Korut mengklaim sukses menguji ”motor pendorong rudal berbahan bakar padat” untuk pengembangan senjata baru.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·3 menit baca
Selama setahun terakhir, Korea Utara berulang kali meluncurkan uji coba rudal aneka rupa. Sanksi internasional tak menyurutkan niat negara ini untuk menjadi negara berkekuatan nuklir yang diperhitungkan dunia. Pyongyang tengah getol membangun persenjataan, terutama rudal balistik antarbenua (ICBM), yang lebih canggih.
Yang terbaru, Korut mengklaim sukses menguji ”motor pendorong rudal berbahan bakar padat” untuk pengembangan senjata baru. Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA, Jumat (16/12/2022), melaporkan, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un mengawasi uji coba tersebut di Pusat Peluncuran Satelit Sohae, Kamis. KCNA menggambarkan uji coba itu sebagai bagian penting bagi pengembangan sistem persenjataan strategis tipe baru.
Foto-foto yang dirilis kantor berita itu memperlihatkan Kim berdiri melihat peluncuran motor yang ditempatkan secara horizontal dan mengepulkan asap pembuangan kuning terang. Ia tampak meringis dengan sebatang rokok menyala di tangannya, sementara kolom asap putih membubung di belakangnya.
Ambisi Kim untuk mengembangkan strategis sudah dikemukakan sejak awal tahun 2022. Dia ingin Korut menjadi negara nuklir paling kuat di dunia dan tidak bisa mundur lagi. Kini Korut tengah bekerja membuat rudal berbahan bakar padat lebih banyak, lebih stabil, dan dapat diluncurkan tanpa peringatan atau persiapan.
”Satu lagi masalah penting dalam pelaksanaan lima prioritas bisa terpecahkan. Saya berharap senjata strategis tipe baru lainnya akan dibuat secepatnya,” ujar Kim, sebagaimana dikutip KCNA, seusai mengawasi peluncuran.
Semua ICBM yang ada berbahan bakar cair. Analis menyebutkan, rudal berbahan bakar cair sulit dioperasikan dan perlu waktu lama untuk persiapan sebelum peluncuran. Akibatnya, rudal semacam itu lebih lambat dan lebih mudah dihadang musuh untuk dihancurkan.
”Sebaliknya, rudal berbahan bakar padat lebih mudah dipindahkan, lebih cepat diluncurkan, dan lebih mudah disembunyikan saat digunakan saat perang. Saat nanti digunakan, teknologi itu akan membuat kekuatan nuklir Korea Utara lebih berdaya guna, tahan lama, dan berbahaya,” kata Leif-Eric Easley, profesor pada Ewha University di Seoul, Korea Selatan.
Joseph Dempsey, peneliti pada International Institute for Strategic Studies (IISS), mengatakan, sulit untuk mengkaji klaim Korut atas uji coba motor pendorong itu. ”Tantangan teknis apa yang masih ada dan seberapa jauh uji peluncuran sistem semacam itu masih misterius,” ujarnya.
Selain pengembangan ICBM dan komponen pendukungnya, Kim juga menjanjikan pembuatan sistem persenjataan lain, termasuk rudal multihulu ledak, rudal berkapasitas nuklir yang diluncurkan dari dalam perairan, dan satelit mata-mata.
”Kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan Korut menguji coba peluncuran ICBM dengan bahan bakar padat tahun depan,” kata Lim Eul-chul, profesor studi Korea Utara pada Kyungnam University di Korsel.
Menurut Ankit Panda, pakar dari Carnegie Endowment for International Peace, langkah uji coba Korut telah diperkirakan selama beberapa waktu terakhr. ”Motor pendorong roket berdiameter besar akan membuat Korut mampu mengerahkan ICBM yang diluncurkan dari kapal selam, dan yang terpenting, lebih responsif,” tuturnya.
Tidak seperti rudal berpendorong bahan bakar cair, rudal berbahan bakar padat diisi saat pembuatan sehingga bisa dikeluarkan lebih cepat saat terjadi perang. ”Saya tidak akan terkejut jika mereka akan menggelar tes tambahan sebelum uji peluncuran,” ujar Panda menambahkan.
Uji motor pendorong rudal terjadi saat Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Rafael Grossi tengah berada di Seoul untuk berbicara dengan para pejabat Korsel. Dalam pertemuan itu, Grossi menyerukan agar berbagai pihak berupaya keras untuk menghentikan program nuklir Korut. Sayangnya, berbagai sanksi internasional, terutama dari AS dan sekutu Barat, tidak membuat Korut kapok menguji coba persenjataannya. (AP/AFP/REUTERS)