Intelijen AS Sudah Deteksi Rencana Pemberontakan Pasukan Wagner di Rusia
Intelijen AS telah mengendus rencana pemberontakan tentara bayaran Wagner di Rusia, beberapa hari sebelumnya. Namun, berbeda dari saat mencium rencana invasi Rusia ke Ukraina, akhir 2021, mereka kali ini tutup mulut.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Dinas intelijen Amerika Serikat telah mendeteksi sinyal-sinyal bakal ada pemberontakan pasukan tentara bayaran Wagner Group beberapa hari sebelumnya. Hal ini mengingatkan momen-momen menjelang invasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari 2022. Bedanya dengan kala itu, kali ini intelijen AS memilih langkah diam.
Hal tersebut dilansir media-media AS, Sabtu (24/6/2023), atau Minggu pagi WIB. Seperti diberitakan, pada Jumat (23/6/2023), pasukan Wagner pimpinan Yevgeny Prigozhin menguasai kota Roztov-on-Don, sekitar 1.000 kilometer selatan Moskwa. Kota itu merupakan pusat logistik utama bagi keseluruhan operasi militer Rusia dalam invasi ke Ukraina.
Mereka merebut markas markas Pusat Distrik Militer Selatan Rusia di kota tersebut. Prigozhin melancarkan pemberontakan, Jumat (23/6/2023), setelah menuding militer Rusia membunuh banyak anggota pasukannya dengan serangan udara. Kementerian Pertahanan Rusia membantah tudingan itu.
Pasukan Prigozhin sempat bergerak menuju Moskwa dan tinggal berjarak sekitar 200 kilometer dari ibu kota. Tiba-tiba Prigozhin mengumumkan kepada pasukannya untuk menghentikan gerak laju dan berputar haluan ke Belarus, negara tetangga di sebelah barat daya Rusia dan sebelah utara Ukraina.
Keputusan mendadak Prigozhin itu diambil menyusul kesepakatan yang dimediasi Presiden Belarus Alexander Lukashenko atas persetujuan Presiden Rusia Vladimir Putin. Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut tindakan pasukan Wagner sebagai ”pengkhianatan”.
Dua media AS, The Washington Post dan The New York Times, melaporkan bahwa sebelum Prigozhin mengumumkan pemberontakan terhadap Moskwa pada Jumat (23/6/2023), para pejabat intelijen AS memberikan briefing di Gedung Putih, Pentagon, dan Capitol Hill di Washington DC, Rabu (21/6/2023). The Post menyebutkan, pertama kali indikasi Prigozhin akan melancarkan pemberontakan sudah terdeteksi sejak pertengahan bulan Juni ini.
Menurut Times, informasi yang dikumpulkan aparat intelijen AS itu solid dan menjadi sinyal peringatan akan terjadinya peristiwa penting, pertengahan pekan ini. Kemampuan dinas intelijen AS mencium gejolak di Rusia akhir pekan ini mengingatkan momen-momen saat mereka mengendus rencana Putin melancarkan serangan ke Ukraina pada akhir 2021.
Namun, berbeda dengan peristiwa kala itu, saat intelijen AS memutuskan deklasifikasi informasi rencana invasi Putin dengan maksud agar Putin tidak jadi menyerang Ukraina, Washington kali ini memilih langkah diam. Pejabat AS mengatakan, andai mereka membocorkan rencana pemberontakan pasukan Prigozhin, Putin bisa menuduh intelijen AS mengorkestrasi kudeta di Rusia.
Permusuhan Washington dengan Moskwa meningkat, terutama sejak invasi Rusia ke Ukraina, 24 Februari 2022. AS jelas tak ingin membantu Putin agar terhindar dari pemberontakan tentara Wagner. Meski belum terlalu jelas, kapan persisnya AS pertama kali mengetahui rencana pemberontakan Wagner, pejabat intelijen AS mulai melakukan briefing mengenai situasi di Rusia, hari Rabu (21/6/2023).
Dalam beberapa bulan terakhir, para pejabat intelijen AS menelusuri adanya permusuhan yang semakin meningkat antara Prigozhin dan para pejabat teras Kementerian Pertahanan Rusia. Mereka mencurahkan waktu menganalisis situasi tersebut.
Kesimpulan analisis mereka, ada tanda-tanda yang jelas terjadinya ketegangan internal di Moskwa akibat perang di Ukraina. Menurut Washington, ada tanda-tanda Rusia mengalami kesulitan memasok kebutuhan pasukannya secara memadai.
Laporan intelijen yang dirilis sebagai bagian dari bocoran Discord menunjukkan, AS menyadap komunikasi di kalangan para pejabat senior militer Rusia, berisi perdebatan antara mereka tentang cara menangani Prigozhin yang terus-menerus menuntut pasokan amunisi. Dalam wawancara mengenai krisis terbaru ini, pejabat AS mengungkapkan, tak hanya pasukan Wagner, tetapi juga keseluruhan militer Rusia, yang kesulitan pasokan logistik.
Tentara Chechnya ke Moskwa
Sementara itu, dari Chechnya dilaporkan bahwa pada Sabtu dini hari sekitar 3.000 tentara Chechnya ditarik dari medan pertempuran di Ukraina untuk disiagakan di Moskwa.
”Pasukan tempur mereka telah berada di posisi di Moskwa sejak Sabtu dini hari dan siap melaksanakan perintah Panglima Tertinggi Angkatan Bersenjata Rusia Vladimir Putin,” demikian televisi pemerintah di Chechnya, Grozny, melalui Telegram, Sabtu (24/6/2023) malam.
Di Rusia, para pejabat negeri itu beramai-ramai menunjukkan dukungan pada Putin, menekankan kembali loyalitas mereka kepada Kremlin. Vyacheslav Volodin, Ketua Majelis Rendah Parlemen Rusia, State Duma, mengatakan bahwa para anggota parlemen ”mendukung konsolidasi pasukan”.
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, melalui pesan di Telegram menyatakan, ”Kami hanya punya satu panglima tertinggi. Bukan dua, bukan tiga. Tetapi, satu. Dan beliau mengimbau semuanya agar bersatu,” tulisnya.
Ramzan Kadyrov, pemimpin Chechnya yang pernah memihak Prigozhin dalam mengkritik kepemimpinan militer Rusia, juga menyampaikan dukungan pada Putin. ”Pemberontakan harus ditekan,” ujar Kadyrov. (AP/AFP/REUTERS)