Jangan Terlena dengan ”Soft Landing”, Ekonomi AS Bisa Tumbang
Nassim Taleb, penulis buku ”Black Swan”, bicara tegas. Kepada CNBC, 29 Juli 2023, ahli matematika dan statistik serta pelaku pasar saham itu menyatakan, sistem ekonomi akan tumbang. Krisis mirip 2008 akan terjadi di AS.
Kini sedang berkembang isu ”soft landing” bagi perekonomian Amerika Serikat (AS). Artinya, aktivitas perekonomian AS menurun, tetapi tidak terbanting keras seperti pada tahun 2008.
Skenario tersebut bisa saja terjadi. Akan tetapi, para pelaku di pasar uang, saham, dan lainnya perlu waspada agar jangan kecele. Sebab, ada kerawanan besar di balik pernyataan tersebut. Kerawanan terutama terletak pada kecepatan pengambilan kesimpulan. Bisa juga, kesimpulan itu diambil tanpa memperhitungkan semua faktor dan kesimpulan bisa terbukti salah total, tetapi baru dirasakan kemudian hari.
Baca juga : Peringkat Utang AS Diturunkan, Janet Yellen Protes
Istilah soft landing juga pernah muncul beberapa bulan menjelang resesi di AS pada 2001. Hal serupa juga muncul beberapa bulan menjelang krisis besar 2008. Akibat yang terjadi kala itu adalah pelaku investasi jangka pendek di pasar mengalami kerugian besar. Banyak perusahaan dan individu dunia terpukul. Mereka terlena dengan taruhan investasi. Ternyata, belakangan nilai-nilai surat-surat berharga yang mereka pegang tidak berbeda dengan kertas toilet.
Hal seperti itu sangat mengemuka saat AS mengalami krisis besar pada 2008. Pasar kecele dengan pernyataan Bank Sentral AS (Federal Reserve/Fed). Harian The New York Times edisi 15 Februari 2007 menuliskan bahwa Gubernur Bank Sentral AS saat itu, Ben Bernanke, menyatakan tekanan inflasi tampaknya mereda.
Di hadapan Komite Perbankan Senat AS pada 1 Februari 2007, Bernanke juga memperkirakan soft landing, alias tidak terjadi kontraksi besar perekonomian. Saat itu Bernanke menyampaikan perkiraan Fed bahwa ekonomi AS akan tumbuh 2,5 persen hingga 3 persen pada 2007.
Kenyataannya setelah itu, produksi domestik bruto (PDB) AS hanya tumbuh 2,1 persen pada 2007, dan turun menjadi 0,12 persen pada 2008, bahkan terjebak kontraksi ekonomi 2,6 persen pada 2009.
Pernyataan Bernanke yang salah itu sempat membuat investor di bursa terbanting. Indeks Dow Jones Industrial Average (DJIA) dibuka pada level 12.474,52 di awal 2007, melejit lagi pada Oktober 2007 menjadi 13.264,82. Akan tetapi, kemudian indeks tersebut menurun mulai 2008 dan anjlok ke level terendah, yakni 6,594,44, atau anjlok 50 persen pada 5 Maret 2009.
Bernanke telah salah total memperkirakan inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Fed tidak melihat secara akurat potensi kebangkrutan di sektor perumahan AS, termasuk akibat tipu-tipu keuangan di sektor tersebut, yang membuat industri perumahan bangkrut. Hal ini memicu resesi 2008 dan mengimbas ke banyak sektor.
Baca juga : Resesi AS yang Tak Kunjung Datang
Hal serupa itu juga pernah terjadi sebelumnya, baik pada 2000 dan era-era sebelumnya. Pernyataan perekonomian menuju soft landing berujung dengan resesi hanya beberapa bulan berikutnya (Forbes, 7 Februari 2023).
Akankah terulang lagi?
Sekarang ini muncul pertanyaan: apakah akan terjadi pengulangan kesalahan seperti sebelumnya?
Hal yang jelas, di tengah inflasi yang belum sampai pada target 2 persen dan suku bunga masih akan naik dari level 5,25 persen hingga 5,5 persen, Gubernur Bank Sentral AS Jerome Powell dan Menteri Keuangan AS Janet Yellen sudah menyuarakan bahwa perekonomian paling-paling hanya menuju soft landing.
”Untuk AS, pertumbuhan ekonomi melambat… tetapi saya tidak melihat resesi,” kata Yellen, seperti dikutip kantor berita Reuters, 17 Juli 2023.
Baca juga : Kisah Malaise 2008 Tampak Terulang
Berdasarkan data yang ada, PDB AS tumbuh 2 persen pada kuartal I-2023 dan 2,8 persen pada kuartal II-2023. Perkiraan Fed untuk pertumbuhan ekonomi sepanjang 2023 adalah 1,3 persen. Terjadi penurunan, tetapi ringan. Inilah dasar bagi pemunculan istilah soft landing.
Seperti diberitakan Reuters, 27 Juli 2023, Powell menyampaikan perkiraan Fed bahwa ekonomi AS tidak akan memasuki resesi. ”Fed mengamati, akan terjadi penurunan pertumbuhan hingga akhir 2023, tetapi dengan melihat daya tahan ekonomi, skenario resesi tidak masuk dalam perkiraan.”
Namun, perlu dicatat bahwa pandangan Fed tersebut berubah dari pernyataan yang disampaikan pada November 2022. Saat itu, Fed melihat resesi kemungkinan akan terjadi.
Baca juga : Sinyal Resesi Dangkal di AS
Jebakan berbahaya
Mantan penasihat Federal Reserve Dallas, Danielle DiMartino Booth, mengingatkan eforia tentang soft landing. ”Kita pernah menjalani diskusi serupa pada 2000 dan juga pada 2007. Saat itu diskusinya mirip dengan yang berlangsung sekarang, bahwa hanya akan terjadi soft landing. Setiap orang berpikir kita berada pada arah tersebut,” kata DiMartino, merujuk pada soft landing.
”Anda sering dalam lingkungan yang sangat berbahaya ketika semua pihak sepakat tentang arah yang akan dituju. Saat itu ekonom yakin tidak akan terjadi kontraksi,” kata DiMartino. Kenyataan kemudian menunjukkan perkiraan tersebut meleset jauh.
Baca juga : Jangan Terbuai Anggapan Resesi Tak Akan Terjadi, Inflasi Kali Ini Bandel
DiMartino mengingatkan bahwa sangat penting melihat efek kenaikan suku bunga Fed, yang baru bisa terasa beberapa bulan kemudian. ”Kita sudah berada pada rentang waktu 12-18 bulan sejak kenaikan suku bunga dimulai pada Maret 2022. Kita sedang menyaksikan efek pengetatan terhadap perekonomian. Jika Anda hanya melihat efek lewat prisma bursa saham, Anda bisa terjebak,” ujar DiMartino.
Kita sedang menyaksikan efek pengetatan terhadap perekonomian. Jika Anda hanya melihat efek lewat prisma bursa saham, Anda bisa terjebak.
Indikator yang dilihat DiMartino sekarang ini adalah kebangkrutan usaha-usaha kecil, kegagalan bank hingga merger bank, serta penutupan usaha besar seperti Yellow Corp—sebuah perusahaan angkutan truk berusia 99 tahun yang merumahkan 30.000 karyawan.
”Perhatikanlah apa yang terjadi di sekitar Anda, bukan hanya berita keuangan,” saran DiMartino.
Presiden Federal Minneapolis Neel Kashkari setuju bahwa perkembangan ekonomi AS sejauh ini terlihat membaik, pengangguran relatif rendah sekitar 3,6 persen. Kashkari mengatakan, ia berharap resesi tidak terjadi. Akan tetapi, ia juga mengatakan, penilaian tentang perekonomian harus didasarkan fakta demi fakta.
Struktur akan tumbang
Nassim Taleb, penulis buku Black Swan, berbicara tegas. Kepada CNBC, 29 Juli 2023, Taleb yang ahli matematika dan statistik serta pelaku pasar saham menegaskan, sistem akan tumbang. Krisis mirip 2008 akan terjadi di AS.
Baca juga : Situasi Tidak Berubah, AS Menuju Resesi Keras atau Inflasi Tinggi
Fenomena perekonomian AS sekarang ini bukan lagi kategori ”black swan”, merujuk pada sesuatu yang langka atau tidak terduga. ”Situasi sekarang adalah white swan! Ini sebuah kejadian white swan,” kata Taleb. Ucapannya merujuk pada sesuatu yang jelas, bukan di luar perkiraan.
Setelah pencanangan kebijakan suku bunga rendah bertahun-tahun di AS, terjadi penumpukan utang yang luar biasa.
Taleb yakin, risiko ekonomi sekarang ini jelas. Setelah pencanangan kebijakan suku bunga rendah bertahun-tahun di AS, terjadi penumpukan utang yang luar biasa. Ada ketidaksinambungan utang.
”Sekarang suku bunga meningkat, dan ada utang-utang yang jatuh tempo dan sejumlah pengutang kemungkinan tidak bisa membayar kembali utangnya,” kata Taleb.
”Risiko ada di hadapan kita. Jika Anda melihat sebuah jembatan rapuh, Anda tahu (jembatan) itu akan roboh. Anda harus memperbaikinya,” lanjut Taleb. Solusinya adalah lewat pengurangan utang dan solusi lain yang bukan masuk kategori kosmetik.
Dua segmen paling rawan sekarang ini adalah sektor perumahan dan teknologi baru. Taleb tidak yakin dengan heboh dan eforia teknologi sekarang. Ia yakin ekosistem startup dibangun di atas basis yang rapuh. ”Metodologi bisnis startup telah berubah,” katanya.
Dua industri itu dalam risiko dan rentan, termasuk startup, yang menyedot investasi besar, tetapi banyak kegagalan. ”Dua hal itu akan berjalan tidak stabil,” kata Taleb seraya menambahkan agar investor jangan terlalu lama memegang sebuah saham perusahaan kategori itu.
Baca juga : Era Bakar Duit ”Start Up” Telah Berakhir
Tentang perumahan, Taleb mengatakan, valuasinya sekarang sekitar 100 triliun dollar AS. ”Tetapi, kita bukan lagi berada pada tingkat suku bunga 3 persen, sudah naik ke level 7 persen,” katanya.
Taleb hendak mengatakan, surat-surat utang untuk sektor perumahan sekian tahun hanya berbunga 3 persen dan kini sudah naik menjadi 7 persen. Artinya, ada beban bunga tambahan di sektor tersebut.
Situasinya sekarang ini mirip jembatan rapuh, yang pasti akan tumbang. ”Sistem tidak mengoreksi dirinya sendiri jika tidak ada rasa sakit,” kata Talib.
Hal yang dia maksudkan adalah beban utang dan metodologi bisnis yang salah, salah satunya lewat penumpukan utang, tidak akan membaik dengan sendiri. Hal itu hanya akan terjadi lewat kebangkrutan, yang akan memunculkan koreksi. (AP/AFP/REUTERS)