Asia Tenggara Terus Jadi Tempat Latihan Perang Negara Besar
Sudah enam kali latihan perang negara besar berlangsung di sekitar Asia Tenggara pada 2023. Kapal induk AS-China terlibat di sebagian latihan perang itu.
Beijing, Senin - Setelah Amerika Serikat, giliran China menggelar latihan perang di Asia Tenggara. Bersama Singapura, China akan menggelar latihan perang laut pada akhir pekan ini.
Dilaporkan Reuters pada Senin (24/4/2023), China akan mengirimkan setidaknya dua kapal perang dalam latihan itu. Beijing tidak menjelaskan lebih lanjut soal latihan tersebut. Lokasi, waktu pasti, dan jumlah personel latihan itu belum diungkap. Hanya disebutkan, latihan akan berlangsung pada akhir April hingga awal Mei 2023.
Pada 2020, China-Singapura berlatih di pinggiran Laut China Selatan. Latihan itu digelar setelah China-Singapura menyepakati perjanjian pertahanan baru. Hingga Senin malam, belum ada media Singapura dan China melaporkan latihan kali ini. Latihan digelar selepas AS-Australia-Filipina berlatih perang di Filipina. Bersandi Balikatan dan digelar pada 11-28 April 2023, latihan di Filipina digelar di sekitar perairan yang diklaim Beijing di Laut China Selatan. Sebagian perairan itu disengketakan Beijing dengan Manila. Dari 17.711 peserta Balikatan, 12.200 merupakan tentara AS.
Baca juga : Bangun Koridor Baru di Laut-Udara, Singapura Mitra Favorit China di Asia Tenggara
Balikatan 2023 digelar sehari selepas China berlatih mengepung Taiwan. Gugus tempur laut (guspurla) China yang berpusat pada kapal induk Shandong ditempatkan di antara Taiwan dengan Filipina dalam latihan pada 8-10 April 2023 itu.
Latihan lain
Dengan latihan oleh China-Singapura pekan ini, setidaknya enam kali latihan perang negara besar berlangsung di sekitar Asia Tenggara. Pada Januari-Februari, China dan AS mengirimkan guspurla masing-masing untuk berlatih di Laut China Selatan. Selanjutnya, AS mengandeng Thailand dalam Cobra Gold lalu berlanjut di Balikatan Filipina.
Singapura terlibat di hampir semua latihan bersama di kawasan. Pada Maret 2023, AS-Singapura menjadi peserta tamu dalam latihan perang udara di Thailand. Kini, Singapura menjadi penyelenggara latihan bersama China.
Selain di sekitar Asia Tenggara, China juga berlatih di dekat Guam yang merupakan wilayah swatantra AS di Pasifik. Dilaporkan Global Times, Guspurla Shandong kembali berlatih di utara Guam selepas latihan di antara Taiwan-Filipina. Dengan latihan pada April 2023, sudah dua kali Shandong berlatih di dekat Guam.
China tentu saja tidak melupakan latihan di sekitar Taiwan. Kementerian Pertahanan Taiwan menyebut, setiap hari selalu ada pesawat dan kapal perang China mendekati Taiwan. Mereka mengabaikan zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan. Setiap negara dapat menetapkan ADIZ yang umumnya berada di atas perairan zona ekonomi ekslusif (ZEE).
Dalam setahun terakhir, China semakin intensif mengabaikan ADIZ Taiwan. Peningkatan kekuatan Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) menjadi salah satu alasan keberanian China melakukan itu.
Pada Minggu siang waktu Beijing, PLA mengungkap sejumlah perkembangan baru di Angkatan Laut China (PLAN). Xianyang, kapal perusak 10.000 ton dari kelas 055, resmi dioperasikan penuh PLAN. Dengan demikian, seluruh delapan perusak kelas 055 sudah dioperasikan PLAN.
China juga mempersiapkan uji coba pelayaran jauh untuk kapal induk ketiganya, Fujian. Pengamat pengembangan PLAN, Lie Ji, menyebut bahwa China membutuhkan lebih banyak kapal induk karena wilayah perairan China amat luas. China juga harus mempunyai AL yang mampu beroperasi jauh di luar negeri karena kini kepentingan China tersebar di berbagai benua.
Kepada Global Times, ia mengingatkan bahwa AS mengoperasikan 11 kapal induk (aircraft carrier) berbobot di atas 100.000 ton dan berbahan bakar nuklir. AS juga punya 9 kapal induk untuk helikopter atau lazim disebut helo carrier.
Baca juga : AS Terus Jadikan Asia Tenggara untuk Tempat Latihan Perang
Adapun China, kini mengoperasikan dua kapal induk dan tiga kapal induk untuk helikopter. Beijing sedang mempersiapkan Fujian untuk beroperasi setidaknya pada 2025. Ada pun kapal induk keempat sedang dalam persiapan pembangunan.
Mengacu pada proses pembangunan Shandong, kapal induk pertama yang dibangun dari awal oleh China, butuh paling singkat dua tahun bagi Fujian untuk beroperasi penuh. Dikeluarkan dari galangan pada April 2017, Shandong beroperasi penuh pada Desember 2019. Adapun Fujian keluar dari galangan pada Juni 2022 dan sejak itu terus menjalani berbagai uji coba.
Pengamat militer China, Song Zhongping, mengatakan bahwa Fujian amat penting bagi perkembangan teknologi militer China. Fujian dibangun dengan teknologi baru. Liaoning dan Shandong menggunakan landasan yang dinaikkan untuk proses lepas landas pesawat dari geladak. Sementara Fujian menggunakan pelontar elektromagnetik.
Selain itu, Fujian digadang akan menggunakan kapal perang dan kapal intai baru. Jet tempur J-15B dan J-35, serta pesawat intai KJ-600 disebut akan melengkapi Fujian dan kapal induk China generasi selanjutnya.
“Fujian perlu merampungkan berbagai tes tahun ini agar bisa beroperasi segera. Karena PLA sudah berpengalaman menguji dua kapal induk lain, tes Fujian akan lebih cepat,” kata Song kepada Global Times.
Perang dingin
Deputi Menhan Singapura Kelvin Fan menyebut, kompetisi AS-China akan semakin meningkat. Meski demikian, ada banyak cara untuk mencegahnya menjadi perang atau pertempuran skala kecil sekali pun. Paling penting, memastikan komunikasi tetap terbuka dan berkualitas di antara aktor pertahanan AS-China.
Masalahnya, komunikasi itu nyaris tidak ada. AS masih memasukkan Menhan China Li Shangfu dalam daftar sanksi. Li disanksi sejak 2018 terkait pembelian persenjataan dari Rusia. Sejak November 2022, China menghentikan komunikasi tingkat tinggi antara aktor pertahannnya dengan AS.
AS memastikan tidak akan mencabut sanksi pada Li. Meski demikian, Washington berkeras sanksi itu bukan hambatan untuk menjaga komunikasi antara Li dengan Menhan AS Lloyd Austin atau di antara para pejabat pertahanan kedua negara.
Baca juga : AS Kirim 200 Tentara untuk Disebar di Taiwan, Siaga Hadapi China
Dosen pada Peking University Jia Qingguo mengatakan, AS-China memang tidak dalam kondisi perang dingin. Beijing-Washington hanya sedang sangat dekat ke kondisi itu. Keadaan itu antara lain terjadi karena Washington memandang hampir segala aspek dalam hubungan mereka dari sudut pandang keamanan. “Contohnya, AS menjatuhkan sanksi pada ratusan lembaga di China atas alasan keamanan nasional. Kerja sama dengan perguruan tinggi pun dihentikan atas alasan itu. Periset AS tidak boleh lagi bekerja sama dengan peneliti China tanpa izin dan pemeriksaan ketat pemerintah AS,” tuturnya.
Politisi AS juga terus memanasi keadaan. Tiada hari tanpa anggota Kongres AS bertindak atau berucap soal hal buruk terkait China. “Salah satu tantangan serius hubungan AS-China adalah mengendalikan perilaku politisi AS,” ujarnya.
Dalam laporan Bloomberg pada 21 April 2023 diungkap, sejumlah pihak di Taiwan pun gerah atas manuver politisi AS terhadap China. Taipei meminta Washington mengurangi agitasi dan retorika politisi AS terhadap Beijing. (AFP/REUTERS)