Harapkan Republikan Menang, Kremlin Menoropong Pemilu Sela AS
Pemilihan umum sela Amerika Serikat akan memengaruhi kebijakan luar negeri adidaya itu. Bahkan ada anggapan, kebijakan bisa berubah banyak jika Republikan mengalahkan Demokrat.
Oleh
MAHDI MUHAMMAD, KRIS MADA
·4 menit baca
MOSKWA, SELASA — Pemerintah Rusia memantau dengan cermat pelaksanaan pemilihan umum sela atau paruh waktu Amerika Serikat pekan ini. Pemilihan umum sela tidak hanya akan menjadi pertaruhan bagi politik domestik negeri Paman Sam, tetapi juga memengaruhi kebijakan politik luar negeri adidaya itu.
Kremlin berkepentingan mengikuti perkembangan politik di AS karena suasana hubungan yang berbeda yang dirasakan Presiden Rusia Vladimir Putin ketika ”Negeri Paman Sam” itu dipimpin Donald Trump, yang didukung Partai Republik, dengan Joe Biden yang didukung Partai Demokrat.
Hubungan Putin-Trump lebih kondusif ketimbang Putin-Biden. Faktor ini akan menjadi pembeda dalam perkembangan perang Ukraina-Rusia. AS di bawah Biden adalah kekuatan utama di balik kegigihan Ukraina.
Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Grushko, dalam rekaman wawancara dengan stasiun televisi Zvevda dan diunggah di saluran Telegram Kementerian Luar Negeri Rusia, Senin (7/11/2022), mengatakan, Kremlin mengikuti pemilihan umum sela AS dengan sangat cermat. Mereka juga mengetahui proposal Partai Republik yang akan memotong bantuan militer ke Ukraina jika memenangi pemilu sela.
”Kami sadar bahwa sejumlah tokoh Partai Republik mendukung pengurangan bantuan militer ke Ukraina. Mereka (Republikan) pada posisi menilai bahwa apa yang telah dilakukan Demokrat saat ini tak rasional,” kata Grushko dikutp dari kantor berita Rusia, TASS.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari 2022, Pemerintah AS telah menggelontorkan bantuan militer bagi Ukraina lebih dari 18,2 miliar dollar AS. Bantuan terakhir senilai 400 juta dolar AS telah diluncurkan Gedung Putih untuk membantu militer Ukraina melakukan serangan ofensif terhadap militer Rusia di berbagai wilayah di negara tersebut.
Bantuan itu antara lain dalam bentuk pengiriman 1.100 pesawat nirawak Phoenix Ghost, serta pendanaan untuk memperbarui 45 tank T-72 buatan Ceko yang telah direvitalisasi sistem pertahanan dan komunikasinya. Selain itu ada juga rudal anti-pesawat Hawk yang akan membantu militer Ukraina menghadapi serangan pesawat nirawak Geran milik Rusia, yang diproduksi Iran.
Dalam pandangan Grushko, jika Partai Republik memenangi pemilu sela ini, AS akan lebih fokus menekan negara-negara Eropa untuk meningkatkan anggaran pertahanan mereka guna membeli persenjataan dari AS. Hal ini beberapa kali disampaikan dengan tegas Trump saat menjadi presiden kepada negara-negara NATO.
Partai Republik, menurut Grushko, juga telah berancang-ancang mengurangi bantuan militernya bagi Ukraina. Pemimpin Minoritas Dewan Perwakilan Rakyat AS Kevin McCarthy telah mengatakan, jika partainya menguasai parlemen, AS tak akan memberikan cek kosong bagi Ukraina.
Meski Biden masih akan berkuasa hingga 2024 dan berjanji akan meneruskan dukungannya bagi Ukraina, sentimen yang muncul di kalangan Republikan adalah desakan pengurangan jumlah bantuan militer bagi Ukraina. Kelompok Republikan berharap Biden lebih memfokuskan diri pada perbaikan situasi domestik.
Pemilu sela kali ini akan menjadi upaya baru Republikan untuk menguasai kembali DPR dan Senat AS. Di Senat, Partai Republik hanya perlu menambah setidaknya satu kursi untuk bisa menjadi mayoritas. Hal sama berlaku untuk DPR AS, yang 222 kursinya saat ini diduduki Partai Demokrat.
Peneliti di Dewan Atlantik yang Berbasis di Washington DC, Daniel Fried, mengatakan, dalam hal politik luar negeri, Partai Republik akan terbagi menjadi dua kubu, yaitu sayap neo-Reaganis dan para pendukung Donald Trump (Trumpist). Keduanya memiliki kesepakatan soal Iran dan China. Akan tetapi, tentang Rusia, mereka berbeda pandangan.
”Kaum neo-Reagan akan mendesak AS dan sekutu baratnya membantu Ukraina untuk bersikap lebih keras terhadap Rusia. Sementara, Trumpist, akan mengeluarkan wacana agar AS menarik dukungannya terhadap Ukraina. Dalam bentuk lebih ekstremnya, kepentingan nasional AS adalah melakukan kebijakan yang lebih akomodatif terhadap Rusia. Sikap mereka akan menyerupai posisi ”isolasionis” yang tak acuh terhadap kebangkitan Hitler di akhir 1930-an,” kata Fried, dikutip dari laman Dewan Atlantik.
Scott Anderson, mantan diplomat AS dan sekarang menjadi peneliti di Brookings Institution, lembaga analis AS, mengatakan, meski Partai Republik menjadi mayoritas di DPR atau Senat seusai pemilu sela nanti, perubahan kebijakan luar negeri AS tidak akan dilakukan secara drastis. ”Secara umum, dukungan terhadap Ukraina masih sangat populer sekarang. Saya kira Republikan tidak akan mengubah secara drastis kebijakannya,” kata Anderson, dikutip dari laman ABC News.
Sementara, dalam pandangan Suriya Evans-Pritchard Jayanti, peneliti perempuan di lembaga yang sama, ini adalah bagian dari rencana besar Putin, untuk menyebabkan kejatuhan pemerintahan yang menentangnya. Jika Partai Republik mengambil alih DPR, melanjutkan keputusan untuk memotong dan mengurangi bantuan untuk Ukraina, mereka bertindak demi kepentingan Putin,’ kata Jayanti. Dia berharap Ancaman yang dikeluarkan politisi Partai Republik Hanya sekadar Gimick Kampanye dan tidak direalisasikan.
Dalam jajak pendapat Reuters yang dirilis pada Senin, tingkat penerimaan pemilih pada kinerja Presiden Biden terpangkas dari 40 persen menjadi 39 persen. Sementara jajak pendapat NBC, yang disiarkan beberapa jam selepas versi Reuters, memberikan 44 persen.
Di sisi lain, NBC menemukan 71 persen pemilih merasa AS salah arah. Sementara 81 persen pemilih tak puas dengan perkembangan ekonomi AS.
Sejauh ini, menurut CNN dan The Washington Post, sudah 40 juta pemilih yang memberikan suara. Pemilu di AS memang memungkinkan ada pemungutan suara pendahuluan melalui pos. Setiap orang di luar AS atau pemilih di dalam AS, yang mendaftarkan diri kepada panitia setempat, bisa memberikan suara melalui surat suara yang dikirim ke rumah mereka. (AP/RAZ/MHD)