Musim pendakian Gunung Everest sudah dimulai. Lonjakan jumlah pendaki dikhawatirkan akan membuat jalur pendakian macet, terutama di zona maut.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
Bagi banyak orang yang gandrung naik gunung, mendaki Gunung Everest sampai puncak menjadi impian. Musim pendakian kali ini adalah saatnya.
Setiap musim semi, jumlah pendaki biasanya melonjak. Akibatnya, kerap membuat jalur pendakian ke arah puncak Everest ”macet”. Sejauh ini, Pemerintah Nepal sudah memberikan 463 izin untuk mendaki Everest selama Maret-Mei 2023.
Ini merupakan rekor terbanyak sepanjang sejarah. Pada 2021, jumlahnya masih 409 izin. Izin dari pemerintah setempat merupakan syarat pendaki naik Everest. Banyaknya jumlah pendaki selama musim semi tahun ini memicu kekhawatiran akan terjadinya kemacetan, terutama di jalur pendakian terakhir menuju puncak.
Jalur itu berada di ketinggian di atas 8.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Oksigen terlalu tipis sehingga pendaki sulit bertahan lama tanpa oksigen tambahan. Jalur inilah yang disebut ”zona maut”.
”Semakin banyak pendaki, semakin memperbesar potensi kemacetan di jalur pendakian, terutama jika kondisi cuaca yang baik itu terbatas. Pasti semua orang ingin segera mendaki memanfaatkan kondisi cuaca baik itu,” kata Garret Madison dari perusahaan Madison Mountaineering yang berbasis di Amerika Serikat dalam pesan melalui aplikasi Whatsapp.
Jika terjadi kemacetan, pendaki berisiko kehabisan oksigen dan akan kelelahan di zona maut. Risiko kemacetan terbesar terjadi di Hillary Step atau permukaan batu terjal setinggi 12 meter. Jaraknya hanya 180 meter dari puncak Everest.
Kekhawatiran akan macet dan risiko kehilangan nyawa ini bukannya tanpa alasan. Pada Mei 2019, sembilan pendaki tewas di zona maut. Lokasinya di ketinggian 8.849 mdpl. Saat itu, jalur terlalu padat oleh pendaki. Korban juga kurang pengalaman. Tragedi itu menjadi peristiwa paling mematikan di Everest.
Lukas Furtenbach dari Furtenbach Adventures yang berbasis di Austria mengatakan jumlah pendaki yang lebih banyak tidak menjadi masalah selama mereka bisa dikelola dengan baik dan cuaca baik bertahan cukup lama. “Risikonya jika orang kehabisan oksigen. Jadi, ketersediaan logistik oksigen ini yang sangat penting,” kata Furtenbach.
Pemerintah Nepal kerap dikritik oleh para pendaki dari negara-negara Barat karena terlalu gampang memberikan izin demi mendapatkan pemasukan 11.000 dollar AS per pendaki. Pemerintah Nepal membantahnya.
Direktur Departemen Pariwisata Nepal Yubaraj Khatiwada mengatakan, untuk pertama kalinya tahun ini, tim dokter dan pejabat pemerintah akan ditempatkan di base camp Everest untuk mengelola aktivitas pendakian sepanjang musim. ”Kami khawatir dengan keselamatan mereka dan kami sudah siap mengatasi kerumunan,” ujarnya.
Guna mencegah kecelakaan, Pemerintah Nepal sedang mempertimbangkan memberlakukan persyaratan tambahan bagi para pendaki. Syarat itu adalah pendaki wajib mendaki setidaknya satu puncak setinggi 6.000 mdpl di Nepal sebelum menjajal Everest.
Pendakian Everest menjadi sumber nafkah utama bagi Nepal yang menjadi ”rumah” bagi delapan dari 14 puncak tertinggi di dunia. Sedikitnya 500.000 warga Nepal dipekerjakan di bidang pariwisata, termasuk pendakian.
Tahun ini sampai dengan April, Nepal sudah memberikan izin kepada 1.046 pendaki untuk 24 puncak dan menghasilkan 5,6 juta dollar AS. Sekitar 5 juta dollar AS berasal dari Everest saja.
Ang Tshering Sherpa dari perusahaan penyelenggara ekspedisi Nepal, Asian Trekking, memperkirakan setiap pendaki menghabiskan setidaknya 26.700 dollar AS untuk ekspedisi di Nepal. Ini termasuk biaya izin, bensin, makanan, pemandu, dan perjalanan lokal.
Selain Nepal, pendakian Everest bisa ditempuh dari wilayah China. Musim pendakian berlangsung September-November. Namun, jalur China ini kurang populer ketimbang jalur Nepal. Setiap pendaki diwajibkan membawa setidaknya satu pemandu lokal.
Untuk jalur Everest dari sisi China, warga negara China paling banyak mengantongi izin pendakian dari pemerintah. Tahun ini jumlahnya 96 orang. Berikutnya adalah pendaki asal AS sebanyak 87 orang dan pendaki asal India sebanyak 40 orang. Musim pendakian di jalur pendakian ini berlangsung mulai September hingga November tetapi jalurnya tidak populer dan (REUTERS/LUK)