Satu kunjungan atau interaksi belum bisa mencapai tujuan relasi AS-China yang stabil. Tetap ada friksi politik dan persaingan kedua negara.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
BEIJING, MINGGU — Setelah pertemuan bilateral selama sepuluh jam dengan para pejabat China, Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen mengatakan, ada kemajuan dalam hubungan kedua negara. Meski tidak menghasilkan terobosan baru, pertemuan itu membantu menstabilkan relasi yang sering kali goyah.
Yellen mengakhiri kunjungan selama empat hari di China, Minggu (9/7/2023). Sebelum meninggalkan Beijing, ia mengatakan, hubungan AS-China masih tetap berselisih dalam beberap isu, tetapi ia yakin kunjungannya meningkatkan upaya untuk menempatkan hubungan yang lebih kuat berpijak.
”AS dan China punya ketidaksepakatan yang siginifikan. Namun, Presiden (Joe) Biden dan saya tidak melihat relasi AS dan China melalui kerangka konflik kekuatan besar. Kami yakin dunia ini cukup besar bagi kedua negara untuk berkembang,” katanya.
Ia menyebut ketidaksepakatan itu antara lain terkait kekhawatiran Washington terhadap ”praktik ekonomi yang tidak adil” dan sanksi baru-baru ini terhadap perusahaan AS. Hubungan AS-China berada di titik terendah soal isu-isu keamanan nasional, termasuk Taiwan, larangan atas ekspor teknologi maju, dan kebijakan industrial China yang diatur negara.
AS berupaya untuk memperbaiki hubungan kedua negara. Sebelum Yellen, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengunjungi Beijing bulan lalu. Itu kunjungan pertama menlu AS sejak Biden menjabat presiden. Utusan Khusus AS untuk Urusan Iklim John Kerry diperkirakan juga akan berkunjung ke Beijing pada bulan ini.
Lawatan-lawatan diplomatik itu terjadi menjelang kemungkinan pertemuan antara Biden dan Presiden China Xi Jinping pada Konferensi Tingkat Tinggi G20 di India pada September atau pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di San Francisco, AS, pada November.
Tim ekonomi China
Tentang kunjungannya, Yellen mengatakan, tujuannya adalah membangun dan memperdalam hubungan dengan tim ekonomi China, mengurangi risiko kesalahpahaman, dan melancarkan jalan bagi kerja sama dalam isu perubahan iklim dan utang. ”Memang belum banyak kemajuan, tetapi saya kira kita bisa memiliki hubungan ekonomi yang lebih sehat yang menguntungkan bagi kita dan dunia,” katanya.
Yellen bertemu dengan Perdana Menteri Li Qiang, Wakil Gubernur Bank Sentral China Pan Gongsheng, sejumlah perusahaan AS yang berbisnis di China, pakar keuangan iklim, dan para ekonom perempuan. Dalam berbagai pertemuan itu, ia mendesak adanya lebih banyak kerja sama dalam isu ekonomi dan iklim. Ia juga menegaskan, AS tidak berupaya melakukan decoupling atau pemisahan dari ekonomi China. ”(Melakukan) Decoupling hanya akan mendatangkan bencana bagi kedua negara dan membuat dunia tidak stabil,” ujar Yellen.
Para pejabat China mengungkapkan keprihatinan terkait perintah eksekutif tentang larangan investasi luar negeri yang akan diberlakukan, tetapi Yellen meyakinkan mereka langkah semacam itu hanya di lingkup dangkal dan diterapkan secara transparan. Menurut dia, AS terbuka terhadap keprihatinan para pejabat China sehingga Washington dapat menjelaskan dan merespons konsekuensi tindakan AS yang tidak tepat sasaran.
(Melakukan) Decoupling hanya akan mendatangkan bencana bagi kedua negara dan membuat dunia tidak stabil.
AS telah menerapkan kontrol ekspor untuk menghalangi kemampuan China memperoleh mikrocip berteknologi tinggi. AS khawatir teknologi itu diaplikasikan pada militer sehingga mempertimbangkan langkah untuk membatasi investasi AS dalam sektor sensitif. Namun, sejumlah anggota DPR AS menghendaki tindakan lebih keras. Sebuah kelompok bipartisan mengusulkan untuk memberi Pemerintah AS wewenang memblokir miliaran investasi AS di China.
Para pengamat menilai, secara keseluruhan respons atas kunjungan Yellen lebih antusias dibandingkan kunjungan Blinken yang dianggap lebih hawkish atau beraliran keras. ”Yellen terlihat sebagai profesional di mata China. Pandangannya terhadap hubungan ekonomi dan perdagangan AS-China relatif lebih rasional,” kata Wu Xinbo, Direktur Pusat Kajian Amerika pada Universitas Fudan.
Meski demikian, mereka menganggap hanya dengan kunjungan Yellen belum akan ada terobosan kunci dan konkret serta program-program besar kedua negara. Namun, setidaknya level komunikasi dan konsultasi kali ini belum pernah terjadi selama bertahun-tahun.
Taylor Fravel dari Institut Teknologi Massachusetts (MIT) mengatakan, satu kunjungan atau interaksi belum bisa mencapai tujuan relasi AS-China yang stabil. ”Namun, kunjungan dan pidato Yellen menyampaikan dukungan bagi berlanjutnya kerja sama ekonomi AS-China walaupun tetap ada friksi politik dan persaingan untuk membatasi akses China terhadap teknologi canggih,” katanya. (AFP/REUTERS)