Trump Dijerat 37 Dakwaan, Pendukungnya Siapkan Serangan Balasan
Tidak terima mantan Presiden AS Donald Trump dijerat dengan 37 dakwaan. Para pendukungnya mengancam melakukan serangan balasan, termasuk kemungkinan penggunaan senjata api jika diperlukan.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
WASHINGTON, MINGGU — Mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump menggunakan dakwaan terhadap dirinya untuk meningkatkan citranya jelang konvensi calon presiden Partai Republik. Para pendukung setianya juga menggunakan dakwaan itu sebagai landasan untuk melakukan serangan balik terhadap institusi kejaksaan dan Pemerintah AS.
Saat berbicara di hadapan pendukungnya pada konvensi Partai Republik Negara Bagian Georgia, AS, Sabtu (10/6/2023), Trump menggaungkan tudingan bahwa Presiden Joe Biden mengatur tuntutan pidana terhadapnya untuk merusak peluangnya maju dalam pertarungan memperebutkan kursi presiden AS pada pemilu tahun 2024.
”Dakwaan konyol dan tidak berdasar terhadap saya oleh Departemen Kehakiman yang dipersenjatai oleh pemerintahan Biden akan dianggap sebagai salah satu penyalahgunaan kekuasaan paling mengerikan dalam sejarah negara kita,” kata Trump. Dia menyebut dakwaan terhadap dirinya sebagai sebuah penganiayaan kejam dan parodi keadilan.
Pernyataan itu muncul sehari setelah secara terbuka jaksa mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan 37 dakwaan terhadap Trump. Termasuk dalam dakwaan itu, yakni dakwaan atas kesalahan penanganan dokumen rahasia paling sensitif bagi pemerintah federal setelah Trump meninggalkan Gedung Putih pada Januari 2021.
Jaksa mendakwa Trump menyimpan materi, termasuk dokumen tentang program nuklir AS dan kerentanan domestik, yang seharusnya dikembalikan ke pemerintah usai menjabat.
Dalam dokumen dakwaan setebal 49 halaman itu Trump juga disebut telah membagikan informasi rahasia pada individu yang tidak berhak menerima dalam dua kesempatan. Dakwaan juga menyebut bahwa Trump dan para pembantunya berupaya menghalangi penyelidik pemerintah untuk mengambil dokumen-dokumen itu dari kediamannya.
Trump berupaya menyeret nama Biden dalam dakwaan-dakwaan tersebut. Trump mengatakan, lawan politiknya itu juga melakukan tindakan yang sama, tetapi tidak ada dakwaan terhadapnya. ”Biden tidak didakwa dan apa yang dia lakukan sangatlah buruk,” kata Trump.
Selama lebih dari setahun setelah keluar dari Gedung Putih, Trump menolak permintaan petugas Arsip Nasional untuk mengambil semua catatan yang dia simpan. Dalam dakwaan disebutkan bahwa Trump, para pembantunya, dan penasihat hukumnya berupaya untuk menyembunyikan dokumen-dokumen dari agen federal yang mencoba mengambilnya.
Sementara itu, dalam kasus Biden, menurut Jaksa Agung AS Merrick Garland, para pembantu dan pengacaranya memberi tahu petugas Arsip Nasional dan Departemen Kehakiman bahwa mereka menemukan sebuah dokumen rahasia dan berniat mengembalikannya.
Trump menyatakan dirinya tidak akan mundur dari persaingan menuju Gedung Putih meski dia nantinya dinyatakan bersalah.
”Saya tidak akan pernah mundur,” kata Trump kepada media AS, Politico. Dia juga memperkirakan bahwa dirinya tidak akan dihukum karena dirinya tak melakukan kesalahan. ”Saya rasa saya tidak akan pernah melakukannya. Saya tidak melakukan kesalahan apa pun,” ujar Trump.
Retorika yang disampaikan Trump sepanjang berdiri di panggung menggambarkan upayanya untuk kembali ke Gedung Putih. Dalam orasinya, ia melontarkan upaya dirinya sebagai bagian dari perjuangan epik mengalahkan kekuatan jahat. Kekuatan jahat ini, kata Trump, merupakan ancaman yang lebih besar dan berbahaya dibanding ancaman asing, seperti Rusia, Iran, dan Korea Utara.
”Pikirkan itu: (ancaman) dari dalam lebih buruk dibanding dari luar,” katanya.
Serangan balik
Dakwaan terhadap Trump dan retorika pengusaha real estat itu telah membuat gerah para pendukungnya. Mereka bertekad untuk melakukan serangan balik, termasuk kemungkinan penggunaan senjata api jika diperlukan.
Pernyataan terbuka dan eksplisit soal penggunaan senjata api disampaikan Kari Lake, pendukung Trump dan mantan calon gubernur Arizona, usai konvensi Partai Republik di Georgia. Dia menekankan banyak pendukung Trump memiliki senjata.
”Jika Anda ingin menangkap Presiden Trump, Anda harus melalui saya, dan Anda harus melalui 75 juta orang Amerika seperti saya. Dan, saya akan memberi tahu Anda, kebanyakan dari kami adalah anggota NRA (Asosiasi Pemilik Senjata) yang memiliki kartu,” kata Lake, dikutip dari laman New York Times. Dia menyatakan pesan ini ditujukan pada Jaksa Agung Garland, Jack Smith (jaksa penuntut), dan Presiden Biden.
”Itu bukan ancaman, itu pengumuman layanan publik,” ujar Lake.
Ancaman serangan balik juga disampaikan sekutu dekat Trump, termasuk beberapa anggota Kongres. Mereka menggambarkan dakwaan terhadap Trump sebagai perang dan menyerukan pembalasan. Dalam retorikanya, mereka juga menyebut bahwa sebagian besar dari mereka adalah pemilik senjata.
”Mata ganti mata,” tulis anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS Andy Biggs di Twitter, Jumat (9/6/2023).
Di Instagram, tunangan putra sulung Trump, Kimberly Guilfoyle, mengunggah foto mantan presiden dengan tulisan, ”Pembalasan Akan Datang”. Dia menulisnya dengan huruf kapital semua.
Lembaga penegak hukum Pemerintah Federal AS beberapa waktu terakhir menjadi sasaran kemarahan para pendukung Trump. Biro Penyidik Federal (FBI) melaporkan bahwa beberapa kantor mereka mendapatkan sejumlah ancaman, tidak hanya terhadap para agen, tetapi juga fasilitas kantor. New York Times di dalam laporannya menyebut bahwa FBI tengah mencoba menangani ancaman-ancaman tersebut.
Timothy J Heaphy, penyelidik utama yang menangani kasus penyerbuan Gedung Capitol tahun 2021, mengatakan, para saksi dan tersangka yang dimintai keterangan menyatakan bahwa mereka datang ke gedung itu karena politisi dan presiden (Trump) menyuruh mereka untuk hadir. Menurut Heaphy, politisi tidak sadar bahwa ucapan mereka bisa menjadi pemicu tindakan agresif di akar rumput.
”Retorika seperti ini memiliki konsekuensi. Politisi berpikir bahwa ketika mereka mengatakan sesuatu itu hanya retorika, tetapi orang-orang mendengarkannya dan menganggapnya serius. Dalam iklim ini, politisi perlu menyadari hal ini dan lebih bertanggung jawab,” kata Heaphy. (AP/REUTERS)