Indonesia-Kuwait, Investasi Sektor Energi Jadi Incaran
Sektor energi menjadi sektor unggulan dalam hubungan kerja sama ekonomi Indonesia-Kuwait. sektor lain yang potensial, di antaranya adalah produk manufaktur, perikanan dan ketenagakerjaan.
Oleh
BONIFASIUS JOSIE SUSILO HARDIANTO
·3 menit baca
Awal Juni lalu, kala warga Kuwait memberikan hak suara mereka, Kuwait City ”tengah terbungkus” oleh panasnya suhu udara. Pada papan elektronik terpampang angka 46 derajat celsius. Bila terjadi di lain negara, bisa saja aroma persaingan dan ruang udara yang seakan ”mendidih” menjadi ”bahan bakar” yang dapat meletupkan ”keriuhan”.
Namun, di tengah suasana seperti itu, perhelatan pemilihan anggota Majelis Nasional Kuwait berlangsung lancar dan aman. Pemilu berjalan tanpa mengganggu aktivitas warga. Warga pemilik suara, baik laki-laki maupun perempuan, antusias memberikan suara mereka di sejumlah tempat pemungutan suara.
”Di kawasan Teluk, Kuwait, boleh dikatakan adalah negara paling demokratis,” kata Duta Besar RI untuk Kuwait Lena Maryana saat ditemui di Kedutaan Besar RI di Kuwait.
Pemilu, menurut Lena, tidak mengganggu stabilitas ekonomi ataupun kegiatan lain. Bagi Indonesia hal itu sangat penting. Lena lantas menjelaskan, menandai 55 tahun hubungan diplomatik Indonesia-Kuwait yang jatuh tahun ini, Indonesia ingin meningkatkan kerja sama ekonomi, perdagangan dan investasi, serta memperkuat kerja sama antarwarga.
”Kuwait adalah negara maju dan dari sisi ekonomi produk domestik bruto mereka besar. Kita mengupayakan diplomasi ekonomi terus digalakkan dengan prioritas bagaimana menarik investasi dan foreign direct investment Kuwait ke Indonesia,” kata Lena.
Salah satu yang kini tengah diincar adalah kerja sama di sektor energi yang dimotori oleh Kuwait Foreign Petroleum Exploration Company (KUFPEC). ”Pada tahap awal diharapkan KUFPEC bisa menginvestasikan 1 miliar dollar AS dari 10 miliar dollar AS yang bisa ditanamkan di Tanah Air, terutama di sektor energi dan sumber daya mineral. Itu target kami, mudah-mudahan bisa kita realisasikan,” kata Lena.
Selain energi, menurut dia, ada pula sektor lain yang potensial, di antaranya adalah produk manufaktur dan perikanan. Terkait perikanan, Lena mengatakan, Indonesia dapat mengirim tenaga ahli ke Kuwait untuk bekerja sama mengembangkan perikanan budidaya di Kuwait.
Forum investasi
Pada Mei lalu, KBRI di Kuwait bersama Kuwait Chamber of Commerce and Industry (Kamar Dagang dan Industri Kuwait/KCCI) menggelar Indonesia Investment Forum (IIF) di Kuwait. Dalam forum yang diarahkan untuk menarik lebih banyak investor Kuwait untuk berinvestasi di Indonesia itu, Deputi Menteri Bidang Investasi Kementerian Investasi Nurul Ichwan menawarkan kepada pebisnis Kuwait untuk berpartisipasi dalam 69 proyek.
Dalam pernyataan pers KBRI disebutkan, pada kesempatan itu, Indonesia juga menawarkan berbagai fasilitas dan insentif untuk investasi. Selain itu, Staf Khusus Menteri Investasi Bidang Peningkatan Pengusaha Nasional Kementerian Investasi Muhammad Pradana Indraputra memaparkan juga beberapa proyek yang dapat dikerjasamakan, antara lain pembangkit listrik tenaga surya di Banten, industri minyak goreng di Jambi, dan proyek-proyek investasi potensial lainnya di sektor pertanian, peternakan, perikanan dan pariwisata. Selain itu, ditawarkan juga peluang untuk berinvestasi dalam pengembangan Ibu Kota Nusantara (IKN).
IIF dihadiri 37 pengusaha dan pemangku kepentingan dari berbagai perusahaan investasi Kuwait, antara lain, dari Kuwait Investment Authority, Union Investment Companies, Al Bader Trading Co, Marawi Group, Bin Sabt Group Companies, Fouad Al Ghanim & Sons Group of Companies. IIF berlangsung secara interaktif dengan beberapa pertanyaan dari para pengusaha.
Seusai forum, selama berada di Kuwait, delegasi Indonesia menyempatkan diri menggelar sejumlah pertemuan dengan perwakilan pemerintah dan swasta Kuwait.
Pertemuan-pertemuan tersebut di antaranya diarahkan untuk meningkatkan hubungan ekonomi, khususnya di sektor climate-friendly investment IKN, mendorong peningkatan turis asal Kuwait melalui reaktivitas jalur penerbangan Kuwait Airways ke Indonesia, dan mengupayakan dilanjutkannya kembali kegiatan joint commission meeting di Jakarta pada 2024.
Menurut Lena, isu lain yang juga menjadi perhatian Indonesia adalah sektor ketenagakerjaan. Indonesia tengah mengupayakan mengisi kebutuhan tenaga kerja terampil di Kuwait, terutama di bidang kesehatan, perminyakan, dan perhotelan.
Terkait hal itu, segera setelah Majelis Nasional baru terbentuk, Indonesia akan membahas isu tersebut, terutama pada aspek jaminan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di Kuwait.