Lokasi yang dipermasalahkan adalah Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan. Di wilayah ini, terdapat 40 situs arkeologi yang dinyatakan sebagai Taman Bumi Global oleh UNESCO.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
OSLO, SENIN — Perusahaan investasi Norges Bank atau NBIM dari Norwegia memasukkan PT Semen Indonesia ke dalam pengawasan selama tiga tahun. Alasannya, penambangan bahan baku semen di Sulawesi Selatan oleh Semen Tonasa, yang merupakan anak perusahaan Semen Indonesia, membahayakan keberadaan goa prasejarah.
NBIM adalah penanam modal terbesar ketiga untuk Semen Indonesia. Teguran kepada Semen Indonesia dan Semen Tonasa ini dikeluarkan sejak Desember 2022. Akan tetapi, diketahui oleh publik sejak Kamis (25/5/2023) dan ditanggapi oleh Semen Indonesia pada Senin (29/5/2023).
Lokasi yang dipermasalahkan adalah Maros-Pangkep di Sulawesi Selatan. Di wilayah ini terdapat 40 situs arkeologi yang dinyatakan sebagai Taman Bumi Global oleh Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO). Di dalam goa-goa ini ditemukan berbagai peninggalan prasejarah, mulai dari lukisan tangan manusia purba, beliung, tembikar, hingga cangkang kerang.
Lukisan cap tangan ini oleh para arkeolog Indonesia dan Australia diperkirakan berumur setidaknya 44.000 tahun. Ini lukisan cadas tertua di Bumi. Selain cap tangan, juga ada penggambaran suasana perburuan dan ada pula makhluk setengah manusia setengah hewan. Para peneliti menduga ini semacam ekspresi spiritual manusia purba (Kompas.id, 13 Desember 2019).
Wilayah Maros-Pangkep terdiri dari bebatuan karst yang oleh UNESCO dikategorikan sebagai karst kelas dunia. Ahli alam asal Inggris, Alfred Russell Wallace, mendatangi wilayah ini pada 19-22 September 1857. Ia menuangkan penelitiannya ke dalam buku The Malay Archipelago. Dikatakan, Wallace menemukan kupu-kupu endemik dan langka, Pappilio androcles. Hewan itu adalah satu dari ribuan satwa endemik di Maros-Pangkep.
”Kami menemukan risiko kerusakan yang tidak akan bisa diterima karena menghancurkan peninggalan prasejarah dan juga warisan yang tidak tergantikan bagi dunia,” kata NBIM dalam keterangan resmi.
Berdasarkan evaluasi, NBIM menemukan bahwa Semen Tonasa tidak menerapkan standar yang layak di dalam proses penambangannya. Tidak ada penjaminan yang sistematis agar proses pengambilan bahan baku, transportasi ke dalam dan luar area tambang, ataupun debu tambang tidak merusak situs Maros-Pangkep.
Kompas berusaha menghubungi Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia Vita Mahreyni, tetapi tidak ada tanggapan. Meskipun begitu, Semen Indonesia mengirim pernyataan resmi ke kantor berita Reuters yang menyebutkan bahwa mereka membatasi akses masuk ke lokasi dan berusaha meminimalkan debu. Status pengawasan dari NBIM membuat Semen Indonesia memastikan standar konservasi situs diterapkan di lapangan.
”KNIU sudah mendengar hal ini. Kami akan mengundang pihak pengelola Maros-Pangkep untuk memberi penjelasan lebih lanjut,” kata Ketua Harian Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO Itje Chodidjah.
Industri semen
Industri semen merupakan salah satu penyumbang emisi karbondioksida terbanyak di dunia. Lembaga penelitian di Inggris, Chatham House, menyebutkan, semen menyumbang 8 persen emisi karbon global. Nomor satu diduduki sektor pertanian dengan 12,5 persen. Semen merupakan material nomor dua terbanyak yang diakses oleh dunia. Nomor satu adalah air.
Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) mencatat, dunia menggunakan 27 miliar ton semen setiap tahun. Perkiraannya, pada 2060 penggunaannya meningkat menjadi 55 miliar ton per tahun. Semen dipakai untuk membangun rumah, gedung, dan infrastruktur raksasa.
Data Survei Geologi dan Mineral Amerika Serikat menyebutkan, China sebagai produsen semen nomor satu dunia, yaitu 54 persen dari total produksi global. Adapun Indonesia memproduksi 1 persen dari semen global.
Persoalannya, penambangan semen meliputi penambangan pasir yang sering kali dilakukan secara ilegal. Laporan Chatham House mengungkapkan, mayoritas pasir dikeruk dari sungai-sungai. Akibatnya, laju air semakin cepat. Ketika terjadi hujan dan debit air meningkat, tidak ada yang menahan lajunya sehingga terjadi berbagai bencana banjir ataupun pengikisan secara drastis.
Berbagai pilihan semen yang ramah lingkungan tengah dikembangkan. Ada yang memanfaatkan daur ulang plastik, biomassa, ataupun semen yang diproduksi dengan menyuntikkan bakteri ke pasir untuk proses kalsifikasi yang membentuk batuan kapur. ”Sayangnya, penelitian dan pengembangannya belum bisa mengimbangi kebutuhan semen untuk pembangunan yang terus meningkat,” kata peneliti Chatham House, Felix Preston, kepada BBC. (Reuters)