinilai akan menyulitkan petani dan peternak di tiga negara tersebut. Petani di tiga negara tersebut menyatakan tidak akan bisa bersaing dengan petani Mercosur yang bisa membuka lahan di hutan Amazon.
Oleh karena itu, UE menambahkan tuntutan yakni meminta jaminan Mercosur tidak akan menggunduli hutan untuk membuka perkebunan dan peternakan baru. Tambahan disampaikan selepas kesepakatan 2019. Pada 2022, UE mengeluarkan panduan baru yang memberikan Brussels hak memberi sanksi mitra dagang. Sanksi dijatuhkan jika mitra dagang dinilai gagal memenuhi standar lingkungan versi UE.
“Saya pikir ada yang berpikir di UE bahwa dengan menekan kami maka kami akan menyerah. Hal itu tidak akan terjadi,” kata Lula.
UE juga membuat Panduan Energi Terbarukan (RED II) dan Aturan Antipenggundulan Hutan (UEDR). Parlemen Eropa jelas menyebut, EUDR spesifik menyasar sawit, kakao, karet, kedelai, kulit, dan aneka produk turunan komoditas itu.
Indonesia dan Malaysia telah menyatakan keberatan atas kedua regulasi itu. Sebagian anggota Mercosur juga bersikap senada. Brasil dan mitranya di Mercosur menilai, UE menerapkan proteksionisme berkedok perlindungan lingkungan.
Karena UE mengajukan hal tambahan, Mercosur pun menyampaikan usulan baru. Seharusnya, usulan itu dibahas pada Juni 2023 di Brasil. Walakin, Lula membatalkannya karena tidak melihat tanda UE mau berkompromi pada kepentingan Mercosur. “Kami tidak masalah. Kami mempersiapkan usulan dan kami pikir UE akan membahasnya dengan kepala dingin lalu menyetujuinya,” kata Lula.
Mercosur, menurut dia, melakukan hal yang sama dengan anggota UE. “Ambil Perancis sebagai contoh. Perancis mau melindungi produk pertaniannya, peternakannya, hortikultura, susu. Seperti Perancis punya hak melindungi produk dan warganya, kami juga akan melakukan itu. Seni perundingan adalah kompensasi,” tuturnya.
Sayangnya, meski lebih dulu meminta klausul tambahan, UE menolak perundingan ulang dengan Mercosur. Komisioner Perdagangan UE Valdis Dombrovskis menyebut, UE dan Mercosur sama-sama menginginkan perundingan ulang. “Pendapat umum komisi adalah tidak membuka lagi perundingan. Sudah dirundingkan dalam waktu amat lama. Kesepakatan sudah disusun hati-hati untuk mencapai keseimbangan. Jadi kalau dibuka lagi, akan mengganggu keseimbangan ini. Dampaknya, akan ada perundingan panjang lagi dengan hasil yang tidak jelas,” tuturnya. (AFP/REUTERS)