Kunjungi China, Menkeu AS Coba Urai Keruwetan Relasi Dua Negara
Harapannya tak muluk-muluk mencapai kesepakatan strategis. Hanya bisa saling bicara jujur dan produksi saja itu sudah cukup, untuk saat ini.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
BEIJING, JUMAT — Amerika Serikat menginginkan persaingan ekonomi yang sehat dengan China, tetapi akan tetap mempertahankan pembatasan perdagangan dengan alasan keamanan. AS juga tidak mendukung decoupling atau melepas relasi ekonomi AS dan China. Para pelaku bisnis sudah memperingatkan hal itu akan bisa merusak inovasi dan pertumbuhan karena kedua belah pihak sama-sama memperketat kontrol atas perdagangan teknologi dan barang lain yang dianggap sensitif, seperti logam untuk semikonduktor dan panel surya.
Dalam kerangka ini, Menteri Keuangan AS Janet Yellen memulai pertemuan dengan para pejabat China dalam kunjungan empat hari di China, mulai Jumat (7/7/2023). Yellen diagendakan bertemu dengan Perdana Menteri China Li Qiang dan para pejabat bidang perekonomian China lainnya di Aula Besar Rakyat. Sampai sejauh ini, tidak ada rencana Yellen bertemu Presiden China Xi Jinping.
Kunjungan Yellen ke China ini kemungkinan tidak akan menghasilkan kesepakatan yang baru atau menentukan. Namun, setidaknya kedua belah pihak sudah mencoba mengurai keruwetan dan ketegangan hubungan dengan saling bicara. Kunjungan Yellen ini menyusul kunjungan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken ke China pada bulan lalu. Blinken bertemu Xi dan keduanya sepakat menstabilkan hubungan kedua negara. Namun, Xi-Blinken tidak berhasil menyepakati peningkatan komunikasi antarmiliter.
”AS tidak mengharapkan terobosan kebijakan khusus selama beberapa hari ke depan, tetapi mengharapkan percakapan yang jujur dan produktif yang bisa membuka jalan bagi pembicaraan di masa depan,” kata seorang pejabat di Departemen Keuangan AS.
Penasihat senior di Pusat Kajian Strategis dan Internasional di Washington, William Reinsch, juga tidak yakin lawatan Yellen ke China akan menghasilkan kesepakatan baru yang menentukan dan signifikan. Yang utama dari kunjungan Yellen itu adalah adanya harapan untuk memulai kembali dialog antarkedua negara yang hubungannya berada pada level terendah dalam beberapa dekade terakhir.
Kontrol ekspor, hak asasi manusia, dan keamanan nasional menjadi isu-isu yang membuat hubungan AS-China sering tegang. ”Harapan yang terbaik kali ini adalah China akan menyetujui semacam mekanisme untuk melanjutkan pembicaraan ekonomi,” ujarnya.
Dalam unggahan di akun Twitter, Yellen menuliskan, meski AS melindungi keamanan nasionalnya, perjalanan ke China ini memberikan kesempatan untuk berkomunikasi dan menghindari kesalahan dalam komunikasi dan kesalahpahaman. Kementerian Keuangan China optimistis dengan kunjungan Yellen yang diyakini akan bisa memperkuat komunikasi dan pertukaran antarkedua negara.
”Sifat hubungan ekonomi dan perdagangan China dan AS saling menguntungkan. Tidak ada pemenang dalam perang dagang atau ’pemisahan dan pemutusan rantai’,” sebut kementerian dalam pernyataan tertulis.
Dalam pertemuan dengan Li, Yellen berkesempatan membahas hubungan ekonomi, menyampaikan keprihatinan, dan mencari peluang untuk kolaborasi. Yellen juga disebutkan akan bertemu dengan mantan Wakil PM Liu He dan bertukar pandangan tentang status ekonomi AS dan China serta prospek internasional.
Selain para pejabat China, Yellen juga akan bertemu dengan perwakilan-perwakilan perusahaan AS di China dalam acara yang diadakan Kamar Dagang AS. Pada acara itu, Yellen akan mendengar tentang tantangan yang dihadapi perusahaan AS saat berbisnis di China. Ia kemungkinan menekankan konsep ”persaingan ekonomi yang sehat” tanpa hambatan akses pasar dan tindakan tertentu yang menargetkan perusahaan AS.
Tugas Yellen di China tidak mudah. Ia harus berjuang keras untuk membujuk para pejabat China dan menjelaskan tindakan AS, seperti pengetatan ekspor pada semikonduktor kelas atas ditujukan untuk menjaga keamanan nasional. Tindakan itu bukan untuk menahan pengaruh ekonomi China. Harian The Wall Street Journal menyebutkan, Pemerintah AS sedang mempertimbangkan untuk membatasi akses perusahaan China ke layanan komputasi awan AS yang disediakan perusahaan AS, seperti Amazon dan Microsoft.
Pemerintah China dibuat frustrasi oleh pembatasan AS pada akses China ke cip pemroses canggih dengan alasan keamanan. Tindakan AS ini bisa menunda atau bahkan menggagalkan upaya Partai Komunis China untuk mengembangkan telekomunikasi, kecerdasan buatan, dan teknologi canggih lainnya.
Para Maret lalu, Xi menuding AS berusaha menghambat perkembangan China. Namun, AS menepis tudingan itu. Alasan pembatasan semata-mata hanya keamanan nasional dan ini tidak bisa dinegosiasikan. Pada pekan ini China pun mengekang ekspor China atas galium dan germanium. Ini mengejutkan Korea Selatan dan negara-negara lain yang mengandalkan pasokan logam dari China. Dalam kunjungan Yellen, AS hendak mempromosikan rantai pasok yang kuat dan menjaga agar tidak ada ketergantungan yang berlebihan pada pemasok produk-produk yang penting. (REUTERS/AFP/AP)