Bom Tandan, Senjata Terlarang dari AS untuk Ukraina
Setiap penembakan peluru M684, hingga 3 hektar daratan bisa menjadi lokasi jatuhnya 88 granat. Granat itu bisa jatuh di pos pertahanan pasukan, bisa juga menimpa atap sekolah atau pasar.
Oleh
KRIS MADA
·4 menit baca
Dilarang di 123 negara, bom tandan terus digunakan Rusia dan Ukraina sejak perang meletus lebih dari setahun lalu. Amerika Serikat memutuskan terlibat dalam penggunaan senjata terlarang itu. Berbagai bangsa terus menderita setelah bom itu dijatuhkan bertahun-tahun lalu.
Presiden AS Joe Biden mengumumkan pengiriman bom tandan atau cluster munition untuk Ukraina pada Jumat (7/7/2023). Para pejabat AS berusaha menjelaskan alasan pengirimannya. Intinya, AS merasa Ukraina kekurangan amunisi dan tidak ada pilihan selain mengirimkan bom tandan.
The New York Times dan CNN menyebut, Washington akan memberikan peluru artileri yang dinamai M684 untuk Kyiv. Secara resmi, peluru itu dihentikan produksinya pada 1996. Peluru itu bisa ditembakkan hingga sejauh 29 kilometer. Meriam-meriam yang dihibahkan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) kepada Ukraina bisa menembakkan peluru itu.
Para pejabat Departemen Pertahanan AS menyebut, peluru yang dikirimkan ke Ukraina diuji secara rahasia pada 1998 hingga 2020. Dari pengujian di gurun di Arizona itu, disimpulkan tingkat kesuksesan peledakannya mencapai 97 persen. Dengan kata lain, paling tidak dua dari 88 granat yang diangkut di M684 tidak akan meledak. Granat itu bisa meledak pada waktu lain yang tidak pernah diketahui kapan pastinya.
”Pemicunya sepenuhnya bergantung pada benturan antara granat dan permukaan tempat jatuhnya. Jika jatuh di tempat lunak, tidak ada cukup benturan untuk memicu ledakan,” kata pakar penjinak bom AS, Kolonel (Purn) Al Vosburgh.
Penyebab larangan
Kegagalan meledak saat dijatuhkan adalah salah satu bahaya penggunaan bom tandan. Komite Palang Merah Internasional (ICRC) menyebut, tingkat kegagalan meledak bom tandan bisa mencapai 40 persen. Bom itu bisa tertanam di lokasi jatuh lalu meledak hingga puluhan tahun kemudian karena tidak sengaja terdampak kegiatan warga sipil.
”Bom tandan adalah senjata paling berbahaya dan curang. Bom itu membunuh dan menghancurkan tanpa pandang bulu. Setiap penggunaan bom tandan di mana pun, oleh siapa pun, harus dikecam keras,” kata Wakil Presiden ICRC Gilles Carbonnier. ICRC menyimpulkan tingkat kegagalan bom tandan berdasarkan penggunaannya di berbagai perang lain. AS dan sekutunya antara lain menjatuhkan bom tandan ke Laos, Kamboja, Irak, hingga bekas Yugoslavia.
Bom tandan yang dijatuhkan AS dan sekutunya menghancurkan sebagian Belgrade, Yugoslavia, pada 1999. Serangan udara besar-besaran oleh NATO itu tidak pernah disetuju Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa. DK PBB adalah satu-satunya lembaga internasional yang bisa mengesahkan penggunaan militer asing di negara lain.
AS juga tidak mendapat persetujuan DK PBB kala menjatuhkan 13 juta ton bom tandan ke Irak dalam serbuan pada 1990 dan 2003. Sementara dalam buku Eternal Harvest: The Legacy of American Bombs in Laos disebut, hingga 4 juta bom tandan dijatuhkan AS ke Laos selama Perang Vietnam. Bom sejenis dipakai AS di Yugoslavia, Kamboja, dan Vietnam.
Lebih dari 8.000 anak Laos tewas karena tidak sengaja menginjak atau memegang bom tandan AS yang gagal meledak setelah dijatuhkan hampir setengah abad lalu. Di Laos dan Kamboja masih mudah menemui peringatan menjauhi lokasi yang diduga tempat bom tandan belum meledak. Kematian ribuan anak-anak Laos adalah alasan lain bom itu dilarang di 123 negara. Bom itu tidak pandang bulu, sipil atau militer jadi sasarannya. Padahal, Konvensi Roma jelas melarang serangan pada warga dan fasilitas sipil.
Berbeda dengan peluru artileri lain, M684 dan aneka pengangkut bom tandan lain sama sekali tidak tepat sasaran. Sekali diluncurkan, M684 dan amunisi sejenis akan terbang ke atas lokasi sasaran. Alih-alih meledak di sasaran, bom tandan malah pecah di ketinggian lalu melepaskan puluhan granat. Selanjutnya, granat-granat itu menyebar di area sasaran.
Untuk setiap M684 yang ditembakkan, hingga 3 hektar daratan bisa menjadi lokasi jatuhnya 88 granat. Granat itu bisa jatuh di pos pertahanan pasukan, bisa juga menimpa atap sekolah atau pasar.
Ancaman besar
Bom seperti itu telah menyebar di Ukraina sejak perang meletus pada 2014 dan semakin gencar selepas Februari 2022. Human Rights Watch (HRW) menyebut, Rusia dan Ukraina sama-sama terus menggunakan bom tandan. Moskwa memakai buatan dalam negeri, Kyiv memakai antara lain produk Turki. HRW menemukan bukti, bom tandan yang digunakan Rusia-Ukraina sama-sama telah menewaskan warga sipil. Seperti AS, Rusia dan Ukraina sama-sama bukan penanda tangan Konvensi Pelarangan Bom Tandan (CCM) yang berlaku sejak 2010.
Amnesty International menyebut, bom tandan menjadi ancaman besar bagi warga sipil. Ancaman itu bertahan puluhan tahun selepas perang selesai. Penderitaan tidak terperi dihasilkan penggunaan bom tanda di sejumlah negara.
Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak serta-merta menjaga jarak dari keputusan Biden. Sebagai penanda tangan CCM, London melarang produksi dan penggunaan senjata itu. Konvensi juga melarang senjata itu dipindahkan dari satu negara ke negara lain. Menteri Pertahanan Spanyol Margarita Robles mengatakan, Madrid juga menolak penggunaan bom tandan. ”Tidak untuk bom tandan, iya itu membantu pertahanan Ukraina. Sepengetahuan kami, pertahanan Ukraina tidak dapat dilakukan dengan bom tandan,” katanya.
Pemerintah Kanada sangat khawatir pada dampak bom tandan di Ukraina. Karena itu, Kanada menolak penggunaan bom tandan dan akan tetap patuh pada CCM. ”Kami serius pada kewajiban terhadap Konvensi dan mendorong adopsi internasional,” demikian pernyataan Pemerintah Kanada selepas pengumuman Biden.
Pakar keamanan AS, Derek Grossman, menyebut keputusan itu sangat disesalkan. ”Kita kehilangan landasan moral karena keputusan ini,” ujarnya. (AFP/REUTERS)