Intelijen AS Retas Ribuan Iphone di Rusia
Dinas intelijen Rusia menuding badan intelijen AS meretas ribuan ponsel iPhone, termasuk milik warga Rusia dan orang-orang yang terkait dengan misi diplomatik dan kedutaan besar di Rusia.
MOSKWA, KAMIS —Hubungan Rusia dan Amerika Serikat kian tegang. Kali ini Rusia menuding Amerika Serikat memata-matai Rusia dengan meretas ribuan ponsel iPhone produksi Apple Inc. Dinas Intelijen Federasi Rusia atau FSB—penerus KGB di era Soviet—mengaku menemukan perangkat lunak pengawasan yang canggih di dalam ribuan ponsel iPhone.
Bukti keberadaan perangkat lunak itu awalnya diperoleh dari lusinan iPhone milik karyawan perusahaan keamanan siber, Kaspersky. Setelah diselidiki ternyata ada ribuan iPhone, termasuk milik pelanggan domestik Rusia dan diplomat asing yang berada di Rusia dan daerah-daerah bekas Uni Soviet juga sudah ”terinfeksi”.
Baca juga : Dinas Rahasia Rusia Tangkap Jurnalis WSJ Atas Tuduhan Spionase
Temuan ini, kata FSB dalam pernyataan tertulis, Kamis (1/6/2023), menunjukkan ada kerja sama antara Apple Inc dan Badan Keamanan Nasional (NSA) atau badan AS yang bertanggung jawab atas intelijen serta keamanan kriptografi dan komunikasi. Namun, FSB tidak memberikan bukti bahwa Apple Inc memang bekerja sama atau mengetahui adanya aktivitas mata-mata AS.
Dalam pernyataan tertulis, Apple Inc membantah tuduhan FSB. ”Kami tidak pernah bekerja dengan pemerintah mana pun untuk memasukkan perangkat apa pun ke dalam produk Apple apa pun, dan tidak akan pernah,” sebut Apple Inc. Sementara NSA menolak berkomentar.
Apple Inc sudah menghentikan penjualan produk-produknya di Rusia setelah invasi Rusia ke Ukraina pada Februari 2022, tetapi iPhone masih tersedia secara luas melalui skema impor paralel. Secara terpisah, perusahaan Kaspersky yang berbasis di Moskwa mengunggah di blog yang menyebutkan bahwa iPhone milik beberapa puluh karyawannya telah diretas, termasuk di dalamnya adalah rincian teknis tentang bagaimana operasi itu diduga berhasil.
Peretasan tidak terdeteksi selama bertahun-tahun. Kaspersky tidak mengidentifikasi siapa yang berada di balik serangan yang dianggap sebagai ”serangan dunia maya bertarget profesional yang sangat kompleks”.
CEO Kaspersky Eugene Kaspersky mengatakan, lusinan ponsel karyawannya disusupi perangkat lunak pengawasan. Ini dianggap sebagai serangan dunia maya yang sangat kompleks dan dilakukan secara profesional dengan spesifik menyasar para pekerja di manajemen tingkat menengah dan puncak. Perangkat lunak pengawasan yang dijuluki ”triangulasi” mentransmisikan informasi pribadi ke server jarak jauh.
Informasi pribadi itu berupa rekaman mikrofon, foto dari layanan pesan langsung, geolokasi, dan data aktivitas lain. Perangkat lunak yang digunakan itu hanya bisa bekerja pada sistem operasi Apple versi lama. ”Ancaman serangan terhadap perusahaan sudah dinetralkan,” ujarnya.
Baca juga : Seruan Terbuka CIA untuk Warga Rusia: ”Kontak Kami. Informasi Kalian Berharga”
Peneliti Kaspersky, Igor Kuznetsov, mengatakan secara independen menemukan lalu lintas yang tidak normal pada jaringan wi-fi perusahaan sekitar awal tahun ini. Kaspersky tidak memberitahukan temuannya itu ke Tim Tanggap Darurat Komputer Rusia hingga Kamis pagi. Dalam unggahan di blog, Kaspersky menyebutkan, jejak retasan terlama yang ditemukannya berasal dari tahun 2019. ”Meski karyawan yang diserang, Kaspersky pasti bukan target utama serangan siber ini,” sebut perusahaan itu.
FSB mengatakan, para peretas AS juga menyasar diplomat dari Israel, Suriah, China, dan anggota Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dalam kampanye spionase. Tidak ada komentar dari pejabat Israel, China, Suriah, dan NATO terkait isu ini. Menurut Belfer Center Cyber 2022 Power Index Universitas Harvard, AS adalah kekuatan siber top dunia dalam hal kemampuan, disusul China, Rusia, Inggris, dan Australia.
Kementerian Luar Negeri Rusia menyebutkan, pengumpulan data tersembunyi dilakukan melalui kerentanan perangkat lunak di ponsel buatan AS. ”Badan intelijen AS menggunakan perusahaan teknologi informasi selama beberapa dekade untuk mengumpulkan data berskala besar dari pengguna internet tanpa sepengetahuan mereka,” sebut pernyataan tertulis Kemlu Rusia.
Para pejabat Rusia mengatakan, komplotan peretas AS itu berhasil diungkap berkat upaya bersama dari petugas FSB serta Layanan Pengawal Federal (FSO) yang mengoperasikan para pengawal Kremlin dan pernah juga menjadi Direktorat Kesembilan KGB. Sejak lama Rusia mempertanyakan keamanan teknologi AS.
Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan, semua pejabat kepresidenan sudah tahu bahwa gawai seperti iPhone benar-benar transparan. Pada awal tahun ini, Kremlin mengatakan kepada pejabat yang terlibat dalam persiapan pemilihan presiden Rusia 2024 untuk tidak lagi menggunakan iPhone karena khawatir perangkat itu rentan terhadap peretasan atau upaya mata-mata dari intelijen Barat.
Operasi Turla
Tudingan Rusia pada AS itu seperti membalas Departemen Kehakiman AS yang pada bulan lalu menuding FSB meretas AS selama bertahun-tahun dengan nama ”Operasi Turla”. Upaya peretasan Rusia ini sudah berhasil digagalkan setelah malware yang disebut ”ular” berhasil dilumpuhkan setelah memengaruhi lebih dari 50 negara. Malware itu sudah dipakai peretas Rusia selama lebih dari 20 tahun.
Pemerintah AS melarang penggunaan perangkat lunak Kaspersky pada sistem pemerintah federal sejak tahun 2017 karena khawatir ada upaya spionase. Tahun lalu, Komisi Komunikasi Federal AS menempatkan Kaspersky dalam daftar perusahaan yang peralatan dan layanannya dianggap sebagai ancaman keamanan nasional. Menyusul invasi Rusia ke Ukraina tahun lalu, Direktur Keamanan Siber NSA Rob Joyce mengatakan kepada Bloomberg News bahwa dirinya sangat khawatir dengan perusahaan AS yang menggunakan produk antivirus Kaspersky.
Pakar keamanan dunia maya yang membaca unggahan blog Kaspersky mengatakan, para peretas tampaknya menggunakan teknik canggih untuk menembus iPhone. Peretas menyusup ke ponsel dengan mengirimkan lampiran berbahaya melalui iMessage. Pengguna tidak diharuskan mengklik apa pun agar peretasan berfungsi, yang dikenal sebagai serangan ”klik-nol”. Metode ini dianggap efektif bagi peretas untuk membobol komputer atau perangkat seluler dan dijual perusahaan pengawasan komersial.
”Kaspersky, bisa dibilang salah satu perusahaan pendeteksi eksploitasi terbaik di dunia. Tetapi mereka juga bisa diretas melalui iOS selama lima tahun dan baru sekarang menemukannya,” kata Patrick Wardle, pendiri Yayasan Objective-See, organisasi nirlaba spesialisasi alat keamanan Apple dan mantan karyawan NSA. (REUTERS)