Pesta Rakyat Labuan Bajo, Panggung Budaya dan Karya Kreatif di KTT ASEAN
Pesta rakyat menjadi panggung pertunjukan budaya dan produk kreatif karya masyarakat lokal. Tak hanya dari Labuan Bajo, warga dari sejumlah kabupaten juga ikut dalam acara itu.
Oleh
FRANSISKUS PATI HERIN, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
MANGGARAI BARAT, KOMPAS - Pesta rakyat digelar untuk memeriahkan hajatan puncak Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perserikatan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) yang berlangsung di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, pada 10-11 Mei 2023 mendatang. Pesta rakyat diisi pameran budaya, produk kreatif masyarakat, serta karnaval.
Pesta rakyat berlangsung di Lapangan Waekesambi, Labuan Bajo itu berlangsung selama satu hari pada Minggu (7/5/2023), mulai pagi hingga malam. Lebih kurang 50 pelaku usaha kecil mikro dan menangah yang terlibat dalam pesta rakyat. Pengunjung diperkirakan mendekati 1.000 orang.
Di stan pameran Kabupaten Lembata, sebanyak sembilan orang memamerkan proses pembuatan tenun ikat. Proses dimulai dengan pemisahan kapas dari bijinya, pemintalan benang, pewarnaan, pemisahan benang, pembentukan kain, dan proses tenun hingga menghasilkan sehelai kain berukuran 2 meter x 1 meter.
Bernadus Keytimu, koordinator kelompok tenun dari Lembata menuturkan, proses pembuatan tenun ikat itu sengaja dimunculkan dalam pameran untuk mengingatkan kembali budaya tenun yang perlahan ditinggalkan. Para penenun kebanyakan mereka yang berusia 40 tahun ke atas, dan minim regenerasi.
Secara khusus, tenun yang ditampilkan saat pameran itu menggunakan bahan yang diolah dari alam. Benang dari kapas serta pewarna alami. "Untuk tenun berbahan alami malah lebih sedikit penenunnya. Di Kabupaten Lembata, mungkin hanya 2 orang di setiap kecamatan," ujarnya. Di sana terdapat sembilan kecamatan.
Proses pembuatan tenun berbahan alami itu memerlukan waktu yang lama. Diperkirakan sekitar satu tahun untuk satu helai kain. Hal ini sebanding dengan harga yang dibandrol, yakni mencapai puluhan juta rupiah. Kain tenun dimaksud biasanya digunakan untuk maskawin dalam acara pernikahan.
Di stand pameran lain, Erlin Owa bersama dua rekannya datang dari Kabupaten Nagekeo. Mereka membawa hasil olahan berupa kacang goreng, keripik pisang, dan pisang coklat. Mereka datang menggunakan kapal dengan waktu tempuh belasan jam.
Tiba di Labuan Bajo, mereka tidak kebagian stan yang disediakan panitia. Mereka lalu menyewa tenda dengan harga Rp 400.000 per hari. Mereka menggunakan uang sendiri. Selama di Labuan Bajo, mereka menginap di rumah keluarga lantaran semua penginapan penuh.
Namun, mereka kecewa lantaran pelaksanaan pameran itu hanya berlangsung satu hari. "Kami tidak terlalu peduli berapa banyak uang yang kami dapatkan dari pameran ini, tetapi yang paling penting adalah produk kami diketahui orang, " ucapnya.
Bony Oldam Romas, peserta pameran dari Kabupaten Manggarai mengapresiasi pameran tersebut. Sebanyak empat pengusaha kopi ikut, dan kebahagiaan stan yang disediakan panitia. Selama momentum KTT ASEAN berlangsung, ia memperkirakan, penghasilan setiap pengusaha kopi mencapai lebih dari Rp 20 juta.
Ia pun berharap agar pameran seperti itu dapat digelar lebih dari satu hari agar ruang pengenalan lebih lama. Waktu pelaksanaan pameran yang hanya satu hari dinilai tidak cukup. Padahal, saat ini, ribuan orang sedang berkunjung ke Labuan Bajo. "Kita harus manfaatkan kesempatan ini," ucapnya.
Masruroh, Direktur Wisata Pertemuan, Insentif, Konvensi dan Pemeran Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, pesta rakyat itu merupakan kesempatan untuk memanggungkan budaya dan karya kreatif masyarakat lokal. "Selain itu memberi tambahan penghasilan bagi peserta pameran, " ucapnya.
Shana Fatina, Direktur Utama Badan Pelaksana Otorita Labuan Bajo Flores menambahkan, pameran tidak hanya melibatkan pelaku usaha kreatif di Labuan Bajo dan sekitarnya, melainkan dibuka untuk semua perwakilan di Pulau Flores. Mereka datang ke sana dengan biaya sendiri. Ini menunjukkan, manfaat KTT ASEAN tak hanya untuk Labuan Bajo.
Menanggapi kekecewaan peserta terkait waktu pelaksanaan yang hanya satu hari, Shana berharap pengertian dari mereka. Pasalnya, pelaksanaan pesta rakyat merupakan bagian dari rangkaian KTT ASEAN yang sudah terjadwal. Namun ke depan ia berjanji akan diadakan lagi pameran dalam momentum yang berbeda.
Sementara itu, tarian tradisional “Tiba Meka” ditampilkan saat Presiden Joko Widodo dan Ibu Iriana Joko Widodo tiba di Bandara Internasional Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (7/5/2023). Proses penyambutan kedatangan Presiden dan Ibu Iriana ini disimulasikan seperti halnya penyambutan para pemimpin ASEAN yang akan menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-42 ASEAN yang akan digelar pada 10-11 Mei 2023 mendatang.
Berdasar pantauan, pesawat kepresidenan Indonesia-1 yang membawa Presiden dan Ibu Negara tersebut mendarat di Bandara Komodo sekitar pukul 15.30 WITA. Para pemain musik tradisional pun menabuh perantinya mengiringi para penari berlenggang menyambut Presiden Jokowi dan Ibu Iriana yang berjalan di atas hamparan karpet merah.
Saat memberikan keterangan pers selepas mengikuti simulasi penyambutan tersebut, Presiden Jokowi memastikan kesiapan pelaksanaan KTT ke-42 ASEAN. "Ya, tinggal dua hari lagi, sudah siap, semuanya sudah siap,” katanya.
Menurut Presiden, saat ini seluruh jajaran pemerintah tengah berkonsentrasi pada penyelenggaraan KTT ASEAN. Presiden juga menilai keterlibatan aktif masyarakat Labuan Bajo. “Ya, saya kira, semuanya terlibat karena memang dalam, baik penyambutan, baik dalam penyiapan kulinernya, baik dalam penyiapan homestay, semuanya, hotelnya, semua terlibat,” katanya.
Menurut Presiden, penyelenggaraan KTT ASEAN di Labuan Bajo adalah momentum sangat baik untuk memasarkan Labuan Bajo. “Ini adalah momentum yang sangat baik, kita adakan KTT ASEAN di Labuan Bajo itu untuk me-marketing-in (memasarkan) Labuan Bajo supaya semua dunia tahu di Indonesia ada namanya Labuan Bajo di Nusa Tenggara Timur,” katanya.