Korut Semakin Agresif, AS-Korsel Tak Mau Kecolongan
AS dan Korsel akan terus menggelar latihan militer bersama untuk menghadapi Korut yang kian agresif. Ini sekaligus juga upaya AS menenangkan Korsel yang mempertanyakan keseriusan AS melindungi negara-negara sekutunya.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
SEOUL, SELASA — Perilaku Korea Utara dinilai semakin mengkhawatirkan, terutama dengan pengembangan persenjataan terbaru dan nuklirnya. Amerika Serikat dan Korea Selatan tidak mau mengambil risiko. Mengantisipasi Korut yang kian agresif dan guna mencegah konflik di kawasan Semenanjung Korea, AS dan Korsel berkomitmen memperluas skala dan intensitas latihan militer bersama serta meningkatkan perencanaan pencegahan nuklir.
Komitmen itu ditegaskan dalam pertemuan antara Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin dan Menhan Korsel Lee Jong-sup, Selasa (31/1/2023), di Seoul, Korsel. Ini merupakan pertemuan kedua mereka setelah sebelumnya keduanya bertemu di Washington DC, AS, November 2022. Austin dijadwalkan bertemu dengan Presiden Korsel Yoon Suk Yeol sebelum melanjutkan perjalanan ke Filipina.
”Kerja sama ini diperlukan karena adanya perubahan dalam lingkungan keamanan, termasuk upaya Korea Utara baru-baru ini dengan program nuklir dan rudalnya,” kata Austin.
Ketegangan militer di Semenanjung Korea meningkat pada 2022 ketika Korut menggelar serangkaian uji coba persenjataan yang belum pernah dilakukan sebelumnya. Salah satu uji cobanya adalah menembakkan rudal balistik antarbenua tercanggihnya. Korut juga mengirimkan lima pesawat tanpa awak melintasi perbatasan kedua negara pada 26 Desember 2022. Ini baru pertama kali terjadi dalam lima tahun terakhir.
Sebagai tahap awal peningkatan skala dan intensitas latihan itu, AS dan Korsel akan menggelar latihan simulasi melalui komputer pada bulan Februari ini guna meningkatkan komunikasi tentang ”opsi pencegahan dan respons” terhadap ancaman nuklir Korut. ”Ini untuk memastikan kami bisa melihat semuanya secara langsung,” kata Austin.
Komitmen kedua negara sekutu itu diperkirakan membuat Korut marah, seperti biasanya. Korut selalu menganggap latihan bersama AS-Korsel itu sebagai latihan untuk menginvasi Korut. Biasanya pula Korut akan membalas dengan uji coba persenjataan.
Korut selalu menganggap latihan bersama AS-Korsel itu sebagai latihan untuk menginvasi Korut. Biasanya pula Korut akan membalas dengan uji coba persenjataan.
Austin sudah datang ke Korsel untuk ketiga kalinya sebagai menteri pertahanan dan bertemu Lee dan Yoon. Yoon pernah menyarankan agar Korsel mempertimbangkan untuk memiliki senjata nuklir. Baru pertama kali ini terjadi dalam beberapa puluh tahun terakhir seorang presiden Korsel melontarkan gagasan itu.
Hal ini menunjukkan Korsel semakin khawatir, tidak hanya dengan ancaman dari Korut, tetapi juga dengan komitmen keamanan AS pada Korsel. Akan tetapi, pemerintahan Yoon kemudian menarik kembali komentar soal senjata nuklir tersebut dan menekankan Korsel tetap mendukung non-proliferasi nuklir global.
Menepis kekhawatiran Korsel, Austin kembali menegaskan komitmen AS untuk mencegah serangan terhadap negara-negara sekutu dengan aset militer yang dimiliki, seperti kekuatan nuklir. ”Komitmen kami mencakup berbagai kemampuan pertahanan AS, termasuk kemampuan pertahanan nuklir dan rudal konvensional kami,” kata Austin.
Pemimpin Korut Kim Jong Un baru-baru ini menyerukan peningkatan eksponensial dalam persenjataan nuklir Korut. Termasuk dalam rancangan Pyongyang adalah memproduksi senjata nuklir taktis secara massal dan mengembangkan rudal baru untuk serangan balik nuklir. Kim menyatakan, Korut harus memperkokoh kekuatan militer pada tahun 2023 untuk mengimbangi dan merespons AS-Korsel.
Hong Min dari Institut Korea untuk Unifikasi Nasional mengatakan, kunjungan Austin bertujuan meredakan kekhawatiran yang berkembang di kalangan publik dan politisi Korsel mengenai apakah AS dapat dipercaya dalam pencegahan ancaman nuklir Korut. ”Dengan serangkaian detail aset AS yang disepakati untuk dikerahkan dalam latihan bersama, AS tampaknya ingin meyakinkan Korsel,” ujarnya.
AS dan Korsel juga sudah memperkuat kerja sama keamanan dengan Jepang yang mencakup latihan pertahanan rudal trilateral dan perang anti-kapal selam dalam beberapa bulan terakhir. Kerja sama trilateral dijalin di tengah uji coba senjata Korut yang provokatif.
Pada Desember lalu, Jepang membuat terobosan besar dalam prinsip pertahanan negara pasca-Perang Dunia II. Dari semula ditujukan hanya untuk membela diri, kini prinsip pertahanan Jepang juga mengadopsi strategi keamanan nasional baru yang mencakup upaya memperoleh kemampuan melancarkan serangan pendahuluan dan mendapatkan rudal-rudal jelajah. Sama seperti Korsel, Jepang juga kian khawatir dengan ancaman yang meningkat dari Korut, China, dan Rusia. (REUTERS/AFP/AP)