Ukraina adalah bangsa yang kuat. Pemerintah dan rakyat Ukraina memilih untuk melawan kediktatoran dan tirani demi kemerdekaan dan keadilan.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS Semua rakyat Ukraina yang melawan invasi Rusia adalah pahlawan. Segera setelah Rusia menyerang Ukraina untuk pertama kali pada 24 Februari 2022, seluruh rakyat mengangkat senjata untuk melawan balik Rusia dengan pimpinan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy. Padahal, saat itu semua pejabat pemerintah sudah diimbau untuk segera evakuasi ke Eropa.
Zelenskyy dan banyak warga Ukraina memilih tetap tinggal di Ukraina dan melawan serangan Rusia. Sikap itu adalah wujud sikap juang. Sikap itu merupakan cerminan bahwa Ukraina adalah bangsa yang kuat, bukan kaki tangan atau boneka Barat.
”Ukraina melawan Rusia bukan hanya untuk kepentingan rakyat Ukraina, kedaulatan wilayah, atau kebebasan Ukraina saja, melainkan juga untuk kebebasan, keadilan, dan kemanusiaan seluruh dunia,” kata Duta Besar Ukraina untuk Indonesia Vasyl Hamianin, Senin (6/2/2023), di Jakarta.
Dalam wawancara yang digelar di ruang kerja duta besar itu, Hamianin menegaskan, invasi Rusia sejatinya bukan hanya mendera Ukraina saja. Invasi, menurut dia, adalah serangan terhadap ”kemerdekaan” negara-negara dunia.
”Jangan mengalah pada kediktatoran. Jika tidak melawan, kami yang menanggung semua akibatnya. Demokrasi harus kuat dan harus bisa melindungi kita. Kalau kita kalah dari kediktatoran dan tirani, dunia akan berakhir. Maaf, saya harus mengatakan itu,” ujarnya.
Hamianin mengatakan, Presiden Zelenskyy menegaskan Ukraina harus melawan serangan Rusia. ”Presiden saya, pemerintah, dan militer Ukraina, mereka semua itu pahlawan,” kata Hamianin.
Ukraina berusaha mencegah negara besar mana pun yang memiliki kekuatan nuklir dan ambisi yang besar untuk merundung negara lain di masa depan. Jika Ukraina tidak melawan, serangan seperti yang dilakukan Rusia akan bisa terulang terus di seluruh dunia.
Lebih lanjut Hamianin mengatakan, untuk menangani krisis ini perlu upaya memulihkan kembali kepercayaan dunia serta membangun kembali sistem yang mampu melawan agresi apa pun yang terjadi di dunia. Ini sebenarnya esensi dari Perserikatan Bangsa-Bangsa setelah Perang Dunia II. Peran PBB di era 1950-1970-an cukup efektif, tetapi sejak Uni Soviet kolaps pada 1991, PBB melemah.
”Dulu dunia berharap akan menjadi komunitas demokratis dan menegakkan keadilan, kemanusiaan, hak asasi manusia, dan hukum. Namun, itu tidak terjadi dan (Rusia) malah menyerang Ukraina. Menghentikan perang memang penting, tetapi lebih penting lagi menghentikan Rusia. Hanya dengan begitu maka terbuka jalan untuk menyelesaikan segala krisis di dunia,” kata Hamianin.
Tentu perang harus diakhiri dan itu perlu tindakan konkret. Menurut Hamianin, selain bantuan militer, Ukraina juga membutuhkan dukungan moral. ”Semua negara pasti mengharapkan bantuan dari negara lain untuk menghadapi krisis. Bantuan apa pun bentuknya akan sangat berguna bagi kami,” ujarnya. ”Untuk menyelesaikan krisis ini hanya perlu menjadi manusia.
Jika mendukung keadilan dan kemanusiaan, Anda akan tahu harus bersikap bagaimana. Jangan memihak pada Ukraina atau Rusia. Berpihak saja pada kemanusiaan dan keadilan. Lalu, nanti Anda akan tahu apa yang harus dilakukan. Be just and be human,” kata Hamianin.
Dalam seminar ”Suara dari Ukraina: Dampak Invasi Rusia bagi Dunia dan Indonesia”, di Jakarta, Senin (6/2), yang diampu oleh Foreign Policy Community Indonesia (FPCI), ahli politik Universitas Nasional Kyiv, Olexiy Haran, memahami bahwa masyarakat Indonesia mengira perang Rusia-Ukraina merupakan perpanjangan tangan melawan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Namun, sejatinya bukan itu konteks konflik Rusia-Ukraina.
”Presiden Rusia Vladimir Putin selalu mengagungkan masa Kekaisaran Rusia yang kemudian beralih menjadi Uni Soviet. Ia ingin menyatukan kembali bangsa-bangsa yang telah merdeka agar di bawah kekuasaan Rusia,” tuturnya.
Kini, Ukraina hanya menginginkan tentara Rusia angkat kaki. ”Kami berjuang mempertahankan kemerdekaan bangsa Ukraina. Itu saja, tidak demi kepentingan pihak-pihak lain,” kata Haran.
Klaim
Dari Ukraina dikabarkan, pertempuran terus berkecamuk di sejumlah wilayah di Ukraina timur. Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina bersiap untuk meledakkan apotek dan rumah sakit di kota Kramatorsk, Ukraina timur. Namun, menurut Moskwa, tindakan itu oleh Kyiv dituduhkan dilakukan oleh Rusia. Rusia dinarasikan melakukan kejahatan perang dan menyerang warga sipil.
Menurut Rusia, tidak ada bukti terhadap klaim yang disebarkan di media sosial itu. Rusia mengatakan, klaim dan propaganda tersebut hanya rekaan Kyiv belaka agar Ukraina memperoleh bantuan persenjataan dari Barat.
Pernyataan ini muncul setelah sebuah rudal menghantam sebuah bangunan perumahan di kota Kramatorsk pada Kamis (2/2). Tiga orang tewas dalam serangan itu.