G7 ingin meragamkan rantai pasok tanpa harus mengisolasi China.
Oleh
LARASWATI ARIADNE ANWAR
·3 menit baca
NIIGATA, SABTU - Kelompok tujuh negara terkaya di dunia atau G7 dikabarkan akan mengeluarkan komunike yang menyasar China agar tidak menggunakan ekonomi sebagai metode untuk koersi atau memaksaan kehendak terhadap negara-negara lain. G7 juga membicarakan cara meragamkan rantai pasok global agar tidak tergantung kepada satu sumber saja, yaitu China.
Bocoran naskah komunike G7 itu diperoleh oleh kantor berita Reuters ketika para perwakilan bank sentral rapat di Niigata, Jepang pada hari Sabtu (13/5/2023).
"Ketahanan ekonomi dunia diuji dan kita semua berhasil melewatinya di tengah pandemi Covid-19, perang Rusia dengan Ukraina, dan inflasi. Kebijakan perbankan dan makroekonomi harus dirancang agar lentur menghadapi tantangan baru," demikian kutipan naskah tersebut. Rencananya, komunike diresmikan seusai Konferensi Tingkat Tinggi G7 di Hiroshima pada tanggal 19-21 Mei.
Di dalamnya juga terdapat bagian yang mengatakan agar China tidak dibiarkan melakukan koersi ekonomi kepada negara-negara lain. Maksud dari koersi ini ialah tuduhan sejumlah anggota G7, terutama Amerika Serikat, bahwa China "menyandera" negara-negara berkembang maupun miskin untuk menuruti kehendak mereka di berbagai forum internasional karena telah mengucurkan investasi.
Selain itu, juga ada pembahasan mengenai pentingnya meningkatkan keragaman rantai pasok agar dunia tidak bergantung kepada satu sumber bahan mentah maupun setengah jadi dari China. "Apabila sumber itu bermasalah, seluruh proses produksi global juga terimbas. Ini harus kita tanggulangi dengan memperbanyak sumber bahan baku, bahan setengah jadi, maupun lokasi manufaktur," kata Menteri Keuangan AS Janet Yellen.
Meskipun begitu, salah seorang pejabat negara anggota G7 yang dirahasiakan identitasnya menjelaskan bahwa G7 tidak bermaksud menjegal investasi China. "Silakan bekerja sama dan menanam modal di negara mana pun, tetapi jangan menggunakannya sebagai prinsip utang budi yang harus dibayar oleh negara peminjam dengan cara dukungan politik atau sokongan lain," tuturnya.
Ia juga menerangkan mengenai peningkatan keragaman sumber bahan baku juga bukan untuk mengisolasi China. Kenyataannya, di era multilateral ini, setiap kawasan harus memiliki rantai pasok masing-masing guna menjamin keberlanjutan produksi dan perekonomian global. Apabila ada gangguan di satu titik, keragaman rantai pasok ini bisa menutupi persoalan tersebut. Semua sumber rantai pasok, termasuk China, harus diperkuat.
"Perekonomian hanya bisa berkembang jika dilakukan dengan kompetisi yang sehat. Bukan monopoli," kata Menteri Keuangan Inggris Jeremy Hunt kepada majalah Nikkei.
China pada bulan April melalui tajuk rencana berbagai media nasionalnya telah memprotes G7. Mereka menuduh G7 hanya mengikuti agenda AS yang diskriminatif terhadap China.
"Kenyataannya, tidak semua anggota G7 memiliki pemikiran sama dengan AS. Mereka tidak akan mau decoupling dengan China seekstrem itu," kata John Lipsky dari Pusat Geoekonomi Atlantik.
Perancis misalnya, mereka memperkuat hubungan dagang dengan China. Menurut Kementerian Luar Negeri Perancis, ini menjaga keeratan hubungan bilateral sekaligus menurunkan ketegangan politik. Diversifikasi rantai pasok bisa dilakukan tanpa harus menjadikan pihak lain sebagai antagonis. (Reuters/AFP)