Rusia Uji Coba Rudal Antikapal Moskit di Utara Jepang
Angkatan Laut Rusia menguji rudal antikapal Moskit di Laut Jepang, Selasa, menyusul penerbangan pesawat pengebom Tu-95 di Laut Jepang. Jepang meningkatkan kerja sama keamanan dengan AS dan Filipina.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
MOSKWA, SELASA — Angkatan Laut Rusia melakukan latihan militer dengan menembakkan rudal antikapal Moskit di Laut Jepang, Selasa (28/3/2023). Latihan perang Armada Pasifik Rusia yang melibatkan kapal perang dan sejumlah jet tempur tersebut dilakukan selang satu pekan setelah Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida melawat ke Ukraina dan berbicara langsung dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy.
Dalam pernyataannya, Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Rusia mengatakan, rudal ditembakkan dari dua kapal perang ke sasaran berupa tiruan kapal perang musuh yang berjarak sekitar 60 mil atau sekitar 100 kilometer. Rudal disebut berhasil mencapai target.
Latihan perang yang disebut Kemenhan Rusia sebagai latihan perang reguler itu menguji coba rudal Moskit atau yang dikenal di kalangan anggota NATO sebagai SS-N-22 Sunburn. Rudal ini merupakan rudal jelajah antikapal supersonik yang memiliki kemampuan membawa tidak hanya hulu ledak konvensional, tetapi juga hulu ledak nuklir. Rudal jelajah ini mampu terbang dengan kecepatan tiga kali kecepatan suara dan memiliki jangkauan hingga 250 kilometer.
Kemenhan Rusia menyebut bahwa latihan itu berlangsung di Teluk Peter The Great di Laut Jepang meski tidak menyebut lokasi yang lebih tepat. Teluk itu sendiri berbatasan dengan markas Armada Pasifik Rusia di Fokino dan berjarak sekitar 700 kilometer dari Pulau Hokkaido utara, wilayah teritorial Jepang.
Berbeda dengan latihan sebelumnya yang membuat Pemerintah Jepang bereaksi, kali ini Tokyo tidak terlalu reaktif terhadap latihan itu. Wakil Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihiko Isozaki mengatakan mereka terus memantau latihan itu.
Walau demikian, menurut pejabat Kementerian Luar Negeri Jepang, Tasuki Matsuki, Tokyo tidak berencana mengajukan protes ke Moskwa atas latihan itu. Jepang menganggap bahwa lokasi latihan lebih dekat ke Vladivostok dan teluk itu sendiri adalah wilayah teritorial Rusia walau posisinya menghadap perairan kedua negara.
”Secara keseluruhan, Jepang prihatin dengan peningkatan aktivitas militer Rusia di sekitar pantai Jepang dan memperhatikan mereka dengan seksama,” kata Matsuki.
Beberapa waktu terakhir, aktivitas militer Rusia di dekat wilayah perbatasan kedua negara meningkat. Pekan lalu, Rusia menyebut bahwa dua pesawat pengebom mereka, yaitu Tu-95, terbang selama bebeberapa jam di wilayah udara di atas perairan netral di Laut Jepang. Penerbangan jet pengebom dilakukan setelah Kishida mengunjungi Kyiv untuk bertemu dengan Zelenskyy.
Pada September, Jepang memprotes latihan militer multinasional Rusia di Kepulauan Kuril yang menjadi sengketa kedua negara. Tokyo menyatakan keprihatinan adanya kapal perang Rusia dan China yang melakukan latihan menembak di Laut Jepang. Tahun lalu diketahui juga bahwa AL Rusia melakukan uji coba rudal antikapal selam di Laut Jepang.
Pertemuan trilateral
Jepang, Amerika Serikat, dan Filipina dikabarkan tengah mempersiapkan diri melakukan pembicaraan tingkat menteri tentang masalah keamanan. Menurut kantor berita Kyodo, ketiga negara tengah mempertimbangkan untuk mengadakan pertemuan itu di pada awal April.
Pertemuan trilateral itu tidak terlepas dari kesepakatan yang digagas Presiden Ferdinand Marcos Jr saat berkunjung ke Jepang pada pertengahan Februari lalu. Saat itu, Marcos dan Kishida sepakat mengembangkan kerja sama militer kedua negara dalam upaya penanganan pascabencana. Kerja sama ini dipandang sebagai pintu masuk bagi kerja sama yang lebih besar, terutama setelah Filipina memperluas akses wilayahnya bagi personel dan alutsista Amerika Serikat.
Dikutip dari laman Japan Times, seorang pejabat yang membantu penasihat keamanan Marcos menyebut bahwa dialog dan kerja sama keamanan trilateral itu sangat penting untuk meningkatkan kemampuan ketiga negara menghadang pengaruh militer China yang semakin luas serta bersiap untuk potensi krisis di Selat Taiwan.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan dan timpalannya dari Jepang Takeo Akiba diharapkan hadir dalam pertemuan itu. Sementara dari Filipina, sebut Japan Times, akan diwakilkan Eduado Ano, penasihat keamanan Marcos.
Filipina baru-baru ini memberikan akses yang lebih luas kepada AS untuk menempatkan personel dan peralatan militernya di banyak tempat, termasuk di wilayah utara negara itu yang membuat Pentagon memiliki jangkauan lebih cepat ke Selat Taiwan. Pemberian akses itu tidak terlepas dari sikap AL China yang agresif terhadap AL Filipina.
Sikap agresif China tidak hanya terhadap militer Filipina semata, tetapi juga terhadap kapal-kapal perang AS yang mencoba berlayar di perairan dekat Kepulauan Spratly yang disengketakan. Setidaknya, sepanjang pekan lalu, kapal perang AS dua kali berlayar di dekat lokasi yang disengketakan dan mendapat peringatan dari AL China untuk segera meninggalkan perairan tersebut.
Filipina mencari dukungan dari Jepang dan Amerika Serikat atas sengketa teritorial di Laut China Selatan, tetapi juga berhati-hati untuk tidak terlalu mengandalkan kedua negara tersebut. Marcos telah memperjelas bahwa pemerintahannya tidak akan menggunakan ”pola pikir Perang Dingin”. Ia mengatakan, kebijakan luar negeri Filipina independen dan tidak akan memihak Beijing atau Washington.
Meskipun berusaha menghindari terjebak dalam persaingan yang semakin intensif antara China dan Amerika Serikat, Filipina telah mengambil sikap yang lebih tegas dalam beberapa bulan terakhir terhadap Beijing. (AP/AFP/REUTERS)