Jalan Terputus Banjir, Pengemudi Terpaksa Memutar hingga 5.000 Kilometer
Menurut anjuran aplikasi peta, mau tak mau hanya itu jalan yang bisa dilewati untuk pulang karena jalan yang seharusnya ia lewati terputus akibat banjir.
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
KUNUNURRA
Chris English (64), warga Kununurra, Australia Barat, terpaksa pulang lewat jalan yang memutar sejauh 5.000 kilometer hanya untuk membawa mobilnya pulang dari kota Perth. Ini kira-kira setara jarak dari Sabang sampai Merauke dengan garis imajiner. Menurut anjuran aplikasi peta, mau tak mau hanya itu jalan yang bisa dilewati karena jalan yang seharusnya ia lewati terputus akibat banjir.
Harian The Guardian, Kamis (19/1/2023), mendapatkan kisah ini dari Craig, putra dari English, yang menceritakan pengalaman ayahnya di Twitter. Kisahnya berawal pada Desember 2022 ketika English dan istrinya naik mobil dari Kununurra menuju ke kota pesisir Broome agar mereka bisa mendapatkan penerbangan yang lebih murah ke kota Perth untuk merayakan Natal dan Tahun Baru bersama keluarga.
Beberapa hari sebelum pulang ke Kununurra, awal Januari, mereka mendengar kabar wilayah Australia Barat dilanda banjir terburuk yang pernah terjadi. Jalan antara Broome dan Kununurra hancur saat Sungai Fitzroy meluap. Itu artinya, mereka tidak bisa pulang melewati rute yang sama.
Aplikasi peta memberikan alternatif jalan pulang dari Broome ke Kununurra sejauh 4.770 kilometer dan akan memakan waktu 64 jam. Rute itu mengejutkan karena melewati Australia Barat bagian tengah, masuk ke wilayah Northern Territory, lalu kembali ke arah barat menuju Kununurra.
English berhasil membujuk istrinya dan mendapat izin untuk terbang ke Broome lalu membawa mobil pulang. Sementara istrinya langsung pulang ke Kununurra karena sudah harus kembali bekerja. Akhirnya English bertualang sendirian mengemudi melewati gurun di siang hari dan berkemah di malam hari. ”Ayah saya berpengalaman mengemudi di pedalaman jadi tidak masalah harus jalan jauh. Dia satu-satunya orang yang cukup gila untuk melakukan perjalanan itu,” kata Craig.
English pun memulai perjalanan gila itu, Senin, dengan mobil berpenggerak empat roda, membawa kompor portabel dan perbekalan selama seminggu. Craig lalu menceritakan perjalanan ayahnya itu ke Twitter. Tak butuh waktu lama, pengikut Craig di Twitter melonjak mencapai ribuan pengikut baru. Semua ingin mendengar kabar keberadaan terakhir English. Ketika English akhirnya bisa dihubungi melalui telepon, Craig lalu menceritakan soal itu.
English malah menertawakan orang-orang yang penasaran dengan perjalanannya dan mendukungnya. ”Ayah saya bilang, ia tidak menjalani perjalanan ini untuk mencari perhatian orang, tetapi hanya mau membawa pulang mobilnya,” kata Craig.
English akhirnya sampai ke Northern Territory dua hari kemudian dan menghabiskan malam dengan berkemah di Uluru. Keluarganya memperkirakan English sampai di Kununurra pada Senin. Craig memperkirakan ayahnya akan menghabiskan sekitar 1.000 dollar AS (sekitar Rp 15 juta) untuk bensin saja karena harga bensin lebih mahal di stasiun pengisian bahan bakar daerah-daerah terpencil.
”Kami tidak khawatir dengan dia. Kalau misalnya dia tersesat, orang-orang di seluruh negeri pasti akan mencarinya,” kata Craig.