Perang Dingin baru, antara Amerika Serikat dan China, menjadi salah satu tantangan terbesar ASEAN selama minimal satu dekade ke depan. KTT ke-42 ASEAN, 9-11 Mei, diharapkan mampu memcetuskan formula yang jitu.
Oleh
KRIS MADA, FRANS PATI HERIN,, FX LAKSANA AGUNG SAPUTRA, CYPRIANUS ANTO SAPTOWALYONO
·4 menit baca
MANGGARAI BARAT – Masyarakat Asia Tenggara menunggu formula jitu ASEAN yang mampu membawa kawasan sukses mengarungi Perang Dingin Baru. Konferensi Tingkat Tinggi atau KTT ke-42 ASEAN di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, 9-11 Mei, menjadi salah satu simpul krusialnya.
Pengajar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran, Teuku Rezasyah, di Bandung, menyatakan, masyarakat berharap agar ASEAN semakin relevan. Oleh sebab itu, ASEAN harus mampu menjawab tantangan terbesarnya yang aktual, yakni Perang Dingin baru.
Rezasyah mengimbau agar ASEAN di bawah kepemimpinan Indonesia segera menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumahnya yang strategis. Di antaranya adalah implementasi ASEAN Outlook Indo-Pasifik.
”Tiba saatnya Indonesia sebagai ketua mempercepat implementasi ASEAN Autlook Indo-Pasific, mumpung KTT nanti tidak mengundang kepala negara di luar ASEAN. Indonesia harus mempercepat langkah-langkah mencapai cetak biru ASEAN di tiga pilar, politik dan keamanan, ekonomi, dan sosial-budaya,” katanya.
Perang Dingin baru yang dinamikanya tak terduga, menurut Rezasyah, harus pula direspon ASEAN dengan menegaskan konsistensinya pada komtimen Zone of Peace, Freedom, and Neutrality alias ZOPFAN, South East Asia Nucelar Weapon Free Zone, serta UN Convention on The Law of The Sea.
"ASEAN juga harus menegaskan bahwa tidak akan masuk ke dalam aliansi militer mana pun. Meski demikian, ASEAN tetap menghargai komimten anggotanya untuk mempertahankan kerjasama pertahanan dan keamanan yang sudah berlangsung selama ini secara bilateral di negara lain,” katanya.
Dari perspektif ekonomi, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia Hariyadi Sukamdani, mengharapkan KTT ke-24 ASEAN memberikan hasil-hasil yang mendorong penguatan ekonomi kawasan dan seluruh negara anggotanya. Artinya, ekonomi ASEAN harus menjadi lebih efisien dan kompetitif saat tantangan semakin besar di kawasan.
”Misalnya Indonesia mengeluh logistik paling mahal, ya, ayo merujuk Singapura yang murah biaya logistik. Seharusnya semangat kebersamaan adalah semangat untuk mendorong meningkatkan daya saing. Jangan akhirnya ASEAN hanya retorika, hanya omong, tetapi implementasi tidak seperti (yang dibicarakan),” ujarnya saat di hubungi di Jakarta, Sabtu (6/5/2023).
Hariyadi yakin bahwa zona kerja sama ekonomi yang dilakukan secara benar akan meningkatkan daya saing tiap negara di dalamnya. Penyatuan standar-standar kompetensi dan efisiensi akan otomatis akan menjadikan zona tersebut lebih efisien.
”ASEAN akan dapat menjadi episentrum kalau efisien. Saya bilang, kalau dikelola dengan benar dan tujuannya untuk kemajuan zona itu, pasti akan efisien. Saling belajar. Dan (hal semacam) itu mengurangi dalam tanda petik interest-interest yang enggak baik. Misalnya, interest korupsi, politik yang membuat regulasi overprotective untuk kepentingan sendiri atau monopoli, itu akan terkikis,” kata Hariyadi.
Rangkaian KTT ASEAN pada Mei ini digelar simultan di DKI Jakarta, Bali, dan Labuan Bajo di Manggarai Barat. Seluruh rangkaian berlangsung 7-11 Mei 2023. Kegiatan terbanyak dan pertemuan puncak berlangsung di Manggarai Barat. Selain pertemuan para kepala negara dan kepala pemerintahan, Manggarai Barat menjadi lokasi pertemuan para menteri luar negeri dan menteri-menteri bidang keamanan di ASEAN.
KTT ke-42 ASEAN terjadi ketika ASEAN menghadapi tantangan besar, yakni rivalitas kekuatan-kekuatan besar dunia yang benturannya berlangsung di dalam dan di sekitar kawasan. Ini terutama merujuk pada pertarungan kepentingan antara Amerika Serikat (AS) dan China. Berkelindan dalam situasi itu, proksi AS-Eropa melawan Rusia di Ukraina yang komplikasinya global.
Banyak pakar hubungan internasional menyebutnya sebagai Perang Dingin Baru. Sejumlah pakar hubungan internasional memperkirakan, risikonya lebih serius ketimbang Perang Dingin 1947-1991. Perubahan besar tengah berlangsung pada lanskap politik ekonomi global. Gejolaknya sudah, sedang, dan akan terus berlangsung.
”Ketidakpastian karena perubahan geopolitik besar di kawasan, yakni persaingan Amerika Serikat dan China, belum menunjukkan tanda-tanda mereda dan Asia Tenggara telah menjadi salah satu tempat utama persaingan,” ujar Analis program Kajian Keamanan dan Kebijakan Luar Negeri pada Institute of Strategic and International Studies (ISIS) Malaysia Izzah Khairina Ibrahim.
Koordinator bersama sekaligus peneliti utama bidang Keamanan dan Politik pada Pusat Kajian ASEAN di ISEAS Yusof Ishak Institute, Joanne Lin, juga menyebut geopolitik sebagai tantangan kawasan. Ini termasuk ketegangan militer di kawasan yang berdampak pada kestabilan dan keamanan kawasan.
”Oleh karena itu, KTT mendatang diharapkan (diisi) saling tukar pendapat di antara pemimpin ASEAN soal situasi di Laut China Selatan, ketegangan di Selat Taiwan dan Semenanjung Korea, serta peningkatan rivalitas Amerika Serikat dan China yang dapat membatasi pilihan ASEAN dan memaksa kawasan berpihak,” kata Koordinator bersama sekaligus peneliti utama bidang Keamanan dan Politik pada Pusat Kajian ASEAN di ISEAS Yusof Ishak Institute Singapura, Joanne Lin.