Lima Jam Pangeran Harry Bertarung Melawan Tabloid Inggris di Pengadilan
Pangeran Harry mempertahankan gugatannya sebagai saksi dalam persidangan di London bahwa tabloid Inggris secara keji sudah menghancurkan hidupnya.
Pertarungan antara Pangeran Harry dan media tabloid Inggris di ruang sidang dimulai. Harry menyerang dan menyalahkan tabloid Inggris, yang dia sebut sudah menghancurkan hidupnya sejak ia masih remaja pada tahun 1996. Ia menyebut tabloid-tabloid Inggris telah menghancurkan kehidupan pribadinya hingga ia depresi dan paranoia.
Harry menuding perusahaan media Mirror Group Newspapers (MGN), yang menerbitkan tabloid The Mirror, Sunday Mirror, dan Sunday People, mengumpulkan informasi terkait dirinya secara ilegal, termasuk meretas telepon. Namun, sampai sekarang tidak ada bukti sama sekali yang mendukung tuduhan Harry itu.
Pangeran bergelar Duke of Sussex ini menjadi anggota keluarga Kerajaan Inggris pertama sejak 1891 atau lebih dari 130 tahun yang tampil di pengadilan. Sebelum Harry, calon Raja Edward VII muncul sebagai saksi dalam persidangan atas skandal perjudian.
Baca juga: Pangeran Harry-Meghan ”Bertarung di Udara” dengan Keluarga Kerajaan Inggris
Harry (38) menumpahkan kesaksiannya dalam sidang gugatannya terhadap perusahaan media MGN di Pengadilan Tinggi London, Selasa (6/6/2023). Sidang itu berlangsung hampir lima jam.
Ahli waris kelima takhta Kerajaan Inggris itu beserta 100 orang lainnya menggugat MGN atas tuduhan penyebaran informasi yang melanggar hukum. Kesaksian Harry dituangkan di dalam dokumen setebal 50 halaman. Di dalam dokumen itu disebutkan bahwa selama kurun 1996-2010, ketiga tabloid milik MGN menerbitkan 140 artikel yang ditulis dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab.
”Pers sudah memusuhi saya sejak saya lahir. Ketika remaja, saya dicap pangeran playboy, orang gagal, peminum, dan putus sekolah. Perilaku mereka benar-benar keji,” kata Harry.
”Media sudah mengganggu dan menyusahkan hidup saya sampai hari ini. Berapa banyak lagi darah yang akan menodai jari-jari mereka yang mengetik sebelum seseorang bisa menghentikan kegilaan ini,” lanjut Harry.
Pengacara MGN, Andrew Green, menanyakan tentang 33 artikel surat kabar yang menurut Harry ditulis dengan cara-cara yang tidak bertanggung jawab. Harry kemudian mengakui tidak membaca sebagian besar artikel-artikel lama yang dia keluhkan. Sebagian besar artikel itu ditulis sekitar 20 tahun silam.
Sebelumnya, Harry mengatakan, ada ribuan bahkan jutaan kisah mengenai dirinya di media yang menginvasi hidupnya. Ketika ditanya lagi mengenai sumber informasi artikel yang menjadi inti gugatannya, Harry berulang kali mengatakan bahwa pertanyaan itu seharusnya ditanyakan kepada wartawan yang menulisnya.
Baca juga: Pekan Penuh Gugatan Pangeran Harry
Green menyebut kesusahan yang diderita Harry disebabkan oleh liputan media massa Inggris secara umum, bukan hanya dari media MGN. Karena itu, menurut Green, tuduhan Harry kepada MGN itu sepenuhnya spekulasi.
MGN saat ini dimiliki oleh Reach plc. Pada 10 Mei 2023, perusahaan itu mengakui terlibat dalam peretasan telepon pada 2015. Atas tindakan itu, mereka meminta maaf dan sudah menyelesaikan lebih dari 600 klaim dengan membayar 125 juta dollar AS. Namun, kata Green, tidak ada bukti konkret bahwa Harry pernah menjadi korban.
Harry berargumen bahwa beberapa informasi pribadi berasal dari, atau dengan persetujuan, ”orang dalam” Istana Buckingham, termasuk para pembantu senior. Ia menuduh keluarganya atau para pembantunya telah berkolusi dengan tabloid.
Dalam wawancara televisi dan dalam buku memoarnya, Spare, yang dirilis Januari 2023, Harry menyerang beberapa bangsawan Inggris lain dan menuduh mereka berkolusi dengan pers. Ia mengklaim, keluarga kerajaan membuat perjanjian rahasia dengan salah satu penerbit Inggris yang mencegahnya menggugat agar tidak ada bangsawan yang tampil di pengadilan. Ia menuduh monarki berupaya mencegah agar kotak pandora tidak dibuka sehingga nama baik kerajaan tidak ternoda.
Baca juga: Rencana Rekonsiliasi Pangeran Harry Usai Merilis Buku yang Menghebohkan
Kasus ini menjadi pertarungan hukum terbaru Harry dengan media Inggris sejak ia mengundurkan diri dari tugas kerajaan pada awal 2020 dan pindah ke California, Amerika Serikat, bersama istrinya, Meghan Markle.
Harry berargumen, beberapa informasi pribadi berasal dari, atau dengan persetujuan, ’orang dalam’ Istana Buckingham, yang berkolusi dengan tabloid.
Selama ini hubungan Harry denan media diwarnai penuh gejolak. Harry juga menganggap media bertanggung jawab atas kematian ibunya, Putri Diana, dalam kecelakaan mobil di Paris, Perancis, pada tahun 1997 saat dikejar oleh paparazi.
Isu visa di AS
Seiring dengan pemeriksaan kasus di Inggris, pemeriksaan atas gugatan terhadap Harry di Amerika Serikat juga berjalan. Seperti diberitakan, Selasa (6/6/2023), hakim federal di Washington sedang mendalami gugatan dari Heritage Foundation, lembaga kajian kebijakan publik yang menuntut pencabutan visa Harry.
Harry pindah ke AS bersama anak dan istrinya pada 2020. Tidak diketahui dengan jelas jenis visa yang ia pegang. Pada Januari 2023, buku biografi Harry yang berjudul Spare terbit. Di dalamnya, Harry mengaku pernah mengonsumsi ganja, kokain, dan narkoba lainnya. Hal ini menuai kecaman publik AS.
Dalam gugatannya, Heritage Foundation menjelaskan, riwayat penyalahgunaan narkoba adalah aspek pertimbangan penting dalam pengajuan visa ke AS. Mayoritas mantan pemakai narkoba ditolak pengajuan visanya.
”Kami menduga ada perlakuan istimewa terhadap Harry karena statusnya sebagai orang terkenal sehingga Pemerintah AS menutup mata pada persyaratan visa. Jika memang ada pertimbangan pemberian visa kepada Harry, harap jelaskan faktor yang membuktikan bahwa Harry memang membawa investasi ataupun manfaat bagi AS,” demikian tulis gugatan itu.
Harian The Guardian, Selasa (6/6/2023), melansir bahwa hakim Distrik AS, Carl Nichols, memberi Pemerintah AS waktu seminggu untuk memutuskan bagaimana akan menanggapi gugatan Heritage Foundation. Organisasi ini meminta Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) melalui Undang-Undang Kebebasan Informasi untuk merilis aplikasi visa Harry.
Gugatan ini berdasarkan pengakuan Harry sendiri di dalam bukunya bahwa ia mengonsumsi kokain beberapa kali mulai sekitar usia 17 tahun hanya untuk merasakan dan menjadi berbeda. Harry juga mengaku mengonsumsi ganja dan jamur psychedelic.
Formulir aplikasi untuk visa AS secara khusus menanyakan tentang penggunaan narkoba saat ini dan di masa lalu. Pengakuan penggunaan semacam itu dapat menyebabkan aplikasi visa ditolak meski petugas imigrasi dapat mempertimbangkan berbagai faktor dalam keputusan akhir mereka.
Baca juga: Tidak Ada yang Bisa Lari dari Harry
Mantan ajudan mendiang Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher, yang juga analis kebijakan luar negeri di Heritage Foundation, Nile Gardiner, menegaskan bahwa tidak seorang pun boleh mendapatkan perlakuan berbeda. Jika Harry berbohong ketika mengajukan visa, berarti itu masuk kategori sumpah palsu yang bisa dimintai pertanggungjawabannya secara hukum.
Dalam dokumen pengadilan yang diajukan Heritage Foundation, dikutip sejumlah contoh selebritas Inggris yang ditolak masuk AS atau dikembalikan ke Inggris. BBC menyebutkan pada tahun 2010, misalnya, musisi Pete Doherty ditolak masuk ke bandara di New York dan dikirim kembali ke Inggris meski sudah memegang visa. Alasannya, Doherty pernah menjalani masa hukuman karena kasus narkoba.
Pada 2014, koki terkenal asal Inggris, Nigella Lawson, juga dilarang naik pesawat dari Inggris ke Los Angeles setelah mengaku pernah dua kali mengonsumsi kokain sepanjang hidupnya.
Pengacara DHS, John Bardo, mengatakan bahwa status visa seseorang bersifat rahasia sehingga mereka menolak membuka dokumen visa Harry. Sejumlah pengacara dan pakar bidang keimigrasian yakin, hakim tidak mungkin menyetujui gugatan yayasan itu karena selama ini belum pernah ada sejarahnya catatan imigrasi dibuka ke publik. (REUTERS/AFP/AP)