Presiden Ingin Keketuaan Indonesia Menyatukan Kekuatan ASEAN sebagai Pusat Pertumbuhan
Kita tahu potensi ASEAN sangat besar. Penduduknya 650 juta. Pertumbuhan ekonominya selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia," tutur Presiden Jokowi soal penguatan ASEAN.
Oleh
NINA SUSILO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Presiden Joko Widodo berharap keketuaan Indonesia di ASEAN mampu menyatukan kekuatan bangsa-bangsa di Asia Tenggara. Sebab, Presiden meyakini, dengan potensi masing-masing, negara-negara ASEAN bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi.
”Kita tahu potensi ASEAN sangat besar. Penduduknya 650 juta. Pertumbuhan ekonominya selalu di atas rata-rata pertumbuhan ekonomi dunia,” tutur Presiden Joko Widodo saat ditanya mengenai penguatan ASEAN seperti apa yang diharapkan dari KTT ke-42 ASEAN, Kamis (4/5/2023) di Pusat Perbelanjaan Sarinah, Jakarta.
Selain potensi tersebut, setiap negara anggota ASEAN mempunyai barang-barang produksi. Semua ini diharap bisa disatukan supaya ASEAN bisa menjadi pusat produksi sesuai potensi di negara masing-masing.
Presiden mencontohkan baterai kendaraan listrik dan kendaraan listrik. Dengan menyatukan kekuatan dan potensi setiap negara ASEAN, bisa dihasilkan produk yang memiliki daya saing tinggi. ”Jadi, konsentrasi kita, ASEAN sebagai pusat pertumbuhan ekonomi, epicentrum of growth,” ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi juga menjelaskan mengenai penyelenggaraan KTT pada 10-11 Mei di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Selain membahas visi ASEAN 2045, menurut Retno, seusai ratas persiapan KTT di Kompleks Istana Kepresidenan, Kamis (27/4/2023), ASEAN perlu menunjukkan manfaat ASEAN kepada masyarakat dan membangun ketahanan ekonomi kawasan.
Karena itu, beberapa isu dibahas terkait hal ini, yaitu inisiatif penguatan kerja sama kesehatan di kawasan, jejaring desa, penggunaan mata uang lokal dalam transaksi, pengembangan ekosistem kendaraan listrik, dan ketahanan pangan.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menambahkan, dalam pertemuan ASEAN Economic Community (AEC) akan didorong kerangka ekonomi digital serta pengembangan ekosistem kendaraan listrik. Untuk kerangka ekonomi digital, salah satu yang dicoba saat ini adalah sistem pembayaran menggunakan QRIS di antara lima negara ASEAN. Sistem ini diharap mengurangi kebutuhan dollar AS dan terutama menghidupkan ekonomi digital. Ke depan, setelah digunakan di lima negara, QRIS diharap bisa diterapkan ke semua negara ASEAN.
”(Didorong ke semua negara ASEAN) bertahap, habis lima (negara), baru ASEAN 10 (negara). Sekarang, kan, yang hadir delapan karena Thailand pemilunya dekat pertengahan (Mei), 14 Mei, kalau enggak salah, kemudian Myanmar masih tidak diundang,” ujar Airlangga.