Kepanikan Mereda, Pasar Saham Global Bergerak Positif
Indeks harga saham mengalami kenaikan pada sesi perdagangan Selasa (28/3/2023) setelah kepastian penyelematan SVB. Akan tetapi, sektor perbankan dinilai masih rapuh.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD
·4 menit baca
New York, Selasa Pasar saham global bergerak lebih tinggi pada pembukaan perdagangan Selasa (28/3/2023), setelah selama akhir pekan diliputi kekhawatiran dan tanda tanya mengenai bank mana lagi yang akan mengalami kesulitan keuangan. Pergerakan positif ini tak lepas dari kepastian adanya investor baru untuk Silicon Valley Bank (SVB).
Akan tetapi, sejumlah analis dan pengambil kebijakan di sektor perbankan dan keuangan mengingatkan, sektor ini tetap rapuh apabila tidak ada perubahan regulasi yang lebih besar.
Gairah pasar terlihat pada awal pembukaan perdagangan Selasa di sejumlah bursa saham dunia. Indeks CAC 40 di Perancis mengalami kenaikan 0,5 persen menjadi 7.116,72 di awal perdagangan.
Gairah pasar terlihat pada awal pembukaan perdagangan Selasa di sejumlah bursa saham dunia.
Hal itu juga dialami indeks DAX Jerman yang naik 0,4 persen menjadi 15.191,93 serta FTSE 100 Inggris yang naik 0,4 persen menjadi 7.5034,04. Dow Jones Industrial Average juga naik 0,1 persen.
Pasar saham di Asia juga mengalami kenaikan sebagai imbas dari sentimen positif di sektor perbankan Amerika Serikat (AS) dan Eropa. Indeks Nikkei 225 Jepang mengalami kenaikan hingga 1,0 persen menjadi 7.034,10.
Indeks Kospi Korea Selatan juga naik 1,1 persen menjadi 2.434,94 dan Hang Seng naik 0,9 persen menjadi 19.751,94. Hanya indeks Shanghai Composite yang mengalami penurunan sebanyak 0,2 persen menjadi 3.245,38.
”Ekuitas Asia positif pada Selasa, terangkat oleh sebagian besar indeks utama yang lebih tinggi di sesi sebelumnya. Berkurangnya kekhawatiran seputar krisis perbankan dan melonjaknya harga minyak menyebabkan aliran pengambilan risiko yang solid,” kata Anderson Alves dari ActivTrades dalam sebuah laporan.
Kejatuhan SVB yang selama ini menjadi tulang punggung pendanaan perusahaan rintisan di AS dan kepanikan yang melanda Credit Suisse setelah sahamnya anjlok telah memicu aksi jual saham perbankan.
Ini karena para pemilik saham khawatir krisis akan menjalar ke bank-bank lainnya. Deutsche Bank di Jerman dikhawatirkan menjadi korban berikutnya setelah harga sahamnya anjlok sepanjang akhir pekan lalu.
Persoalan SVB dan Credit Suisse dikhawatirkan menyebabkan tertundanya atau bahkan batalnya pinjaman untuk berbagai usaha kecil dan menengah. Hal itu pada gilirannya dapat menyebabkan penyerapan tenaga kerja berkurang, pertumbuhan yang melambat, dan risiko resesi yang lebih tinggi.
Kepanikan pasar terindikasi mereda pada Senin setelah First Citizens BancShares Inc setuju untuk membeli sebagian besar aset SVB. First Citizens, yang selama ini punya reputasi sebagai pembeli perusahaan-perusahaan yang tengah dililit masalah, membeli semua pinjaman dan simpanan SVB, memberikan hak ekuitas Federal Deposit Insurance Corp (FDIC) dalam sahamnya senilai 500 juta dollar AS sebagai imbalannya.
First Citizens juga menyebut mereka akan menggunakan asetnya senilai 110 miliar dollar AS, simpanan sebesar 56 miliar dollar AS dan pinjaman sebesar 72 miliar dollar AS untuk mengakuisisi SVB. Kepastian penyelamatan SVB oleh First Citizens membuat harga saham mereka mengalami kenaikan hingga 53,7 persen pada sesi perdagangan Senin (27/3).
Kepanikan pasar terindikasi mereda pada Senin setelah First Citizens BancShares Inc setuju untuk membeli sebagian besar aset SVB.
Situasi yang melingkupi bank-bank di AS dan Eropa telah mengakibatkan krisis kepercayaan terhadap sistem perbankan. Andrea Enria dari Bank Central Eropa (ECB) mengatakan, dirinya menangkap kegugupan dan kegelisahan pasar dan para investor terhadap situasi saat ini.
Gubernur Bank of England Andrew Bailey mengatakan keruntuhan SVB telah menjadi yang tercepat sejak kematian Bank Barings Inggris pada tahun 1995 setelah kerugian besar derivatif yang disebabkan oleh "pedagang nakal" Nick Leeson.
Bailey mengatakan tekanan yang menyebabkan krisis kepercayaan di Credit Suisse disebabkan oleh masalah spesifik di bank terbesar kedua di Swiss itu. Di hadapan parlemen Inggris dia mencoba meyakinkan bahwa kondisi perbankan Inggris tidak seperti di AS ataupun Swiss. Meski begitu , dia menyatakan bahwa ketegangan di pasar sangat terasa dan terus meningkat.
Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional Kristalina Georgieva, saat berada di Beijing akhir pekan lau juga mengingatkan bahwa risiko stabilitas keuangan telah meningkat, terutama karena gejolak di sektor perbankan.
"Ketidakpastian sangat tinggi. Jelas bahwa risio terhadap stabilitas keuangan global juga meningkat,” katanya saat berbicara di depan Forum Pembangunan China.
Georgieva mengatakan, para pembuat kebijakan telah bertindak cepat untuk mengurangi risiko sistemik akibat gejolak pada sektor perbankan dan dinilai berhasil meredamnya. Akan tetapi, ketidakpastian yang tinggi harus membuat para pengambil kebijakan juga meningkatkan kewaspadaannya.
Yang terjadi pada Deutsche Bank lebih pada penularan sentimen dibanding penularan sistemik. Dia menilai pasar bersikap irasional meski secara fundamental bank ini dinilai memiliki kondisi keuangan yang sehat.
Sara Deveraux, analis senior pada perusahaan manajemen aset Vanguard, dikutip dari CNBC, mengatakan, yang terjadi pada Deutsche Bank lebih pada penularan sentimen dibanding penularan sistemik. Dia menilai pasar bersikap irasional meski secara fundamental bank ini dinilai memiliki kondisi keuangan yang sehat.
Penurunan harga saham Deutsche Bank – yang turun 8,6% pada hari Jumat – bisa menjadi salah satu contohnya. Bank yang telah meluncurkan upaya restrukturisasi besar-besaran pada tahun 2019, sejak itu membukukan laba 10 kuartal berturut-turut. Saham pulih 6,2% pada hari Senin dan ditutup di atas 9 euro ($9,73) per lembar saham. (AP/AFP/Reuters)