Memenuhi Impian Lama, Jack Ma Kembali ke Dunia Mengajar
Dunia pendidikan akan terus menjadi gairah utama miliarder China, Jack Ma. Setelah menerima tawaran menjadi profesor kehormatan di Universitas Hong Kong, mulai 1 Mei 2023, ia menjadi profesor tamu di Universitas Tokyo.
Oleh
MUHAMMAD SAMSUL HADI
·4 menit baca
Jika ada bidang di luar bisnis, yang terus menjadi gairah utama miliarder China, Jack Ma, tak lain itu adalah dunia mengajar. Ini ranah awal perjalanan hidup Ma sebelum ngetop dan sukses besar sebagai pendiri dan pemimpin perusahaan raksasa teknologi keuangan di China, Alibaba.
Mulai 1 Mei 2023, Ma secara resmi memulai ”pekerjaan baru” sebagai profesor tamu (visiting professor) di Tokyo College, lembaga riset bagian dari kampus bergengsi di Jepang, Universitas Tokyo. Dalam pernyataan resminya, Tokyo College menyebutkan, Ma akan ”berbagi pengalamannya yang kaya dan pengetahuannya merintis kewirausahaan, mengelola korporasi, dan inovasi” dalam seminar-seminar bagi mahasiswa dan staf universitas.
Ma akan menjadi profesor tamu di Tokyo College hingga akhir Oktober 2023. Didirikan pada 2019, Tokyo College menjadi penghubung antara Universitas Tokyo dan para peneliti serta lembaga-lembaga di luar negeri, termasuk Collège de France. Berbagai riset lembaga itu mengangkat tema-tema seperti revolusi digital, Jepang dilihat dari dalam dan luar, masalah kemanusiaan pada 2050, dan nilai kehidupan.
Dalam situsnya, Tokyo College mengatakan, Ma akan ”mengadakan riset dan proyek-proyek bersama” dengan para anggota fakultas, ”khususnya di bidang pertanian dan produksi pangan berkelanjutan”. Sebagai profesor tamu, pria berusia 58 tahun itu juga diharapkan akan ”memberikan saran dan dukungan” dalam topik-topik riset.
Ma mendirikan perusahaan e-dagang, Alibaba, pada tahun 1990-an. Wirausaha teknologi keuangan itu pernah menjadi orang terkaya di China. Berkat kebiasaannya memberikan kesempatan pada media asing wawancara yang mengalir bebas, ia salah satu tokoh bisnis China yang paling dikenal.
Ma berupaya tidak tampil menonjol di publik sejak ia ikut menjadi target tindakan keras Pemerintah China terhadap industri teknologi di negaranya, lebih dari dua tahun silam. Ia diberitakan bepergian dan tinggal di beberapa negara.
Harian Financial Times pernah melansir berita keberadaan Ma dalam waktu cukup lama sepanjang tahun 2022 di pusat kota Tokyo. Namun, ia tetap jarang tampil di hadapan publik. Di Jepang, ia dikenal sebagai sahabat karib Masayoshi Son, pendiri dan pemimpin eksekutif SoftBank Group Corp.
Belum ada pernyataan langsung dari Ma terkait penunjukan dirinya sebagai profesor tamu di Universitas Tokyo. Pada 21 April 2023, ia juga menerima tawaran menjadi profesor kehormatan di Sekolah Bisnis Universitas Hong Kong. Ma akan mengemban tugas itu hingga Maret 2026.
Saya pikir, suatu hari kelak, dan ini tak lama lagi, saya akan kembali ke dunia pengajaran, kembali pada pendidikan. (Jack Ma, 2018).
Menurut Brian A Wong, mantan eksekutif Alibaba dan pengarang buku The Tao of Alibaba, peran baru Ma di Tokyo berjalin kelindan dengan besarnya minat dia pada pendidikan dan pengenalannya pada Jepang. ”Ia selalu menikmati kunjungan ke negara itu (Jepang). Ia sangat hormat pada budayanya, menyukai makanannya, dan punya banyak teman di sana,” ujar Wong kepada Financial Times, Senin (1/5/2023).
Fokus ke pendidikan
Diberitakan pula, sejak menyerahkan kendali Alibaba kepada Daniel Zhang, pemimpin eksekutif perusahaan itu saat ini, Ma lebih fokus pada aktivitas-aktivitas pendidikan dan filantropi. Hal ini pernah diungkapkannya melalui surat terbuka kepada para karyawan, pelanggan, dan pemegang saham Alibaba Group pada September 2018.
”Saya masih menyimpan banyak impian untuk dikejar. Saya ingin kembali ke dunia pendidikan, yang membuat saya bersemangat dengan begitu banyak anugerah karena (di bidang pendidikan) inilah yang saya suka melakukannya,” tulis Ma dalam suratnya kala itu.
Dalam wawancara dengan Bloomberg, tak lama setelahnya, ia mengatakan, “Saya pikir, suatu hari kelak, dan ini tak lama lagi, saya akan kembali ke dunia pengajaran, kembali pada pendidikan. Saya pikir, saya dapat berbuat jauh lebih baik daripada menjadi CEO Alibaba. Itu sesuatu yang saya ingin curahkan diri saya dalam sebagian besar hidup saat pensiun.”
Sebelum mendirikan Alibaba, Ma menjadi guru bahasa Inggris selama delapan tahun di Hangzhou Dianzi University, Hangzhou, China timur, sejak 1988. Ia lulusan Hangzhou Teacher's Institute dengan gelar BA dalam bahasa Inggris.
Menurut film dokumenter tentang kehidupannya, Crocodile In The Yangtze, saat itu ia hanya bergaji 12 dollar AS per bulan. Saat berbicara pada forum Economics Club di New York, Ma mengaku, ”Itulah kehidupan terbaik yang pernah saya jalani.”
Dalam wawancara pada Forum Ekonomi Dunia (World Economic Forum) tahun 2015, Ma mengakui, dirinya ditolak 10 kali untuk kuliah di Harvard Business School. Ia juga menyebut dirinya tidak termasuk ”mahasiswa yang baik”. Saat kuliah, dua kali ia gagal dalam ujian nasional China.
”Pernah ditempa menjadi guru, saya benar-benar bangga dengan apa yang sudah saya capai,” tulis Ma dalam surat terbukanya pada 2018.
Sejak 2014, ia mendirikan Yayasan Jack Ma, organisasi filantropi yang didedikasikan untuk pendidikan. Setahun kemudian, ia mendirikan pusat kewirausahaan di Zhejiang bersama sejumlah pengusaha besar China. Semula pusat kewirausahaan itu diberi nama Hupan University. Belakangan pada 2021 kata ”university” dihapus dari nama pusat kewirausahaan tersebut di tengah perselisihan Ma dengan otoritas China.
Ma selalu bersemangat saat berbicara tentang pendidikan. Ia, antara lain, mengangkat isu tantangan masa depan pendidikan pada Forum Ekonomi Dunia tahun 2018. ”Guru harus terus belajar sepanjang waktu; guru harus terus-menerus mau berbagi. Pendidikan berada dalam tantangan besar, jika kita tidak mengubah cara kita mengajar, 30 tahun kemudian kita akan dalam kesulitan,” kata Ma saat itu. (AP/AFP/REUTERS)