Menolak Jadi Penonton, Jokowi Ajak ASEAN Jadi Pemain
Presiden Jokowi mengajak ASEAN memperkuat integrasi ekonomi dan kerja sama inklusif. Kawasan Asia Tenggara memiliki aset kuat sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi.
Oleh
CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO, KRIS MADA, FRANSISKUS PATI HERIN
·3 menit baca
MANGGARAI BARAT, KOMPAS – Asia Tenggara memiliki aset kuat sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi, bonus demografi, dan stabilitas kawasan. Sehubungan hal tersebut, Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau ASEAN mesti memperkuat integrasi ekonomi dan kerja sama inklusif.
”Para pemimpin ASEAN yang saya hormati, saat ini ekonomi global belum sepenuhnya pulih. Rivalitas semakin tajam, dinamika dunia semakin tidak terprediksi. Dan, yang menjadi pertanyaan, apakah ASEAN hanya akan menjadi penonton? Apakah ASEAN hanya akan diam? Serta, apakah ASEAN mampu menjadi motor perdamaian dan pertumbuhan?” kata Presiden Joko Widodo di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur, Rabu (10/5/2023).
Saya yakin, kita semuanya percaya, ASEAN bisa, asalkan satu kuncinya: persatuan. Dengan persatuan, ASEAN akan mampu menjadi pemain sentral dalam membawa perdamaian dan pertumbuhan.
Presiden menuturkan hal tersebut saat memberikan pidato pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Ke-42 ASEAN. ”Saya yakin, kita semuanya percaya, ASEAN bisa, asalkan satu kuncinya: persatuan. Dengan persatuan, ASEAN akan mampu menjadi pemain sentral dalam membawa perdamaian dan pertumbuhan,” ujarnya.
Dengan demikian, menurut Presiden Jokowi, ke depan ASEAN harus semakin memperkuat integrasi ekonomi dan mempererat kerjasama inklusif. ”Termasuk implementasi RCEP (regional comprehensive economic partnership) dan memperkokoh arsitektur kesehatan, pangan, energi dan stabilitas keuangan,” katanya.
Ajakan untuk menjadikan ASEAN sebagai episentrum pertumbuhan pun disampaikan Presiden Jokowi. ”Mari bekerja keras menjadikan ASEAN matters, epicentrum of growth. Dan, dengan ini saya nyatakan KTT Ke-42 ASEAN dibuka,” ujar Presiden Jokowi.
Seperti diberitakan sebelumnya, sejak Selasa, para pemimpin ASEAN berdatangan ke Labuan Bajo untuk mengikuti KTT. Mereka adalah Perdana Menteri (PM) Kamboja Hun Sen, Perdana Menteri Timor Leste Taur Matan Ruak, PM Vietnam Pham Minh Chinh, PM Malaysia Anwar Ibrahim, PM Laos Sonexay Siphandone, dan Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. Sementara Sultan Hassanal Bolkiah dari Brunei Darussalamm tiba pada Rabu pagi.
Sementara itu, PM Thailand Prayut Chan-ocha dan pemimpin junta Myanmar Min Aung Hlain dipastikan tidak hadir. Prayut tengah sibuk mempersiapkan partainya menghadapi Pemilu pada 14 Mei 2023. Prayut diwakili Wakil PM sekaligus Menteri Luar Negeri Thailand Don Pramudwinai.
Adapun Min tidak hadir karena tidak diundang ASEAN. Sejak 2021, para pemimpin ASEAN sepakat tidak mengundang junta militer pada pertemuan-pertemuan ASEAN. Kebijakan ini diterapkan sebagai peringatan sebab junta militer tidak kunjung melaksanakan lima konsensus ASEAN untuk menyelesaikan konflik dan krisis di Myanmar.
Pada pembukaan KTT Ke-42 ASEAN tersebut, Presiden Jokowi mengundang Taur Matan Ruak untuk menyampaikan pandangannya. ”Pertama saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Yang Mulia Joko Widodo, Presiden Republik Indonesia, Ketua ASEAN 2023 yang telah memberikan undangan kepada saya untuk berpartisipasi pada KTT yang bersejarah ini,” katanya.
Taur Matan Ruak menuturkan, pihaknya juga ingin berterima kasih kepada semua pemimpin ASEAN atas dukungan dan komitmennya selama ini untuk merealisasikan salah satu tujuan kebijakan luar negeri Timor Leste untuk menjadi anggota ASEAN dan bergabung dalam keluarga besar ASEAN serta komunitas ASEAN.
”Hari ini Timor Leste dan ASEAN mempertegas kemitraannya. Mari kita membangun visi ke depan untuk meningkatkan kesejahteraan kita dan juga pembangunan berkelanjutan, menciptakan perdamaian di kawasan,” kata Taur Matan Ruak.
Menurut dia, solidaritas dan persahabatan juga perlu didorong di tingkat internasional di masa risiko global akibat perang di Ukraina dan perbedaan geopolitik. Persahabatan di antara negara-negara ASEAN berada di posisi tepat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dan perdamaian serta stabilitas baik di kawasan maupun di luar kawasan. (CAS/RAZ/FRN)