NATO dibentuk untuk membendung pengaruh Uni Soviet. Namun, organisasi ini telah lama dikhawatirkan terseret semakin jauh dalam perang melawan Rusia.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
KYIV, KAMIS — Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara Jens Stoltenberg untuk pertama kalinya mengunjungi Ukraina sejak invasi Rusia lebih dari setahun lalu. Ia tiba di Kyiv pada Kamis (20/4/2023) untuk kunjungan selama dua hari. Di luar makna simbolis, tujuan sebenarnya dari kunjungan Stoltenberg belum jelas. Kremlin langsung memperingatkan agar Ukraina dilarang bergabung dengan NATO.
Kepada Stoltenberg, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan, sudah waktunya Kyiv diundang bergabung dengan NATO. ”Sekarang, saat mayoritas rakyat di negara-negara NATO dan mayoritas rakyat Ukraina mendukung masuknya negara kami ke dalam aliansi ini, sekarang saatnya mengambil keputusan yang benar,” ujar Zelenskyy dalam konferensi pers bersama Stoltenberg.
Media lokal Ukraina menayangkan foto-foto Stoltenberg memberikan penghormatan bagi prajurit Ukraina yang tewas dalam pertempuran di Alun-alun St Michael di Kyiv. Kunjungan ini hanya berselang dua hari dari kedatangan Presiden Rusia Vladimir Putin ke wilayah Ukraina yang dikuasai pasukan Rusia.
NATO tidak memiliki kehadiran resmi di Ukraina. Sebagai organisasi militer dari 31 negara, NATO hanya menyediakan dukungan nonsenjata bagi Pemerintah Ukraina, seperti generator, peralatan medis, tenda, seragam militer, dan pasokan lainnya semasa perang ini. AS dan negara anggota lain secara individual memberikan bantuan senjata, amunisi, dan pelatihan bagi pasukan Ukraina. Stoltenberg menjadi suara keras NATO sepanjang invasi Rusia dan berperan penting dalam mengoordinasi bantuan dari anggota NATO bagi Ukraina.
Deretan pemimpin internasional telah mengunjungi Kyiv sepanjang tahun lalu. Stoltenberg termasuk tokoh Barat terakhir yang melakukannya. Sebelum perang, Stoltenberg memang pernah mengunjungi Kyiv. Namun, kunjungan kali ini menegaskan komitmen NATO dalam mempertahankan kemerdekaan Ukraina.
NATO dibentuk untuk membendung pengaruh Uni Soviet. Namun, organisasi ini telah lama dikhawatirkan terseret semakin jauh dalam perang melawan Rusia. Awal bulan ini, Finlandia bergabung dengan NATO dan memberikan tamparan besar bagi Rusia. Finlandia berbagi perbatasan dengan Rusia dan merasa perlu mengubah strategi keamanan nasional akibat invasi Rusia ke Ukraina.
Aliansi keamanan terbesar di dunia ini fokus meningkatkan pertahanan wilayahnya untuk menghalangi Putin menyerang negara anggota. Di bawah jaminan keamanan kolektif NATO, serangan terhadap satu anggota dianggap sebagai serangan atas seluruh anggota.
Menanggapi kunjungan Stoltenberg, Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, mencegah Ukraina bergabung dengan NATO tetap menjadi salah satu tujuan operasi militer khusus Moskwa. ”Pendaftaran Ukraina akan memberikan ancaman serius dan signifikan bagi negara kami, bagi keamanan negara kami,” ujar Peskov dalam konferensi pers.
Leopard dan Patriot
Pada Kamis, Denmark dan Belanda sepakat membeli dan mengirimkan 14 tank Leopard 2 ke Ukraina. Tank-tank itu telah lama masuk dalam daftar perlengkapan militer yang diinginkan Ukraina. ”Belanda dan Denmark mengumumkan niat kami untuk bersama-sama mendapatkan, memperbarui, dan mengirimkan 14 tank Leopard 2A4 ke Ukraina,” sebut pernyataan Kementerian Pertahanan Denmark.
Disebutkan, tank-tank itu akan dikirimkan pada awal 2024. Diperkirakan biayanya mencapai 165 juta euro dan dibagi rata antara kedua negara. Jerman dan Inggris bulan lalu telah mengirimkan 18 tank Leopard dan 14 tank Challenger.
Janji bantuan itu bersamaan dengan tibanya rudal Patriot dari Amerika Serikat. Senjata ini akan memberikan perisai baru bagi Ukraina dalam menghadapi serangan udara Rusia. Pada Oktober 2022, AS setuju mengirim sistem persenjataan darat ke udara yang bisa menarget pesawat, rudal jelajah, dan rudal balistik jarak pendek yang digunakan Rusia untuk membombardir wilayah Ukraina.
”Hari ini, langit biru Ukraina akan menjadi lebih aman,” kata Menteri Pertahanan Ukraina Oleksii Reznikov.
Ia mengungkapkan, pertama kali meminta sistem Patriot saat mengunjungi AS pada Agustus 2021, lima bulan sebelum invasi Rusia dan tujuh tahun setelah aneksasi Semenanjung Crimea. Sistem itu, kata Reznikov, adalah impian Ukraina. Namun, kala itu AS mengatakan mustahil. (AP/AFP/REUTERS)