Evakuasi Ribuan Warga Berpacu dengan Kenaikan Air Bah dari Dam Kakhovka
Otoritas Ukraina berpacu dengan waktu untuk mengevakuasi ribuan warga yang tinggal di sekitar Bendungan Kakhovka. Jebolnya Bendungan Kakhovka berdampak luas, terutama pada produktivitas pertanian.

Petugas mengevakuasi warga dengan perahu karet dari permukiman-permukiman yang dibanjiri air bah menyusul jebolnya Bendungan Kakhovka di Kherson, Ukraina, Selasa (6/6/2023).
KHERSON, RABU — Ribuan warga Ukraina diungsikan dengan sedikitnya 42.000 orang berisiko terdampak banjir menyusul jebolnya Bendungan Kakhovka di wilayah Ukraina selatan, Selasa (6/6/2023). Air bah telah membanjiri pemukiman-pemukiman di sekitar area bendungan. Tidak diketahui sampai ketinggian berapa air bah itu akan membanjiri permukiman-permukiman tersebut.
Ribuan orang panik dan bergegas mengungsi ke tempat lebih tinggi, termasuk warga yang tinggal di pulau atau delta di tengah Sungai Dnipro. Mereka yang tinggal di delta itu dievakuasi dengan perahu, kemudian dibawa dengan truk militer ke tempat aman.
Proses evakuasi dilakukan tergesa-gesa. Tidak ada yang tahu akan sampai seberapa tinggi banjirnya karena kini hampir seluruh dinding Kakhovka runtuh. Banjir ini diperkirakan akan berlangsung selama berhari-hari. Air dari Kakhovka mengalir deras ke Laut Hitam. Sedikitnya 42.000 orang yang tinggal di sekitar bendungan itu berisiko terdampak banjir.
”Rusia sengaja merusak bendungan dan tidak memikirkan konsekuensinya. Mereka seharusnya tidak dimaafkan,” kata Oleksandr Sokeryn, warga Kherson.
Seperti banyak warga lainnya, Sokeryn meninggalkan rumahnya bersama keluarganya. Selasa kemarin, banjir menenggelamkan rumahnya.
Rusia dan Ukraina saling tuding lawan sebagai pihak yang menyerang Kakhovka. Bendungan itu jebol akibat ledakan dari dalam salah satu ruang mesin.
Baca juga : Dam Jebol, Rusia-Ukraina Saling Tuding

Petugas penyelamat berusaha menarik perahu yang mengangkut warga untuk dievakuasi dari wilayah banjir di Kherson, Ukraina, Selasa (6/6/2023).
”Sekolah dan stadion kami di pusat kota sudah kebanjiran. Jalanan banjir dan bus kami tidak bisa bergerak,” kata Lidia Zubova (67), warga Kherson lainnya.
Saat diwawancara ia sedang menunggu kereta yang akan keluar dari kota Kherson di bawah kontrol Ukraina. Sebagian wilayah Kherson, termasuk Bendungan Kakhovka, berada di wilayah pendudukan Rusia. Zubova meninggalkan Desa Antonivka, tempat tinggalnya yang tergenang air.
Banjir menyebabkan air naik 3,5 meter dan akan mencapai puncaknya kira-kira pada Rabu sore waktu setempat. Ketinggian air diperkirakan baru turun tiga atau empat hari ke depan. Kebun Binatang Kazkova Dibrova, yang berlokasi di tepi sungai yang dikuasai Rusia, juga kebanjiran. Diperkirakan sekitar 300 hewan mati.
Sebelum banjir datang, Selasa dini hari banyak warga masih mencoba bertahan. Namun, ketika permukaan air mulai naik di jalan-jalan hingga lantai dua gedung, proses evakuasi dipercepat untuk menyelamatkan warga yang terjebak banjir.
Sedikitnya 22.000 orang tinggal di daerah yang berisiko banjir di daerah yang dikuasai Rusia di sisi timur Sungai Dnipro. Sementara 16.000 orang tinggal di zona paling kritis di wilayah yang dikuasai Ukraina di sisi barat sungai. Warga di sisi sungai yang dikuasai Ukraina dievakuasi ke kota Mykolaiv dan Odesa.

Perserikatan Bangsa-Bangsa mengatakan. sedikitnya 16.000 orang kehilangan rumah. Saat ini sedang dikumpulkan bantuan kemanusiaan bagi para pengungsi.
Baca juga : Invasi Militer Rusia Membahayakan PLTN Ukraina
Direktur untuk Eropa Timur pada organisasi Amnesty International Marie Struthers mengatakan, perusakan bendungan Kakhovka ini menimbulkan bencana kemanusiaan karena merusak hidup manusia dan lingkungan sekitarnya. Siapa pun yang bertanggung jawab harus digiring ke pengadilan. Konvensi Geneva sudah melarang penargetan bendungan dalam perang karena berbahaya bagi warga sipil.
Siapa pun yang bertanggung jawab harus digiring ke pengadilan. Konvensi Geneva melarang penargetan bendungan dalam perang karena berbahaya bagi warga sipil.
Sejumlah pejabat yang ditempatkan Rusia di wilayah bendungan mengungkapkan, Bendungan Kakhovka runtuh sendiri. Sementara Amerika Serikat mengaku tidak yakin siapa yang sebenarnya bertanggung jawab. Wakil Duta Besar AS untuk PBB, Robert Wood, mengatakan, tidak masuk akal jika Ukraina menghancurkan bendungan itu.
Sebelumnya, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menuding pasukan Rusia yang meledakkan bendungan itu. Sebaliknya, Rusia menuding Ukraina yang melakukan sabotase.
Rusia sudah menguasai bendungan itu sejak awal invasi ke Ukraina. Pasukan Ukraina merebut kembali tepi utara Dnipro pada tahun lalu. Kedua belah pihak sejak lama menuduh satu sama lain sebagai pihak yang merencanakan untuk menghancurkan bendungan itu.

Citra satelit yang disediakan Maxar Technologies ini menunjukkan Bendungan Kakhovka yang rusak di Ukraina, Selasa (6/6/2023).
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengatakan, PBB tidak memiliki informasi independen tentang bagaimana bendungan itu dibobol. Ia menggambarkan insiden ini sebagai ”konsekuensi lain yang menghancurkan” akibat invasi Rusia. Menurut rencana, Dewan Keamanan PBB akan bertemu untuk membahas isu ini atas permintaan Rusia dan Ukraina.
Dampak dan kerugian
Dengan air yang makin naik tinggi, sedikitnya 42.000 orang berisiko terdampak banjir. Menteri Lingkungan Hidup Ukraina Ruslan Strilets memperkirakan kerugian akibat kerusakan lingkungan mencapai 53,8 juta dollar AS. Ada sekitar 150 ton minyak dari bendungan bocor ke Sungai Dnipro.
Selain menenggelamkan desa dan kota di sekitar kota Kherson, banjir juga akan membuat Semenanjung Crimea kekurangan pasokan air bersih. Runtuhnya dam Bendungan Kakhorva bisa mengakibatkan rendahnya tinggi permukaan air Kanal Crimea Utara, yang dibangun pada era Soviet. Air dari kanal itu menyuplai 85 persen kebutuhan air di Crimea.
Selain menenggelamkan desa dan kota di sekitar kota Kherson, banjir juga akan membuat Semenanjung Crimea kekurangan pasokan air bersih.
Air dari Kanal Crimea Utara tersebut digunakan untuk mengairi lahan-lahan pertanian dan memasok kebutuhan industri-industri di semenanjung Laut Hitam. Sekitar seperlima pasokan air itu diolah menjadi air minum dan untuk kebutuhan umum lainnya.
Selain sebagai pemasok air bagi Crimea, waduk Bendungan Kakhovka juga untuk memasok air pendingin bagi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia.

Foto citra satelit SkySat yang diambil oleh Planet Labs PBC pada 4 Juni 2023 dan dirilis pada 6 Juni 2023 ini memperlihatkan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia di Enerhodar, Zaporizhzhia, Ukraina. PLTN terbesar di Eropa itu kini dalam penguasaan Rusia.
Muncul kekhawatiran, reaktor nuklir PLTN itu akan bocor karena tidak ada pasokan air pendingin. Namun, Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) sudah menyatakan bahwa tidak akan ada risiko itu karena ada sumber air alternatif lain yang bisa memasok kebutuhan air pendingin selama berbulan-bulan.
Implikasi bagi pertempuran
Meski menjadi bencana kemanusiaan, sejumlah pengamat menilai, jebolnya Bendungan Kakhovka menguntungkan Rusia. Peneliti senior pada Institut Internasional untuk Studi Strategis, Ben Barry, mengatakan, dalam jangka pendek insiden itu menjadi keuntungan bagi Rusia. Rusia saat ini berada dalam posisi defensif strategis, sedangkan Ukraina berada dalam posisi ofensif strategis.
”Situasi ini akan menguntungkan bagi Rusia, setidaknya sampai air surut, karena menyebabkan Ukraina lebih sulit menyeberangi sungai untuk menyerang,” ujarnya.
Selain berfungsi sebagai bendungan air, Dam Kakhova juga berfungsi sebagai jembatan penghubung wilayah yang dipisahkan Sungai Dnipro. Sungai ini menjadi salah satu garis depan pertempuran antara pasukan Rusia dan Ukraina di wilayah selatan.
Baca juga : Bencana Kelaparan Mengancam Dunia di Tengah Perang Rusia-Ukraina
Pakar keamanan pada Yayasan Stratpoints yang juga mantan Wakil Kepala Kontra-Intelijen Militer Polandia, Maciej Matysiak, menilai banjir yang menggenangi wilayah Kherson itu akan mencegah penggunaan persenjataan berat, seperti tank, setidaknya selama sebulan. ”Ini menciptakan posisi pertahanan yang sangat baik bagi Rusia yang khawatir Ukraina akan ofensif,” ujarnya.
Di satu sisi, bencana ini dinilai menguntungkan Rusia. Di sisi lain, bencana ini juga merugikan tidak hanya Ukraina, tetapi juga dunia. Dampak kerusakan lingkungan dan pertanian di Ukraina, salah satu pengekspor biji-bijian terbesar di dunia, bisa sangat parah karena akan semakin menekan rantai pasokan global.
Setelah Bendungan Kakhova jebol, harga gandum melonjak lebih dari 3 persen. Strilets khawatir, dampak banjir ini akan dirasakan tidak hanya dalam hitungan minggu atau bulan, tetapi bisa bertahun-tahun. Pasalnya, produktivitas pertanian akan terhambat oleh salah satunya lumpur tebal yang ditinggalkan banjir. Butuh waktu bertahun-tahun untuk membersihkannya.
Setelah Bendungan Kakhova jebol, harga gandum melonjak lebih dari 3 persen.
Guru Besar Teknik Sipil dan Kemanusiaan di University of Warwick, Inggris, Modupe Jimoh, memperkirakan, jebolnya bendungan membuat bahan kimia industri dan pelumas masuk ke tanah dan air hingga merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati.
Strilets menambahkan, spesies satwa liar hilir yang tidak ditemukan di tempat lain di dunia berada dalam bahaya, termasuk tikus tanah buta berpasir. Ia juga khawatir, Cagar Biosfer Laut Hitam Ukraina dan dua taman nasional rusak berat. Hewan di Kebun Binatang Nova Kakhovka, termasuk monyet dan landak, juga mati akibat kebanjiran.

Warga setempat membawa barang-barang mereka saat dievakuasi dari banjir di Kherson, Ukraina, Selasa (6/6/2023).
Menurut peneliti di King’s College of London, Marina Miron, situasi saat ini bisa dianggap sebagai titik balik dalam perang dan menguntungkan kedua belah pihak. Bagi Rusia, alasan menghancurkan bendungan adalah untuk menghentikan serangan balik Ukraina. Ukraina akan sibuk menyelamatkan penduduk dari banjir. Kondisi jalanan yang tergenang banjir juga menghambat pergerakan pasukan.
Ukraina tidak akan bisa menggunakan infanteri mekaniknya. Bagi Ukraina, penghancuran bendungan itu mungkin menjadi cara untuk mengalihkan perhatian Rusia ketika Ukraina melancarkan serangan balasan.
Direktur Riset Keamanan Internasional di lembaga kajian Chatham House Patricia Lewis juga menilai bahwa situasi ini jelas menguntungkan Rusia karena akses penyeberangan pasukan Ukraina terputus.
”Jika Rusia tidak berencana tinggal di wilayah itu untuk jangka panjang atau tidak yakin akan bisa menang pada perang ini, setidaknya mereka pikir akan membuat Ukraina sakit kepala karena harus menangani masalah bendungan ini yang tidak akan bisa cepat selesai,” ujar Lewis. (REUTERS/AFP/AP)