Napas Panjang Partai Anak Muda Thailand
Perjuangan partai oposisi Thailand yang dipimpin anak muda tidak akan mudah dan butuh napas panjang untuk "melawan" partai-partai "orang tua" yang didukung militer.
Bangkok, Jumat - Supawut Presangeiam (19) sudah tidak sabar segera ingin memberikan suara untuk pertama kalinya dalam pemilu Thailand pada 14 Mei mendatang. Pilihannya sudah mantap jatuh pada Partai Bergerak Maju atau Move Forward pimpinan Pita Limjaroenrat (42).
Supawut termasuk diantara 3,3 juta pemilih pertama berusia 18-22 tahun yang berharap partai oposisi yang dipimpin anak muda akan bisa mengubah Thailand menjauh dari politik patronase lama. “Saya akan pilih Bergerak Maju. Sudah terlalu kami berkompromi, mencoba mengubah sistem secara bertahap. Dan Bergerak Maju mau berbuat lebih dengan menantang sistem patronase,” ujarnya.
Baca juga: ”Darah Muda” Bertarung di Pemilu Thailand
Partai Bergerak Maju sebenarnya secara resmi bukan bagian dari gelombang aksi protes mahasiswa, tiga tahun lalu, yang sempat mengguncang Thailand dengan menggugat pengaruh lama militer pada politik. Bahkan pada waktu itu, mahasiswa mempertanyakan peran raja dalam kehidupan rakyatnya. Topik seperti ini selama ini dianggap sangat tabu untuk dipertanyakan. Meski bukan bagian dari aksi protes anak muda itu, beberapa aktivis pada waktu itu ikut mencalonkan diri menjadi kandidat partai dan anggota partai politik.
Platform kampanye progresif Partai Bergerak Maju menggabungkan banyak tuntutan para pengunjukrasa, termasuk yang paling kontroversial adalah mengubah undang-undang pidana yang menghukum siapa pun yang dinilai menghina Raja. Ancaman hukuman atas pasal yang dikenal sebagai lese majeste itu adalah 15 tahun penjara.
Tuntutan dalam aksi protes lainnya yang diakomodir Partai Bergerak Maju termasuk menulis ulang konstitusi untuk membatasi kekuatan militer, menghapus wajib militer, dan mengganti proses pemilihan gubernur provinsi yang selama ini ditunjuk saja. Rencana-rencana seperti ini rupanya tidak hanya menarik dukungan dari anak muda tetapi juga meluas ke kalangan dewasa yang diduga sudah lelah dengan situasi politik selama 20 tahun terakhir.
Dari hasil jajak pendapat terakhir, dilakukan pekan lalu, dukungan pemilih berusia 18-26 tahun mencapai sekitar 14 persen dari total jumlah pemilih. Pekan ini, dukungan naik menjadi 34 persen. “Sekarang pendukung kami datang dari semua kalangan. Ini kesempatan bagi kami untuk masuk di pemerintahan dan benar-benar mewakili rakyat,” kata Wakil Ketua Partai Bergerak Maju, Nattawut Buaprathum.
Baca juga: Politik Dinasti Cengkeram Thailand
Meski dukungan bertambah, Partai Bergerak Maju masih harus bekerja keras. Partai Pheu Thai, partai yang didirikan oleh mantan Perdana Menteri Thaksin Shinawatra sejauh ini telah meraup dukungan sekitar 38 persen responden. Kini, putri bungsunya, Paetongtarn Shinawatra, menjadi calon utama PM dari Partai Pheu Thai dan bertekad melanjutkan pemerintahan ayahnya yang populis dan berpihak pada rakyat miskin.
Bagi sebagian pemilih, Partai Bergerak Maju menawarkan arah baru kepada Thailand yang selama bertahun-tahun terbelit jaring patronase dan antarlembaga konservatif terpecah. Sebaliknya, Partai Pheu Thai dianggap anak muda terkadang membawa negeri gajah itu ke arah kekacauan yang berdarah.
Pengamat politik di Universitas Chulalongkorn, Bangkok, Thitinan Pongsudhirak, menilai ide-ide baru yang diperjuangkan oleh pemilih yang lebih muda mungkin beresonansi lebih luas dan memperluas daya tarik Partai Bergerak Maju. “Medan pertempuran telah berpindah dari populisme ke reformasi struktural. Partai Bergerak Maju memiliki agenda baru. Bergerak Maju dan Pheu Thai saling bersaing di banyak bidang,” ujarnya.
Parichat Intarakun (45) memilih mantan panglima militer konservatif dan PM saat ini, Prayuth Chan-ocha, dalam pemilu sebelumnya. Kini, ia mengalihkan dukungannya ke Partai Bergerak Maju. Alasannya, pemimpin Partai Bergerak Maju memiliki visi yang menjanjikan untuk Thailand. “Pita sangat jelas menjelaskan arah yang dia inginkan untuk membawa negara ini maju,” ujarnya.
Jika Partai Bergerak Maju berhasil menang pada pemilu 14 Mei nanti partai itu dapat membentuk koalisi dengan kubu Shinawatra dan mengesampingkan Prayuth, pemimpin kudeta militer Thailand, yang kembali mencalonkan diri tahun ini. Namun, belum bisa diketahui dengan jelas apakah akan ada partai yang mau bergabung dengan Partai Bergerak Maju dalam koalisi karena sikap anti kemapanannya, terutama untuk agendanya mengubah UU penghinaan kerajaan. Sikap ini yang membuat Partai Bergerak Maju itu dianggap terlalu agresif dan antagonis terhadap kemapanan.
“Membawa Partai Bergerak maju ke dalam pemerintahan kemungkinan berisiko dan mempersingkat masa pemerintahan,” kata Direktur lembaga kajian dan organisasi jajak pendapat Institut Administrasi Pembangunan Nasional, Suvicha Pau-aree.
Baca juga: Perubahan Sejati di Thailand
Pertanyaan besar lainnya adalah apakah lembaga yang didominasi militer akan membiarkan begitu saja rakyat mengambil alih ambisinya membentuk pemerintahan baru? Di bawah konstitusi yang disusun oleh militer pada 2017, partai yang memenangkan kursi terbanyak di DPR yang total jumlah kursinya 500 kursi itu bisa membentuk koalisi. Tetapi mereka juga masih harus membuat kesepakatan dengan Senat yang memiliki 250 kursi karena Senat juga memiliki hak memberikan suara untuk PM.
Masalahnya, Senat itu ditunjuk oleh militer selama pemerintahan militer berlaku. Perjuangan partai-partai oposisi tidak akan mudah dan sebagian rakyat khawatir aksi protes di jalanan bisa kembali terjadi jika partai-partai oposisi merasa dirugikan. “Saya masih punya harapan pada politik elektoral bahkan jika partai-partai mapan masih memegang kekuasaan setelah pemilu. Tidak apa-apa. Setidaknya sekarang ada partai yang punya kebijakan. Ini awal yang baik,” kata Mei, seorang pemilih pemula. (REUTERS)