Pemakaman ala Orang Biasa untuk Mantan Raja Terakhir Yunani
Inilah epilog cerita tragedi Kerajaan Yunani, demikian kata PM Kyriakos Mitsotakis. Setelah monarki resmi dihapus tahun 1974, raja terakhir Yunani, Constantine II, mangkat. Namun, ia akan dimakamkan seperti warga biasa.
Athena
Kabar duka datang dari Yunani. Mantan raja terakhir Yunani, Constantine, meninggal dalam usia 82 tahun di rumah sakit di Athena, Selasa (10/1/2023) malam. Keesokan harinya, kantor Perdana Menteri Kyriakos Mitsotakis mengumumkan mendiang Constantine akan dimakamkan sebagai warga biasa di Tatoi, bekas tempat peristirahatan Kerajaan Yunani, sekitar 20 kilometer utara Athena. Lokasi itu juga tempat pemakaman orangtua dan leluhur Constantine.
Keputusan pemakamannya diumumkan dalam sidang tingkat menteri yang dipimpin PM Mitsotakis, Rabu (11/1/2023) pagi. Namun, tanggal dan lokasi upacara pemakamannya belum diputuskan. Athena baru memutuskan, pemerintah akan diwakili menteri kebudayaan dalam upacara pemakaman nanti.
Keluarga Constantine mengatakan, upacara pemakaman nanti akan digelar di sebuah katedral. Namun, detail terkait upacara dan pemakamannya beserta durasi persemayamannya di gereja ”akan ditetapkan kemudian”. Kantor perwakilan keluarganya hanya menyebutkan, upacara pemakaman itu akan dilaksanakan pada 16 Januari mendatang di Katedral Metropolitan Ortodoks, Athena.
Monarki Yunani telah dihapus secara definitif lewat referendum tahun 1974. Constantine tinggal selama beberapa dekade di pengasingan. Sejak monarki dihapuskan, sebenarnya sudah tidak banyak kalangan di Yunani yang ingin bernostalgia dengan keluarga mantan anggota kerajaan.
Meski demikian, Constantine punya hubungan kekerabatan dengan beberapa monarki di Eropa. Para anggota dan kerabat dari sejumlah kerajaan di Eropa diperkirakan akan menghadiri upacara pemakamannya di Athena.
Kakak perempuannya, Sophia, misalnya, adalah istri mantan Raja Spanyol Juan Carlos I. Pangeran Philip, suami Ratu Inggris Elizabeth II, adalah pamannya.
Baca juga : Raja Charles III Lebih Miskin daripada Raja-raja di Asia dan Afrika
Keluarga dan leluhur Constantine memerintah Yunani sejak 1863, tetapi sempat diselingi era pemerintahan republik selama 1922-1935. Mereka adalah keturunan Pangeran Christian, yang belakangan menjadi Raja Denmark Christian IX. Constantine—atau yang bergelar Raja Constantine II—adalah anak laki-laki tunggal Raja Paul dan Ratu Frederica.
Istri Constantine, Anne-Marie, adalah adik perempuan Ratu Denmark Margrethe. Melalui pernyataan tertulis, istana kerajaan di Copenhagen mengungkapkan ”kesedihan yang luar biasa” saat Ratu Margrethe mengetahui kematian Constantine. ”Keluarga kerajaan (Denmark) ikut berdukacita bersama Yang Mulia Ratu Anne-Marie dan seluruh keluarga besar Yunani,” demikian pernyataan istana di Copenhagen.
Semasa hidupnya, Constantine adalah juga atlet layar peraih medali emas Olimpiade. Pada Olimpiade Roma 1960, dalam usia 20 tahun, ia dan dua atlet layar lainnya merebut medali emas cabang layar di Kelas Dragon—kelas ini sudah tidak dilombakan lagi di Olimpiade. Saat menjadi pangeran, Constantine terpilih menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) dan pada 1974 menjadi anggota kehormatan IOC seumur hidup.
Baca juga: Warga Semakin Berani Terbuka Kritik Monarki dan Raja
Karena itu, IOC pun menyampaikan belasungkawa atas kematiannya. ”Kami kehilangan seorang sahabat yang hebat bagi olahraga pada diri Raja Constantine,” kata Presiden IOC, Thomas Bach, melalui pernyataan tertulis, Rabu (11/1/2023). Sebagai penghormatan terhadap Constantine, markas IOC di Lausanne, Swiss, mengibarkan bendera setengah tiang selama tiga hari.
Dikudeta setelah bertakhta
Constantine II naik takhta dalam usia 23 tahun pada 1964. Saat itu, Yunani tengah mengalami salah satu fase paling kacau dalam kehidupan politik di tengah panasnya Perang Dingin dan histeria antikomunis. Tiga tahun setelah naik takhta, ia dan keluarganya mengasingkan diri akibat pergolakan politik di Yunani.
Di mata rakyatnya, Constantine sangat tidak populer setelah melantik sejumlah kolonel yang ternyata belakangan merebut kekuasaan pada 1967. Ia sempat bermitra dengan mereka, tetapi berupaya melakukan kontra-kudeta, tetapi gagal.
Pada 13 Desember 1967, Constantine dan keluarganya mengungsi ke kota Kavala, Yunani utara. Menurut rencana, ia akan berpawai di Thessaloniki dan mendirikan pemerintahan di sana. Upaya kontra-kudeta itu tidak terencana dengan baik, disusupi lawan politiknya, lalu gagal total. Keesokan harinya, ia melarikan diri ke Roma. Sejak itu, ia tak pernah kembali ke Yunani sebagai raja. Tragis.
Perjalanan hidup Constantine mengingatkan pada perjalanan keluarga kerajaan Yunani yang mengungsi ke sana-kemari. Sebelum Constantine merayakan ulang tahun pertamanya, keluarga Kerajaan Yunani mengungsi dari Yunani menyusul invasi Jerman pada Perang Dunia II. Mereka berpindah-pindah tempat, dari Alexandria (Mesir), lalu Afrika Selatan, kemudian kembali lagi ke Alexandria. Raja George II, kakek Constantine, baru kembali lagi ke Yunani pada 1946, tetapi meninggal dunia beberapa bulan kemudian. Takhta beralih pada Raja Paul I, ayah Constantine.
Dikenal dengan julukan ”Sang Mantan (The Ex)”, jika dijumlah total, termasuk sejak anak-anak, Constantine tinggal di pengasingan selama 50 tahun, termasuk di Italia dan Inggris. Di Inggris, ia tinggal kawasan suburban Hampstead Garden, London. Konon, ia menjalin hubungan erat dengan sepupunya, Charles, Prince of Wales, yang kini menjadi Raja Inggris Charles III.
Baca juga: Rakyat Inggris Raya Menyongsong Perubahan di Bawah Raja Charles III
Pada 1974, rakyat menggelar referendum, menghasilkan keputusan penghapusan monarki di Yunani. Butuh waktu 14 tahun setelah tersingkir saat menjadi raja bagi Constantine untuk kembali ke Yunani—hanya sementara—guna memakamkan jenazah ibunya, Ratu Frederica. Pada 1994, pemerintahan sosialis Yunani bahkan melucuti status kewarganegaraan Constantine dan menyita properti keluarga kerajaan. Baru pada 2010, ia diperbolehkan pulang kembali ke Yunani.
Pada hari-hari terakhir hidupnya, Constantine bisa menerima kenyataan bahwa Yunani sudah menjadi republik. Meski demikian, ia tetap menganggap dirinya sebagai raja Yunani, sementara anak-anaknya menjadi pangeran dan putri kerajaan walaupun status itu sudah tidak diakui di negaranya.
”Perjalanan warna-warni mantan Raja Constantine menandai dan ditandai dengan peristiwa-peristiwa bergolak dalam sejarah modern Yunani. Luka-luka telah disembuhkan oleh pilihan-pilihan, kesadaran penuh, dan kematangan rakyat kami,” kata PM Yunani Kyriakos Mitsotakis, saat menyampaikan belasungkawa kepada keluarga Constantine.
Constantine meninggalkan istri dan lima anak, yakni Alexia, Pavlos, Nikolaos, Theodora, dan Philippos, serta sembilan cucu. Kematian Constantine, lanjut PM Mitsotakis, ”menjadi epilog resmi sebuah bab yang secara jelas telah ditutup dengan referendum tahun 1974”. (AP/AFP/REUTERS)