Morris Chang, Membuat Taiwan Mustahil Diserang
”Ada komitmen perusahaan terhadap karyawan, di samping tuntutan perusahaan terhadap komitmen karyawan,” katanya. ”Keluarga sendiri sejak saya anak-anak sudah menekankan integritas dan nilai-nilai lainnya,” kata Chang.
Nama Morris Chang sudah lama melejit di kalangan industri cip. Pria kelahiran tahun 1931 di Ningbo, China, ini kembali jadi pembicaraan. Penyebabnya adalah keberadaan pabrik pembuat cip di Hsinchu, Taiwan, milik Taiwan Semiconductor Manufacturing Co Ltd (TSMC). Chang membuat Taiwan memiliki pelindung lewat TSMC yang ia dirikan pada 1985.
Dinamai perisai silikon (silicon shield) sebab TSMC memasok 60 persen produksi cip ke seluruh dunia. Untuk cip terbaru dan paling canggih, TSMC memasok 90 persen produksi ke seluruh dunia. Apa pun produk yang dipakai di seluruh dunia, termasuk ponsel, komputer, hingga pesawat jet tempur, di antara komponennya pasti ada buatan TSMC.
Baca juga: Semikonduktor, Penangkal Taiwan dari Ancaman Serbuan China
”Jadi, jika China dan AS berperang dan menyasar TSMC sekarang, seluruh dunia merugi. Tahun depan, segala pasokan akan terhenti. Efeknya adalah depresi ekonomi global yang lebih parah dari malaise 1929. Nilai kerugian bisa mencapai triliunan dollar AS.” Demikian keyakinan Chris Miller, penulis buku Chip War: The Fight for the World's Most Critical Technology terbitan 4 Oktober 2022.
”Bukan hanya China dan AS, seluruh dunia akan rugi,” kata Miller, profesor sejarah internasional dari Fletcher School, Tufts University, saat berbicara pada 1 Desember 2022 di Harvard University. Oleh karena itu, aksi membuat Taiwan diharu biru perang harus dipikir ulang, apalagi jika sasarannya adalah pabrik TSMC di Hsinchu.
Pionir berbakat sastra
Bagaimana Chang membuat TSMC jadi perisai silikon bagi Taiwan? Chang, bernama asli Zhang Zhongmou, seorang pionir kelas dunia walau tidak seterkenal Steve Jobs, Mark Zuckerberg, Bill Gates. Namun, Chang sangat dikagumi universitas almunusnya, yakni Harvard, Massachusetts Institute of Technology (MIT), dan Stanford.
Kini ia makin dikagumi di tengah kemelut geopolitik AS-China karena tesis silicon shield bagi Taiwan. Peran sebagai pencipta silicon shield membuatnya mewakili Presiden Chen Shui-bian pada 2006 dan Presiden Tsai Ing-wen untuk tahun 2018, 2019, 2020, dan 2022 dalam pertemuan tahunan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC).
Pada APEC 2022, di Bangkok, ia bertemu Presiden China Xi Jinping dan mengucapkan selamat atas terpilihnya kembali Xi sebagai presiden periode ketiga. ”Kantor Kepresidenan Taiwan telah berpesan, tidak perlu menghindari pertemuan dengan Presiden Xi, tetapi boleh saja menyapanya,” kata Chang yang dengan sendirinya sekaligus menjadi peluluh bagi China. Sebab, produksi TSMC dipakai China dan berkolaborasi dengan Huawei.
Baca juga: Industri Semikonduktor, Perisai dan Rantai Taiwan di Tengah Rivalitas AS-China
Di Taiwan ia adalah pahlawan, hasil dari perjalanan panjang. Lahir dari ayah seorang bankir, cita-cita awalnya bukan menjadi insinyiur, melainkan sastrawan atau jurnalis atau terkait dunia tulis-menulis. Ia menggemari karya William Shakespeare dan sastra China. Salah satunya novel berjudul Dream of the Red Chamber karya Cao Xueqin dari abad ke-18.
Terlahir sebagai kelas menengah di China daratan dari keluarga bankir, Chang kerap berpindah tempat karena rotasi tugas sang ayah. Saat ayah bertugas di Guangzhou, Jepang menginvasi China dan membuat keluarganya lari ke Hong Kong. Saat Hong Kong juga diserang, keluarganya lari ke Chongqing. ”Aku berkembang sejak kecil dengan suasana perang, kemiskinan di sekitarku, dan ketidakadilan,” katanya.
Lari dari komunisme
Di tengah situasi itu, permintaan konstan orangtuanya, ia harus tekun belajar. ”Aku memang rajin belajar,” katanya saat berbicara di Stanford, 14 Mei 2014. Ketekunan belajar dan bakat sastra membuat ia lolos seleksi di Jurusan Sastra Harvard pada 1949. Niat belajar di AS ini turut dipicu China yang menjadi negara komunis pada tahun yang sama.
Setelah setahun kuliah, ia beralih ke MIT, mengambil Jurusan Teknik Mesin. ”Perintah bapak, dalami sesuatu yang lebih penting,” kata Chang. ”Kupikir-pikir, tidak akan mudah juga aku mendapatkan pekerjaan dengan pelajaran umum,” katanya.
Ia juga menyaksikan, pada dekade 1950-an, warga AS keturunan China lebih banyak berskiprah di bidang binatu, restoran, insinyur, dan dosen. ”Hanya ini yang ada, tidak ada pengacara, akuntan, politisi, dan penulis” kata Chang yang memilih jadi insinyur.
Ia lulus cepat dan menjadi sarjana dari MIT pada 1953. Ia coba lanjutkan ke level doktoral, tetapi tidak cukup persiapan dan gagal. Ia mencari kerja dan mendapat tawaran dari Ford Motor Co bergaji 479 dollar AS (Rp 7,1 juta) per bulan. Ia milih Sylvania Electric Products bergaji 480 dollar AS karena Ford tidak mau melebihi permintaan di atas Sylvania.
Karier penting dimulai
Di Sylvania, peruntungan Chang dimulai. Ia mendalami produk transistor yang berkembang dan dipakai pada teknologi komputer. Ia hanya bertahan sebentar karena Sylvania tidak prospektif. Pada 1958, Chang kerja di Texas Instrument (TI) di Dallas. Chang bertanggung jawab mengembangkan transistor untuk produk komputer IBM.
Di TI, kariernya melejit karena Chang menjadi otak pembuatan transistor terbaik dengan mengatur suhu pembuatannya. Untuk itu, ia berpikir kuat dan bekerja hingga larut malam hingga menemukan produk transistor terbaik pada zamannya.
Ia ingin ditempatkan di bagian riset dan pengembangan TI. Atasan memintanya mengambil gelar doktor (PhD) karena itulah syarat untuk jabatan tersebut. Ia pergi ke Stanford belajar teknik elektro mulai 1961 dengan gaji penuh dan semua keperluan biaya kuliah dipenuhi. Chang lulus 2,5 tahun kemudian pada 1964. Sekembali ke TI, ia diminta memimpin departemen produksi. ”Ini bidang impianku, manajemen umum. Saya membawahi 2.000 karyawan,” katanya.
Ia ada di perusahaan yang turut menjadi pionir cip terpenting di AS. Chang menyaksikan cip tahap awal hingga tercanggih. Awalnya, semua rancangan cip hingga produksinya dilakukan di AS. Perusahaan melejit dengan untung besar hingga Chang berambisi jadi chief executive officer (CEO).
Baca juga: Pelajaran dari Terganggunya Pasokan Semikonduktor
Gagal jadi CEO
”Alasanku pergi dari TI karena saya tidak jadi CEO,” katanya. ”Aku ditempatkan di padang rumput.” Ia keluar dari TI pada 1983 setelah 25 tahun berkarier. Ada uang walau tidak berlebihan sehingga ia tidak khawatir soal kehidupan.
Chang yakin, akan ada saja pekerjaan untuknya. Ia beralih ke General Instrument New York, sebuah perusahaan yang masuk daftar 500 Fortune, sebagai Presiden dan chief operating officer (COO). Ia hanya bertahan setahun. ”TI tumbuh secara organik, General Instrument sibuk mengakuisi perusahaan kemudian menjualnya,” kata Chang. Ia ingin karya nyata dan berkiprah bidang produksi. Hatinya ada di sana.
Orang-orang di TI mengenal Chang, yang njelimet, tekun, dan pendamba. ”Jika Anda belum pernah ’dikunyah’ oleh Chang, artinya Anda belum pernah ada di TI,” demikian tutur rekan sejawatnya di TI (The Spectator, 29 Januari 2023).
Taiwan memanggil
Kemudian ia dapat panggilan dari Taiwan, di mana TI pernah menjajaki bisnis. Taiwan sudah mulai mengembangkan industri cip sejak 1973, tetapi tidak maju-maju. Perdana Menteri Taiwan saat itu, Sun Yun-suan dan Li Kwoh-ting (seorang menteri tanpa portofolio), mendorongnya kuat termasuk lewat dana.
Sebab, di Taiwan tidak ada riset dan pengembangan, tidak ada kemampuan desain, tidak tercipta hak kekayaan intelektual.
Pemerintah Taiwan menawarkan setengah dari total 220 juta dollar AS modal untuk mendirikan TSMC. ”Selebihnya aku harus mencari. Dapatlah 28 persen dari Philips Electronic (Belanda) dan sisanya dari investor swasta,” kata Chang.
Jadilah perusahaan memulai bisnis pada Februari 1987. TSMC bukan tipe fabless, perusahaan perancang desain cip. Chang memutuskan TSMC menjadi foundry, hanya memproduksi cip hasil rancangan perusahaan-perusahaan AS. Ia kemudian dijuluki ”foundry father” (IEEE Spectrum, 19 April 2011).
TSMC tidak mungkin menjadi tipe fabless. ”Sebab, di Taiwan tidak ada riset dan pengembangan, tidak ada kemampuan desain, tidak tercipta hak kekayaan intelektual,” katanya. TSMC hanya menjadi foundry dan harus menjadi nomor satu di dunia kelak.
Chang yakin dengan keputusannya sebab ia mengantisipasi akan banyak pendatang baru dalam rancang-merancang cip. Chang jeli melihat kesempatan ini. Persoalan bagi para perancang pendatang baru, mereka tidak punya modal kuat untuk memproduksi cip.
Ide-ide terlampiaskan
Chang mempersiapkan perusahaan dan ingin pabriknya bekerja dengan biaya murah, tanggap pelanggan, tepercaya, dan inovatif agar produksi terus membaik. Awalnya TSMC hanya memproduksi untuk niche market, bagian kecil dari produksi cip global sejak mulai beroduksi pada 1987. TSMC sudah melayani pesanan produksi dari Intel, Motorola, dan TI, tetapi hanya untuk tipe cip rancangan lama. Untuk cip rancangan terbaru, produksinya dikuasai Fujitsu, IBM, NEC, TI, atau Toshiba.
Pada dekade 1980-an, baru ada sekitar 50 perusahaan fabless. Pandangan Chang terbukti benar, ia menyaksikan munculnya ratusan perusahaan fabless baru dan memerlukan perusahaan vendor untuk produksi.
Persis saat TSMC mulai berproduksi, AS menghantam Jepang lewat pengurangan produksi cip agar tidak mendominasi di pasar AS. Jepang bahkan diminta membuka pasarnya untuk cip produksi AS. Kebijakan ini turut membuat Toshiba tertekan, demikian juga perusahaan lainnya.
Baca juga: Taiwan, Si Kecil-kecil Cabe Rawit
Sebaliknya, kualitas produksi cip yang bagus dan layanan tepercaya membuat pendatang baru fabless memilih TSMC. Perusahaan ini menjadi andalan bagi Marvell Technology Group yang berdiri pada 1995. Roawen Chen, Wakil Presiden Marvell, pada 2010 mengatakan, perusahaannya meraih penjualan 2,8 miliar dollar AS. ”Ini tidak mungkin tanpa keberadaan TSMC. Model pabrik Chang melejitkan semangat para insinyur perusahaan, impian banyak orang terwujud,” kata Chen.
Hal serupa dirasakan Broadcom, Qualcomm, Nvidia, ATI, dan Altera. ”Morris Chang mengubah total lanskap industri semikonduktor,” kata James Plummer, Dekan Fakultas Teknik di Stanford. ”Chang memungkinkan perusahaan rintisan memulai usaha dengan modal kecil. Ini keistimewaan besar TSMC.”
Jen-hsun Huang, salah satu pendiri Nvidia, mengatakan, kehadiran TSMC memungkinkan semua ide terlampiaskan dengan baik di bidang infrastruktur jaringan internet, komponen elektronik, komputer, dan teknologi cip otomotif. Banyak yang sukses karena tidak terhalang lagi untuk produksi.
Nilai-nilai kehidupan
Di balik status TSMC sebagai foundry nomor satu dunia itu, ada peran 3.000 pemasok dari 30 negara dan 465.000 karyawan. Chang menuturkan, sukses perusahaan bukan hanya soal pabrik, produksi bagus, pengiriman tepat waktu, dan kepuasan langganan. Sukses perusahaan juga terletak pada integritas.
”Ada komitmen perusahaan terhadap karyawan, di samping tuntutan perusahaan terhadap komitmen karyawan,” katanya. ”Keluargaku sendiri sejak aku anak-anak sudah menekankan integritas dan nilai-nilai lainnya,” kata Chang.
Kini TSMC memproduksi cip antara lain untuk keperluan Huawei, Intel, AMD, Apple, ARM, Broadcom, Marvell, MediaTek, Qualcomm dan Nvidia, Allwinner Technology, HiSilicon, Spectra7, UNISOC, NXP, STMicroelectronics, dan lainnya. Dominasi TSMC dalam produksi cip global membuat perusahaan turut dijuluki sebagai perisai silikon bagi Taiwan, termasuk oleh Presiden Tsai. (AP)