Threads Terbang Tinggi, Twitter Layangkan Gugatan
Sebanyak 30 juta orang mengunduh aplikasi berbasis teks Threads. Itu data 12 jam lalu. Hanya dalam 7 jam, 10 juta orang tertarik. Di saat pengguna Threads melambung, Twitter mengancam akan menuntut Threads karena meniru.
Hanya beberapa jam setelah perusahaan Meta milik Mark Zuckerberg meluncurkan aplikasi Threads, anak dari Instagram, Twitter milik Elon Musk mengancam akan menuntut Meta. Twitter menuduh Meta menyalahgunakan rahasia dagang Twitter dan kekayaan intelektual lainnya serta mempekerjakan puluhan mantan karyawan Twitter yang memiliki akses ke rahasia tersebut.
Threads, aplikasi berbasis teks, sampai sejauh ini menjadi penantang terberat Twitter. Hanya dalam beberapa jam sejak diluncurkan pada Rabu (5/6/2023) pukul 23.00 waktu setempat, sedikitnya sudah ada 30 juta orang yang mengunduh dan meramaikan jagat Threads. Dalam tujuh jam pertama, ada 10 juta pengunduh.
Baca juga: Aplikasi “Threads”, Pukulan Telak Zuckerberg kepada Musk
Threads memang bukan aplikasi media sosial berbasis teks pertama yang mencoba menyaingi Twitter yang memiliki sekitar 200 juta pengguna. Sudah banyak muncul aplikasi serupa sebelumnya, seperti Mastodon, Post, Truth Social, dan T2. Akan tetapi, baru kali ini kubu Musk bereaksi dengan ancaman tuntutan karena pesaing-pesaing sebelumnya tak semelejit Threads dalam waktu sangat cepat. Mastodon memiliki 1,7 juta pengguna aktif bulanan. Twitter memiliki 229 juta pengguna aktif bulanan. Ini catatan pada Mei 2022 sebelum Twitter dibeli Musk.
Ancaman tuntutan itu tertulis dalam sebuah surat untuk Zuckerberg yang dikeluarkan oleh media daring, Semafor, Kamis (6/7/2023). Pengacara Musk, Alex Spiro, menuduh Meta secara tidak sah menggunakan rahasia dagang Twitter dan kekayaan intelektual lainnya dengan mempekerjakan mantan karyawan Twitter untuk membuat ”aplikasi tiruan”. Dalam surat itu, Spiro mengatakan, Twitter bermaksud menegakkan hak kekayaan intelektualnya secara ketat dan menekankan hak perusahaan untuk mencari solusi perdata atau ganti rugi. Ia menambahkan, surat itu adalah ”pemberitahuan resmi” untuk Meta.
Tuduhan Spiro ini ditanggapi juru bicara Meta, Andy Stone, melalui Threads. Stone menulis, ”Tidak ada seorang pun di bagian tim teknik Threads yang merupakan mantan karyawan Twitter.”
Kantor berita Associated Press (AP) menghubungi Spiro dan Twitter untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Twitter menanggapi e-mail yang meminta komentar dengan mengirimkan emoji kotoran. Menurut AP, ini tanggapan otomatis yang biasanya diberikan Twitter kepada wartawan.
Musk belum secara langsung mengunggah cuitan soal kemungkinan tindakan hukum itu. Akan tetapi, ia sudah menjawab beberapa komentar tajam tentang peluncuran Threads. Musk sempat menanggapi satu cuitan yang menyatakan aplikasi Meta dibangun mayoritas dengan memakai fungsi ”salin dan tempel”. Musk merespons dengan emoji tertawa.
CEO Twitter Linda Yaccarino juga tidak secara terbuka mengomentari surat tuntutan dari Twitter itu. Namun, ia menyinggung peluncuran Threads dalam cuitannya. ”Kami sering ditiru, tetapi komunitas Twitter tidak akan pernah bisa ditiru,” tulis Yaccarino.
Baca juga: Desentralisasi: Masa Depan Media Sosial?
Threads hadir pada saat banyak orang sedang mencari alternatif lain dari Twitter yang dirasa semakin membatasi aktivitas para penggunanya sejak Musk mengakuisisi Twitter tahun lalu dengan harga 44 miliar dollar AS atau Rp 667 triliun. Di bawah kepemimpinan Musk, moderasi konten Twitter dikurangi seminimal mungkin dengan gangguan dan keputusan terburu-buru yang menakut-nakuti selebritas dan pengiklan besar. Musk juga memecat lebih dari separuh staf Twitter yang beberapa di antaranya diduga pindah ke perusahaan teknologi lain, termasuk Meta.
Begitu Threads muncul, responsnya luar biasa. Hanya dalam hitungan jam, jumlah pengunduhnya puluhan juta. Namun, tetap saja, tidak ada jaminan sebuah aplikasi akan sukses dan langgeng. Threads masih ada di “masa bulan madu”. Para pengamat pun mengingatkan rekam jejak Meta yang menimbulkan masalah privasi data.
Urusan privasi data ini yang membuat Threads tidak bisa diluncurkan di seluruh negara anggota Uni Eropa yang memiliki aturan privasi data ketat bernama Digital Markets Act. Undang-undang baru ini membatasi platform untuk memindahkan data pengguna antarproduk, seperti yang dilakukan antara Instagram dan Threads.
”Euforia dengan layanan baru ini biasa terjadi dan ledakan di awal ini mungkin akan mereda. Tetapi yang jelas aplikasi alternatif ini akan tetap ada dan akan menjadi saingan yang berat untuk Twitter,” kata analis teknologi di PP Foresight, Paolo Pescatore.
Baca juga: ”Adu Jotos” Mark dan Elon Dimulai
”Rasanya seperti awal dari sesuatu yang istimewa. Banyak yang masih harus dilakukan untuk membangun aplikasi ini. Ini akan memakan waktu, tetapi saya pikir harus ada aplikasi percakapan publik dengan lebih dari 1 miliar orang,” tulis Zuckerberg di akunnya di Threads.
Garap kekurangan Threads
Media sosial baru bernama Threads ini relatif lebih mudah ketika mendaftar karena terhubung dengan Instagram, jejaring sosial sarat gambar yang dibeli Facebook dan menjadi aplikasi paling populer untuk berbagi foto. Pengguna Instagram bisa masuk dengan nama akun yang sudah ada dan mengikuti akun-akun yang sama di Threads. Ini memberi pengguna Threads audiens yang ”sudah siap pakai” dan membuat Threads menjadi aplikasi unduhan tercepat yang pernah ada di toko aplikasi Apple.
Ini pula yang menjadi keunggulan Threads dibandingkan pesaing Twitter lainnya, seperti Mastodon dan Bluesky. Seseorang tidak bisa menjadi pengguna Threads jika tidak memiliki akun Instagram. Akun terverifikasi di Instagram juga diverifikasi di Threads. Akan tetapi, hati-hati karena Threads dan Instagram sangat terkait erat. Pengguna bisa menonaktifkan profilnya kapan saja tetapi hanya bisa menghapus akun Threads dengan menghapus juga akun Instagram yang dimiliki.
“Saya akan lihat-lihat dulu Threads ini nanti seperti apa jadinya. Saya akan tetap pakai Twitter untuk sementara ini. Kalau nanti semua orang pindah ke Threads, mungkin saya juga akan ikut pindah,” kata Javi de Andreas (24), peneliti di London, Inggris.
Jika tidak menyukai Twitter, kemungkinan orang juga tidak akan menyukai Threads karena antarmuka penggunanya secara umum sangat mirip. Pengguna diperbolehkan mengirim utas maksimal 500 karakter pada setiap unggahan. Pengguna bisa juga menambahkan foto dan video maksimal berdurasi 5 menit, dan membuat balasan. Ini mirip dengan Twitter.
Namun, Threads tidak memiliki fitur-fitur penting, seperti pencarian, tagar, dan umpan balik. Apa yang dilihat pengguna dihasilkan oleh algoritma, bukan siapa yang diikuti. CEO Instagram Adam Mosseri berjanji akan berusaha keras menyediakan lebih banyak fitur secepat mungkin. ”Masih banyak yang belum ada di Threads, seperti pencarian, tagar, umpan balik, dan pesan langsung. Kami sedang mengerjakannya dan ini butuh waktu,” tulisnya di Threads.
Baca juga: Jejaring Sosial Berbasis Audio Diminati, Twitter Kembangkan Spaces
Untuk saat ini belum ada iklan di Threads karena Zuckerberg mengatakan hanya akan memikirkan monetisasi setelah ada jalur yang jelas menuju 1 miliar pengguna. Guru Besar Pemasaran di Wharton School University of Pennsylvania, Pinar Yildrim, mengatakan, hubungan iklan yang ada dari Instagram dan Facebook akan membantu pendapatan Threads.
Sejumlah analis mengatakan, Threads mengingatkan orang pada keberhasilan Meta dalam mengintegrasikan fitur-fitur penting dari platform, seperti Snapchat dan Tiktok. Wakil Presiden dan Direktur Penelitian di perusahaan konsultan dan penelitian Forrester, Mike Proulx, menilai menjadikan Threads sebagai perpanjangan dari Instagram adalah langkah cerdas Meta.
Setiap pengguna Instagram mendapatkan undangan untuk bergabung dengan Threads. Bentuk undangannya juga terasa eksklusif dengan nama pengguna yang tertulis pada kartu warna silver yang berpendar dan berputar-putar pelan. Ini membuat orang penasaran lalu ikut mengunduh. ”Itu salah satu alasan Threads bisa mendapat 10 juta pengguna hanya dalam 7 jam,” kata Proulx.
Namun, lanjut Proulx, mempertahankan momentum dan terus menarik perhatian pengguna setelah melewati masa bulan madu itu akan sangat penting. Threads masih dalam tahap sangat awal dan banyak tergantung pada umpan balik pengguna. Bisa jadi hubungan Threads dengan Instagram akan menjadi kendala menuju 1 miliar pengguna karena tak semua orang bermain di jagat Instagram.
Barangkali Meta perlu memikirkan fitur baru atau solusi lain untuk menarik mereka yang tak bermain Instagram. Untuk sementara waktu, sambil menunggu, kita bisa bermain di jagat Threads dan menikmati komentar-komentar yang lucu dari pengguna sembari tetap melirik-lirik Twitter hanya agar tidak ketinggalan informasi atau fear of missing out. (REUTERS/AFP/AP)