Banyak Daerah di China ”Megap-megap” Tak Punya Uang untuk Covid-19
Tiga tahun berperang melawan Covid-19 membuat banyak daerah kewalahan dan kehabisan anggaran. Untuk membantu daerah, terutama di pedesaan, pemerintah pusat memberikan bantuan anggaran.
BEIJING, SENIN – Upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 di berbagai daerah di China menghabiskan banyak uang. Banyak daerah yang kekurangan bahkan kehabisan anggaran untuk penanganan Covid-19 akibat lonjakan kasus Covid-19 setelah China mencabut semua protokol kesehatannya.
Untuk membantu daerah yang kesulitan, Kementerian Keuangan China akan menambah jumlah anggaran untuk pencegahan dan pengendalian Covid-19 khusus untuk daerah perdesaan dan miskin. China berlomba dengan waktu untuk mencegah penyebaran Covid-19 mengingat ratusan juta orang mulai mudik atau pulang kampung menjelang Tahun Baru Imlek, 22 Januari mendatang.
Baca juga: China ”Menyerah” pada Obat Asing
Tambahan anggaran dari pemerintah pusat yang diumumkan pada Senin (16/1/2023) itu akan digunakan utamanya untuk biaya perawatan, tunjangan kerja sementara bagi tenaga medis, vaksinasi, dan peningkatan kemampuan perawatan medis. Pemerintah China juga akan mendukung penggunaan obligasi pemerintah daerah dan penerbitan obligasi khusus pemerintah daerah untuk membangun proyek perawatan kesehatan yang berkualitas. Ini untuk memenuhi kebutuhan perawatan medis masyarakat.
“Koordinasi sumber daya pertolongan pertama di perdesaan harus dilakukan dengan baik, dan perawatan medis pasien dengan kondisi parah juga harus disiapkan,” sebut pernyataan tertulis kementerian itu.
Dari data pemerintah, Sabtu lalu, pada periode 8 Desember 2022 sampai 12 Januari 2023 disebutkan, jumlah korban tewas karena Covid-19 dan dirawat di rumah sakit mencapai sekitar 60.000 orang. Otoritas kesehatan China menyatakan hanya mencatat korban tewas yang dirawat di rumah sakit.
Itu berarti jumlah korban tewas bisa bertambah karena tidak diketahui jumlah pasti dari pasien yang dirawat di rumah. Dengan tambahan anggaran untuk daerah, pemerintah pusat akan memfasilitasi pembelian kebutuhan medis agar upaya pencegahan dan pengendalian Covid-19 tidak terganggu karena urusan ketersediaan dana.
Kekuatan keuangan pemerintah daerah di China terkikis pada tahun 2022 antara lain karena terjadinya penurunan pendapatan penjualan tanah negara dan kemerosotan di pasar perumahan. Situasi ini diperburuk oleh pertumbuhan ekonomi China yang lemah, pendapatan pajak yang kurang, dan kebijakan pembatasan Covid-19 yang ketat. Produk domestik bruto (PDB) kemungkinan hanya akan tumbuh 2,8 persen pada tahun 2023 karena kebijakan nihil Covid-19 membebani aktivitas dan kepercayaan publik.
Baca juga : Dampak Ganda Pembukaan Ekonomi China bagi Pasar Global
Kantor berita China, Xinhua, pada 8 Januari 2023 menerbitkan artikel yang mengungkapkan alasan utama di balik perubahan pemikiran Pemerintahan China terkait kebijakan Covid-19. Dalam artikel itu disebutkan, sulit untuk menghilangkan virus Covid-19. Biaya sosial serta biaya pencegahan dan pengendaliannya juga meningkat.
Situs berita CNN, Senin, menyebutkan pemerintah daerah di seluruh China pada pekan lalu mulai mengadakan sesi legislatif tahunan guna menjabarkan tujuan kebijakan masing-masing untuk tahun ini. Pertemuan parlemen daerah ini akan berujung pada sesi parlemen nasional yang akan diadakan Maret mendatang. Pada pertemuan parlemen nantinya perdana menteri akan memaparkan target pertumbuhan PDB negara serta rencana anggaran dan tujuan-tujuan kebijakan lainnya.
Dari laporan tingkat parlemen daerah yang dirilis, Jumat lalu, disebutkan Guangdong, provinsi terkaya di China berdasarkan hasil ekonomi, menghabiskan total anggaran sebesar 22 miliar dollar AS hanya untuk pencegahan dan pengendalian pandemi selama tiga tahun sejak tahun 2020. Uang itu digunakan untuk tes Covid-19, vaksinasi, dan segala pengeluaran terkait penegakan kebijakan dinamis nol-Covid. Ini tidak termasuk pengeluaran terkait kebutuhan medis lainnya.
Selama tiga tahun, pengeluaran terkait Covid-19 melonjak sekitar 50 persen setiap tahun. Pada tahun 2022, jumlahnya mencapai puncak sebesar 10,6 miliar dollar AS. Angka itu setara dengan 35 persen belanja provinsi untuk penelitian dan pengembangan. Jumlah ini juga melebihi anggaran yang dialokasikan China untuk membangun industri cip nasional melalui Dana Investasi Industri Sirkuit Terpadu China atau dikenal sebagai “Dana Besar” yang dimulai pada 2014 dengan investasi awal 21 miliar dollar AS.
Menurut perhitungan CNN berdasarkan data dari Kementerian Keuangan China, terjadi defisit fiskal China yang luas yang merupakan gabungan defisit untuk pemerintah pusat dan daerah hingga 944 miliar dollar AS dalam 10 bulan pertama tahun 2023. Jumlah ini hampir tiga kali lipat dari tahun sebelumnya. Kalangan ekonom memperkirakan defisit sepanjang tahun bisa mencapai rekor 1,4 triliun dollar AS. Keuangan pemerintah daerah juga mengalami kontraksi tajam dalam pendapatan karena pertumbuhan ekonomi yang lemah dan keringanan pajak yang besar bagi bisnis mengurangi pendapatan.
Baca juga : Berharap China Transparan
Selain Guangdong, sejumlah pemda juga melaporkan tagihan Covid-19 dalam jumlah luar biasa besar. Ibu kota China, Beijing, menyatakan telah menghabiskan hampir 4,5 miliar dollar AS pada tahun lalu untuk mencegah dan mengendalikan Covid-19. Jumlah itu naik 140 persen dibandingkan tahun 2020. Sementara di Provinsi Fujian, tetangga Guangdong, anggaran yang dikeluarkan sekitar 2 miliar dollar AS pada tahun 2022. Angka ini naik 56 persen dibandingkan tahun 2021.Selama tiga tahun terakhir, tagihannya berjumlah 4,6 miliar dollar AS.
Shanghai, kota terkaya di China daratan, menyebutkan, di Distrik Songjiang saja sudah habis anggaran lebih banyak untuk Covid-19 ketimbang untuk perawatan kesehatan masyarakat tahun lalu. Distrik yang merupakan kawasan pabrik perusahaan raksasa pembuat cip, seperti TSMC dan SMIC, mengeluarkan anggaran untuk Covid-19 hingga 664 juta dollar AS. Sementara pengeluaran perawatan kesehatannya hanya 541 juta dollar AS. (REUTERS)