China menegaskan kembali komitmen untuk membangun "komunitas China-Arab" yang lebih banyak berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan Pembangunan di Timur Tengah.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
BEIJING, SELASA — China siap bekerja sama dengan Arab Saudi untuk membangun ”komunitas China-Arab” dengan masa depan bersama di era baru yang lebih banyak berkontribusi pada perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di kawasan Timur Tengah. China juga siap memperluas kerja sama praktis dan mendorong pengembangan kemitraan strategis komprehensif China-Arab Saudi.
Komitmen ini disampaikan Presiden China Xi Jinping kepada Putra Mahkota sekaligus Perdana Menteri Arab Saudi Mohammed bin Salman Al Saud alias MBS ketika keduanya berkomunikasi melalui sambungan telepon sebagaimana dilaporkan kantor berita China, Xinhua, pada Selasa (28/3/2023).
Komunikasi itu menindaklanjuti kunjungan kenegaraan Xi ke Arab Saudi pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negara-negara China-Arab pertama dan KTT Dewan Kerja Sama China-Teluk pada tahun lalu. Xi menegaskan, kedua pihak akan mendukung satu sama lain dalam isu-isu yang melibatkan kepentingan masing-masing.
Mengutip kantor berita China. Xinhua, Xi menyatakan, China siap mengembangkan kerja sama praktis dan pertukaran masyarakat dengan Arab Saudi. China juga mendorong pengembangan yang semakin besar dari kemitraan strategis komprehensif China-Arab Saudi.
”China bersedia bekerja sama dengan Arab Saudi untuk berusaha total membangun komunitas China-Arab dengan masa depan bersama untuk era baru dan memberikan kontribusi lebih banyak untuk mengupayakan perdamaian, stabilitas, dan pembangunan di Timur Tengah,” kata Xi.
Sementara itu, MBS, masih mengutip Xinhua, menyatakan, Arab Saudi sangat mementingkan pengembangan hubungan dengan China. Arab Saudi juga bersedia bekerja sama dengan China untuk membuka prospek baru kerja sama di antara kedua negara.
Kantor berita Arab Saudi, SPA, menyebutkan, MBS menghargai prakarsa China mendukung ”upaya mengembangkan hubungan bertetangga yang baik” antara Muslim Sunni Arab Saudi dan Syiah Iran. Kedua pemimpin juga menekankan pentingnya hubungan strategis antara Arab Saudi, negara pengekspor minyak utama dunia, dengan kekuatan ekonomi China yang merupakan mitra dagang utama negara-negara Teluk.
Harian South China Morning Post, Selasa, menyebutkan China dan Arab Saudi sedang membangun hubungan yang ”lebih bermakna” dengan kesepakatan senilai 10 miliar dollar Amerika Serikat (AS) untuk membangun kompleks penyulingan minyak yang canggih di Provinsi Liaoning.
Kedua pemimpin juga menekankan pentingnya hubungan strategis antara Arab Saudi, negara pengekspor minyak utama dunia, dengan kekuatan ekonomi China yang merupakan mitra dagang utama negara-negara Teluk.
Perusahaan raksasa minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, meningkatkan investasi multimiliar dollar AS di China untuk menyelesaikan dan meningkatkan usaha patungan di China. Aramco akan memasok dua perusahaan China dengan gabungan 690.000 barel minyak mentah per hari ke China. Ini kesepakatan terbesar sejak Xi berkunjung ke Arab Saudi, Desember lalu.
Kesepakatan ini menyoroti meningkatnya persaingan antara Arab Saudi dan Rusia dalam memasok minyak mentah ke China. Sanksi Barat terhadap Moskwa akibat invasinya ke Ukraina memaksa Rusia mengalihkan penjualan minyaknya dari Eropa dan menjualnya dengan diskon besar ke pasar lain, termasuk China.
Dalam dua bulan pertama tahun ini, Rusia menggeser Arab Saudi sebagai pemasok minyak utama China. Aramco sudah menjual minyak mentah ke pabrik China yang mengoperasikan kilang berkapasitas 800.000 barel per hari, satu-satunya yang terbesar di China, di bawah perjanjian penjualan yang diperbarui setiap tahun.
Dalam arsip foto 28 Juni 2021 ini, para insinyur dan jurnalis Saudi Aramco melihat Pabrik Pemulihan Cairan Gas Alam Hawiyah, yang dirancang untuk memproses 4,0 miliar standar kaki kubik gas manis per hari, gas alam yang tidak mengandung sejumlah besar hidrogen sulfida, di Hawiyah, di Provinsi Timur Arab Saudi.
Aramco dan mitranya di China kemudian menyepakati proyek kilang minyak dan petrokimia di Liaoning yang diperkirakan akan dimulai pada 2026 untuk memenuhi permintaan bahan bakar dan bahan kimia yang terus meningkat di China. Proyek Liaoning di kota Panjin itu akan menjadi investasi penyulingan-petrokimia besar kedua Aramco di China. Proyek Liaoning ini diperkirakan akan menelan biaya sekitar 12,2 miliar dollar AS.
Pabrik pemrosesan semacam itu biasanya memiliki umur operasi 35 tahun. Ini ”menjamin China untuk menjadi pasar ekspor yang stabil dan berkelanjutan” untuk minyak Arab Saudi dalam waktu dekat. Ini juga akan membantu menopang keamanan energi China.
Ini ”menjamin China untuk menjadi pasar ekspor yang stabil dan berkelanjutan” untuk minyak Arab Saudi dalam waktu dekat. Ini juga akan membantu menopang keamanan energi China.
Untuk saat ini, para analis memperkirakan China akan terus membeli minyak mentah Rusia yang didiskon besar-besaran. ”Tetapi ada kekhawatiran sanksi yang dipimpin AS terhadap Rusia bisa mengganggu rantai pasokan minyak global, yang menyebabkan fluktuasi harga yang besar,” kata kata Joey Zhou, analis petrokimia di Shanghai untuk konsultan industri energi dan kimia global, Independent Commodity Intelligence Services.
Guna mendapat posisi lebih kompetitif untuk biaya bahan baku, Zhou menambahkan, produsen China kemungkinan akan menerima dana Arab Saudi atau Emirat dengan melibatkan mereka dalam rencana kompleks kilang dan petrokimia terintegrasi.(REUTERS/AFP/LUK)