Presiden Joe Biden yakin Demokrat akan mempertahankan posisi di Senat, tetapi akan berat untuk mempertahankan DPR. Ia menyatakan, hidupnya bakal makin sulit.
Oleh
FRANSISCA ROMANA
·4 menit baca
WASHINGTON, RABU — Seiring ditutupnya pemungutan suara, dua partai besar di Amerika Serikat menanti nasib masing-masing. Partai Republik bersemangat untuk mengambil alih dominasi Partai Demokrat di Kongres. Sementara Demokrat masih berupaya mempertahankan kekuasaan dengan sekuat tenaga.
Pemungutan suara pemilu sela ditutup di pesisir Timur AS pada Selasa (8/11/2022) malam waktu setempat atau Rabu WIB. ”Kami berniat untuk menang. Jadi, saya kira kalian akan terkejut nanti,” kata Ketua DPR AS Nancy Pelosi kepada PBS dalam acara NewsHour.
Ia menekankan, Demokrat masih punya kandidat-kandidat superior dan para pemilih akan memilih mereka. Demokrat menghadapi kandidat generasi baru Republikan, di antaranya pendatang baru di dunia politik, penyangkal hasil pemilihan presiden 2020 yang dimenangi Joe Biden, dan beberapa politisi ekstremis yang terinspirasi mantan Presiden Donald Trump.
Seluruh kursi di DPR sebanyak 435 kursi diperebutkan dalam pemilu sela ini, begitu pula sepertiga kursi Senat. Jika para pendatang baru Republikan ini bisa membantu partai tersebut memegang kendali DPR dan Senat, tantangan besar akan dihadapi Kongres untuk menjalankan agenda pemerintah. Dalam pemerintahan yang terbelah semacam itu biasanya terjadi kesepakatan bipartisan. Namun, para kandidat Republikan berkampanye untuk menghentikan agenda Demokrat.
”Saya kira ini tidak akan berakhir sebagai pemerintahan yang dipenuhi konflik,” kata Brendan Buck, mantan Asisten Dua Ketua DPR AS dari Republikan.
Partai Republik sebenarnya tidak memiliki agenda padu, tetapi mereka mencuatkan ancaman konfrontasi yang bisa memicu krisis pemerintahan. Mereka telah berjanji memotong anggaran federal, menolak kenaikan batas utang nasional, dan tidak bersedia mendukung Ukraina dalam perang melawan Rusia. Itu semua berpotensi menimbulkan kebuntuan.
Ketua Republikan di DPR Kevin McCarthy merekrut sendiri para kandidat yang berasal dari beragam kelas untuk kandidat anggota DPR. Tak hanya lebih banyak perempuan dalam jajaran kandidat itu, tetapi sebagian juga kader-kader loyalis Trump. Trump pun mendukung lebih dari 330 kandidat di seluruh AS, meski tidak selalu menjadi pilihan McCarthy atau Ketua Senat Republikan Mitch McConnell.
Kemenangan Republikan dalam pemilu sela bisa memuluskan jalan kembalinya Trump ke pencalonan menuju Gedung Putih. Partai Republik perlu memenangi lima kursi untuk meraih suara mayoritas di DPR dengan 218 kursi. Suara di Senat sejauh ini masih di tangan Demokrat karena Wakil Presiden Kamala Harris bisa memberikan suara dalam posisi 50-50. Demokrat bekerja mati-matian untuk mempertahankan posisi ini, terutama di beberapa negara bagian, seperti Georgia, Arizona, dan Nevada.
Dalam hasil pemilu awal, tiga senator baru telah terpilih, yakni Peter Welch dari Demokrat (Vermont) serta dua senator Republik, Katie Britt (Alabama) dan Markwayne Mullin (Oklahoma). Ketua Mayoritas Senat Chuch Schumer dari Demokrat terpilih lagi di New York. Senator Republikan, Rand Paul (Kentucky) dan Marco Rubio (Florida), menang atas lawan mereka dari Demokrat.
Fraksi Demokrat di DPR menghadapi persoalan tersendiri, diperburuk oleh segelintir pensiunan anggota DPR yang memilih menyerahkan kepemimpinan di komisi daripada berkarier sebagai fraksi minoritas. Salah satu contoh dramatis kekalahan Demokrat di DPR adalah ketua kampanye DPR AS, Sean Patrick Maloney, yang harus bertarung untuk bisa bertahan melawan anggota DPR Republikan, Mike Lawler. Maloney akan menjadi ketua kampanye Demokrat pertama yang kalah dalam dua dekade.
Berat
Biden yakin Demokrat akan mempertahankan posisi di Senat, tetapi akan berat untuk mempertahankan DPR. Ia menyatakan, hidupnya bakal makin sulit. Jika posisi DPR dan Senat berbalik, agenda legislatif Biden akan lumpuh. Hasil pemilu sela juga akan menentukan apakah Biden, yang bulan ini berusia 80 tahun dan menjadi presiden tertua dalam sejarah AS, akan kembali maju untuk periode jabatan kedua pada 2024.
Sementara Trump memanfaatkan pemilu sela ini untuk menegaskan statusnya sebagai pemimpin Republikan secara de facto. Ia mulai menyuarakan keraguan atas hasil pemilu sela melalui platform media sosialnya sendiri, Truth Social, merujuk permasalahan pada mesin pemungutan suara di Arizona. Para pejabat di Maricopa County menyebutkan, sekitar 20 persen dari 223 tempat pemungutan suara mengalami kesulitan, tetapi tidak akan memengaruhi kejujuran pemungutan suara.
”Hal yang sama terjadi seperti Voter Fraud tahun 2020?” kata Trump.
Pemilu sela kali ini digelar di tengah ketidakpuasan masyarakat AS terhadap kinerja Kongres. Menurut AP VoteCast, dalam survei terhadap 90.000 pemilih, sebanyak 7 dari 10 responden tidak setuju dengan cara Kongres bekerja.
Inflasi, aborsi, kejahatan, dan masa depan demokrasi menjadi isu utama saat kampanye para kandidat untuk merebut suara pemilih. Demokrat mendapat momentum dalam isu aborsi dan memperingatkan pemilih tentang agenda konservatif bertajuk MAGA, singkatan dari slogan Trump, ”Make America Great Again”. Namun, Republikan fokus pada perhatian pemilih tentang isu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, seperti tingginya harga-harga akibat inflasi dan kejahatan.
Hasil penghitungan suara bisa lebih lama dari hari pemungutan suara di banyak negara bagian. Negara Bagian Georgia bahkan harus bersiap menggelar pemilu putaran kedua pada 6 Desember jika tidak ada kandidat yang mendapat suara mayoritas. (AP/AFP)