Tak Ada Karantina, Pemudik Mulai Banjiri China Daratan
Menjelang Tahun Baru Imlek, warga China di berbagai negara mulai pulang kampung ke China. Ratusan ribu warga China pulang setelah pemerintah mencabut syarat wajib karantina setibanya di China.
Oleh
LUKI AULIA
·4 menit baca
BEIJING, MINGGU — Pemerintah China mencabut pilar terakhir dari kebijakan dinamis nihil Covid-19, yakni persyaratan karantina bagi siapa pun yang masuk ke China. Setelah tiga tahun membatasi pendatang dengan kebijakan karantina yang ketat dan dalam waktu panjang, pernah sampai 21 hari, China kini kembali membuka diri pada dunia luar.
Kebijakan terbaru ini disambut gembira rakyat China yang segera merencanakan perjalanan ke luar negeri dengan membeli tiket. Demikian pula sebaliknya, banyak orang yang sudah rindu untuk bertemu kembali dengan keluarga yang berada di China, termasuk mereka yang tinggal di Hong Kong. Sedikitnya sudah ada 410.000 orang di Hong Kong yang akan melakukan perjalanan ke China daratan dalam dua bulan ke depan.
Sementara sekitar 7.000 orang di China daratan akan melakukan perjalanan ke wilayah selatan. Meski tak perlu karantina lagi, mereka yang hendak menyeberang, baik Hong Kong ke China daratan maupun sebaliknya, masih harus menunjukkan hasil tes negatif Covid-19 yang dilakukan 48 jam sebelum keberangkatan.
Antrean panjang terlihat di Bandara Internasional Hong Kong untuk penerbangan ke kota-kota seperti Beijing, Tianjin, dan Xiamen, Minggu (8/1/2023). ”Saya sangat senang dan bersemangat. Sudah bertahun-tahun tidak bertemu orangtua saya. Kesehatan orangtua saya sedang tidak baik. Meski begitu, saya tak boleh datang menengok sampai sekarang,” kata Teresa Chow, warga Hong Kong, saat sedang bersiap menyeberang ke China daratan dari pos pemeriksaan Lok Ma Chau, Hong Kong.
Di Bandara Internasional Beijing, suasana juga ramai dengan banyak orang yang saling berpelukan ketika pesawat dari Hong Kong, Warsawa (Polandia), dan Frankfurt (Jerman) tiba. Pembukaan perbatasan China dilakukan saat dimulainya Chun Yun atau periode 40 hari pertama perayaan Tahun Baru Imlek saat warga China akan mudik ke kampung halaman masing-masing seperti di Indonesia ketika Lebaran.
Sedikitnya 2 miliar orang diperkirakan akan melakukan perjalanan pada tahun ini, hampir dua kali lipat mobilitas tahun lalu. Jika dibandingkan dengan tahun 2019, mobilitas orang di China mulai pulih sekitar 70 persen. Banyak warga China yang juga mulai berlibur ke luar negeri, seperti ke Thailand dan Indonesia. Meski demikian, jumlahnya tidak akan sebanyak sebelum pandemi karena jumlah penerbangan internasional masih terbatas.
Kepala Eksekutif Hong Kong John Lee mengatakan akan terus memperluas jumlah titik penyeberangan dari Hong Kong ke China daratan dan sebaliknya dari tujuh titik yang aktif saat ini menjadi 14 titik. ”Tujuannya untuk kembali secepat mungkin ke kehidupan normal pra-epidemi. Kami ingin kerja sama antara kedua belah pihak kembali normal,” kata Lee.
Laporan media-media Hong Kong menyebutkan, sudah ada sekitar 300.000 rencana perjalanan dari Hong Kong ke China daratan. Kuota harian perjalanan sebanyak 60.000 orang. Harian yang dikelola Partai Komunis China, Global Times, mengutip pejabat pelabuhan di Shenzhen, Tan Luming, mengatakan, pada hari pertama pembukaan kembali, sekitar 200 penumpang naik feri ke Hong Kong dan 700 orang lainnya melakukan perjalanan ke daerah lain.
Layanan feri terbatas telah dipulihkan dari Provinsi Fujian ke Pulau Kinmen yang dikuasai Taiwan di lepas pantai China. Penyeberangan perbatasan dengan Rusia di Suifenhe di ujung utara Provinsi Heilongjiang juga kembali beroperasi normal, tepat pada saat pembukaan festival es di ibu kota Harbin yang menjadi daya tarik utama wisata. Adapun di Ruili, perbatasan China-Myanmar, operasi kembali normal setelah 1.012 hari penutupan penuh atau sebagian sebagai respons atas penularan berulang.
Pada saat China membuka diri tanpa karantina, kasus Covid-19 justru sedang melonjak dan jumlah pasien rawat inap di rumah sakit bertambah. Otoritas kesehatan China bersiap untuk menghadapi lonjakan kasus di daerah-daerah, terutama daerah yang kurang berkembang, menjelang Imlek.
Komisi Kesehatan China, Sabtu, mengeluarkan peraturan untuk memperkuat pemantauan mutasi virus, termasuk pengujian air limbah perkotaan. Ada juga aturan mengenai pengumpulan data dari rumah sakit dan departemen kesehatan pemerintah daerah serta peningkatan pemeriksaan pada penyebab pneumonia yang tidak diketahui.
Pejabat dari Komisi Kesehatan Nasional, Jiao Yahui, dalam wawancara yang dipublikasikan stasiun televisi CCTV, Minggu, mengatakan, kondisi darurat dan layanan kritis di kota-kota besar tampaknya sudah mencapai puncak. Namun, permintaan melonjak di kota-kota kecil dan menengah serta perdesaan.
Untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang tidak terkendali, Kementerian Perhubungan China, Jumat, mengimbau kepada para pemudik untuk mengurangi mobilitas dan pertemuan, terutama jika ada orang lanjut usia, ibu hamil, anak kecil, dan mereka yang memiliki kondisi kesehatan yang tidak baik. (REUTERS/AFP/AP)