Sembilan Nelayan WNI Dikhawatirkan Tenggelam di Australia, 11 Orang Selamat
Dua kapal kayu dari Indonesia terjebak jalur topan Ilsa di pesisir Australia. Waktu penyelamatan malam hari sungguh menantang.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
CANBERRA, RABU — Sembilan nelayan Indonesia dikhawatirkan tenggelam di perairan Australia setelah kapal mereka dihantam topan Ilsa. Otoritas Australia berhasil menyelamatkan 11 nelayan lainnya setelah bertahan tanpa makanan dan air di pulau tak berpenghuni.
Otoritas Keselamatan Maritim Australia dalam pernyataan, Rabu (19/4/2023), menyebutkan, dua kapal kayu dari Indonesia terjebak jalur topan Ilsa. Pada Jumat (14/4/2023), topan tersebut menjadi topan terkuat dalam delapan tahun terakhir yang melintasi pesisir Australia. Kecepatan angin diperkirakan mencapai rekor 289 kilometer per jam.
”Salah satu kapal kayu, Putri Jaya, tenggelam di tengah kondisi cuaca ekstrem pada 11 atau 12 April, saat Ilsa mengumpulkan kekuatan di atas Samudra Hindia, lalu bergerak ke arah tenggara menuju pesisir,” sebut pernyataan Otoritas Keselamatan Maritim.
Kapal lainnya, Express 1, terempas pada 12 April dini hari dengan 10 nelayan di dalamnya di Pulau Bedwell, pulau berpasir sekitar 300 kilometer sebelah barat kota pesisir Broome. Satu-satunya penyintas kapal Putri Jaya diketahui menghabiskan waktu 30 jam di laut sebelum tersapu ke pulau tersebut. ”Mereka semua berada di Pulau Bedwell selama enam hari tanpa makanan dan air sebelum diselamatkan pada Senin (17/4/2023) malam,” kata otoritas.
Para nelayan yang selamat terlihat oleh Pasukan Perbatasan Australia (ABF) yang berpatroli di wilayah utara untuk mengawasi penyelundupan dan aktivitas ilegal lainnya. Mereka terlihat dari atas pesawat yang tengah berpatroli rutin. Otoritas kemudian mengerahkan sebuah helikopter penyelamat dari Broome dan mengangkut 11 orang tersebut di tengah cahaya matahari yang meredup.
Gordon Watt, manajer penyedia helikopter PHI Aviation, mengatakan, kru helikopter penyelamat tidak bisa mendarat di atas pulau berpasir itu. ”Mereka harus mengerek (para korban) dan itu sungguh menantang. Waktu penyelamatan pada malam hari membuat kru harus menggunakan goggles penglihatan malam,” tuturnya.
Kesepuluh nelayan yang selamat kemudian dibawa ke Rumah Sakit Broome. Otoritas melaporkan kondisi mereka baik. Menurut rencana, mereka akan segera dipulangkan ke Indonesia.
Konsulat Jenderal RI di Darwin memperloleh informasi dari ABF pada Senin tentang penyelamatan 11 nelayan warga Indonesia tersebut. KJRI Darwin juga telah meminta akses untuk menemui para nelayan dan memberikan bantuan yang diperlukan serta memfasilitasi proses pemulangan mereka ke Indonesia. Berdasarkan koordinasi dengan instansi di Indonesia, para nelayan berasal dari Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.
”Pemerintah Indonesia menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Australia yang telah membantu menyelamatkan para nelayan Indonesia,” demikian pernyataan Kementerian Luar Negeri RI.
Sembilan nelayan yang belum diketahui nasibnya diperkirakan menjadi korban Ilsa yang merupakan siklon kategori 5 saat melintasi pesisir kawasan Pilbara di Australia Barat. Kecepatan angin yang tercatat di Pilbara merupakan yang tercepat yang pernah direkam oleh peralatan biro pemantau cuaca Australia. Meskipun perkiraan awal ini masih perlu kajian lebih lanjut, catatan kecepatan angin Ilsa melampaui rekor sebelumnya, yakni topan Vance yang menghantam Pilbara tahun 1999 dengan kecepatan 267 kilometer per jam. (AP)