Dari komputer super untuk kecerdasan buatan hingga perempuan astronot ke antariksa, Arab Saudi terus memacu laju modernisasi.
Oleh
KRIS MADA
·5 menit baca
Emansipasi perempuan sampai ke luar angkasa. Pembangunan pusat-pusat wisata dengan target warga kaya dunia. Pembuatan komputer super untuk memacu pemanfaatan kecerdasan buatan. Siap berdamai dengan Israel apabila diberi teknologi nuklir. Semua itu terjadi di Arab Saudi dalam beberapa tahun terakhir.
Pada Senin (29/5/2023), Rayyanah Barnawi dan Ali Alqarni memulai persiapan meninggalkan Stasiun Antariksa Internasional (ISS). Para astronot Arab Saudi itu akan meninggalkan ISS pada Selasa (30/3) pagi. Dalam penerbangan menuju ISS, Barnawi dan Alqarni menyebut misi itu wujud visi jangka panjang Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
Sejak Raja Salman bin Abdulazis mulai berkuasa pada Januari 2015, pangeran yang dikenal dengan inisial MBS itu terus mendorong perubahan di Arab Saudi. Lewat Visi 2030, MBS ingin mengubah total Arab Saudi menjadi lebih modern.
Dari membolehkan perempuan bepergian tanpa harus didampingi kerabat pria, MBS kini menerbangkan Barnawi ke antariksa. MBS juga berperan penting dalam penunjukkan Reema binti Bandar sebagai Duta Besar Arab Saudi di Washington DC sejak Februari 2023. Lewat kedua perempuan itu, Arab Saudi menunjukkan tidak ada lagi pembatasan terhadap perempuan di negara itu. Perempuan bisa mencapai dan menjadi apa saja di Arab Saudi.
Emansipasi wanita memang salah satu bagian dari Visi 2030. Pemberdayaan itu berarti Arab Saudi tidak lagi mengabaikan sebagian potensi tenaga kerja dan ekonominya. Arab Saudi berusaha memanfaatkan sebanyak-banyaknya potensi domestik untuk kemakmuran negara itu.
Wisata
Visi 2030 juga diwujudkan dengan mengubah paradigma pengelolaan haji dan umrah. Kompleks Masjidil Haram dan sekitarnya direnovasi besar-besaran. Sebab, MBS mau jemaah haji dan umrah dari berbagai negara asing bisa mencapai 30 juta orang per tahun pada 2030. Dari mereka, MBS menarget pendapatan setidaknya 15 miliar dollar AS per tahun.
Tidak hanya dari jemaah haji dan umrah, Arab Saudi juga membidik pelancong dari segmen lain. Lewat renovasi di Jeddah, sekitar Laut Merah, dan berbagai wilayah lain, Riyadh menarget kunjungan 100 juta pelancong asing pada 2030. Termasuk dari jemaah haji dan umrah, Riyadh mengharapkan sektor pariwisata menghasilkan rata-rata 50 miliar dollar AS per tahun.
Target tersebut relatif kecil dibandingkan dengan pendapatan Arab Saudi dari minyak dan gas saat ini. Walakin, MBS sadar pada akhirnya cadangan minyak dan gas bumi Arab Saudi akan habis. Karena itu, Riyadh perlu sumber pendapatan baru.
Selain menggali potensi pendapatan baru, Arab Saudi juga memaksimalkan pencarian tambahan cadangan minyak dan gas bumi. Salah satu caranya dengan memanfaatkan komputer super. Kini, tujuh dari 500 komputer tercepat di Bumi ada di Arab Saudi. Sebagian komputer tercepat itu dipakai untuk mengolah data dalam pencarian cadangan baru minyak dan gas bumi. Komputer-komputer itu juga dipakai untuk pengembangan kecerdasan buatan (artificial inteligence/AI). Riyadh, antara lain, ingin memanfaatkan AI untuk industri layanan kesehatan.
Teknologi
Didanai Aramco, sebagian komputer super itu dioperasikan Universitas Sains dan Teknologi Raja Abdullah (KAUST). Perguruan tinggi di utara Jeddah itu merupakan salah satu sarana Arab Saudi memacu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Riyadh membayar ilmuwan dari sejumlah negara untuk bekerja di beragam perguruan tinggi dan lembaga penelitian Arab Saudi.
Selain di dalam laboratorium, peneliti dan tenaga ahli asing itu juga bekerja di lapangan. Dalam beberapa tahun terakhir, Arab Saudi mendatangkan para peneliti China untuk mencari potensi lokasi cadangan uranium. MBS meyakini, Arab Saudi berhak mengeksploitasi cadangan uraniumnya. Riyadh memandang cadangan itu salah satu alternatif sumber pendapatan. Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman mengatakan, ekspor bahan bakar nuklir salah satu potensi pendapatan yang perlu dijajaki.
Pada Mei 2022, Arab Saudi mengundang perwakilan China, Rusia, dan Korea Selatan. Riyadh meminta perusahaan-perusahaan di negara itu memasukkan penawaran untuk rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Khor Duweihin di dekat Selat Hormuz. Menurut rencana, PLTN itu berkapasitas hingga 1,4 gigawatt.
Abdulaziz bin Salman mengatakan, proposal penawaran pembangunan PLTN sudah mulai diterima. Riyadh memastikan ambisi nuklirnya untuk keperluan sipil dan damai. Arab Saudi akan transparan dan mengikuti praktik terbaik internasional untuk program itu. Buktinya, Riyadh terus berkonsultasi dengan Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA).
Arab Saudi sudah lama punya ambisi nuklir. Pada 2011, pejabat King Abdullah City for Atomic and Renewable Energy (KA-CARE), Abdul Ghani bin Melaibari, mengungkap niat Riyadh punya hingga 16 PLTN sampai 2030. Sampai sekarang, belum satu pun PLTN terbangun.
Sejumlah pihak bahkan menyebut, Arab Saudi mendanai pengembangan nuklir Pakistan pada dekade 1970-an. Sementara mendiang Raja Abdullah bin Abdulaziz pernah menyampaikan kepada mantan Presiden Amerika Serikat Barack Obama soal tekad Riyadh memiliki senjata nuklir. Arab Saudi akan berusaha punya senjata nuklir jika Iran punya lebih dahulu.
Direktur Eksekutif Abraham Accords Peace Institute Robert Greenway menyebut, Arab Saudi menjadikan ambisi senjata nuklir sebagai salah satu alat tawar kepada AS. Kepada Kongres AS pada Maret 2023, Greenway menyebut bahwa MBS pernah mengancam akan mencari cara memiliki senjata nuklir kalau Iran punya juga.
Dalam laporan The New York Times pada 1 April 2023 diungkap, Riyadh sudah lama mendekati Washington soal ambisi nuklirnya. Sampai sekarang AS menolak membantu Arab Saudi punya teknologi nuklir. Salah satu kendalanya adalah karena Riyadh belum mau meneken aneka perjanjian dan protokol terkait pengendalian teknologi nuklir.
Padahal, Arab Saudi siap melakukan apa pun agar diberi teknologi nuklir oleh AS. Bahkan, menurut The New York Times, Arab Saudi siap mengakui kedaulatan Israel bila Washington membantu Riyadh memiliki teknologi nuklir. Kesiapan itu mengindikasikan, Arab Saudi mau melakukan apa pun demi mendapatkan teknologi nuklir. (AFP/REUTERS)